keping 15; tentang kepercayaan 🍁

483 22 0
                                    

Happy reading...

_flasback on_

"Kamu kenapa dek, seneng banget?" Tanya Azzam pada adek nya Naira.

Mereka adalah adek Kaka kandung, sama-sama kehilangan sosok ibu. Namun, Naira lebih memilih tinggal di Indonesia dari pada ikut ayah dan Kaka nya ke Paris. Dunia memang sempit, Allah mempertemukan alisya dengan Naira sebagai partner kerja yang sama-sama saling membutuhkan. Sikap nya berubah saat tau alisya menikah dengan Azka, Kaka kelas yang ia taksir.

"Coba tebak?"

Azzam mengernyit dahi mencoba berpikir apa yang membuat adek nya itu senang.

"Gak tau ah dek, emang ada apa sih?" Tanya nya penasaran.

"Aaaku berhasil buat alisya keguguran." Ucap nya dengan sedikit berbisik, kerena sekarang suasana di kafe sedikit ramai.

"Apa!"

"Kenapa sih ka? Harusnya Kaka seneng penghalang hubungan adek Kaka ini keguguran. Aku jamin pasti Azka langsung kecewa dan mungkin dia bakal ninggalin alisya. Iiih seneng banget deh aku."

Azzam terdiam. Apa yang baru saja adek nya lakukan.

"Dek, maksud kamu alisya keguguran?"

Naira mengangguk, "iya. Dia bodoh banget kak, akibat kebodohan alisya janin yang ada di kandungan nya keguguran deh karena makan kue nastar yang udah aku kasih racun."

"Alisya itu sahabat kamu loh nai, kok kamu tega! "

Naira refleks menatap tajam Azzam. Sahabat? Naira tak terbiasa dengan kata itu, yang ia tau hanya rasa sakit yang ia rasakan melihat Azka menikah dengan seseorang yang sudah dia anggap sodara.

"Ck, emang kapan aku anggap dia sahabat?."

Azzam terdiam.

"Enggak kan! Udah ah, Kaka buat aku bad mod lagi. Sebel tau gak sih."

Naira yang merasa terintimidasi dengan pernyataan Kaka nya itu akhirnya memutuskan untuk pergi dari kafe itu secepatnya, di lain sisi seseorang yang memakai kemeja marun sedang mengepal keras lengan nya menahan amarah.

Rahang Azka mengeras dan tangan nya terus mengepal. Bahkan urat yang berada di tangannya terlihat sangat jelas. Sambil menahan amarah Azka terus mengucapkan istighfar. Saat melihat Naira keluar dengan wajah gembira nya, membuat Azka semakin marah dan berniat untuk melabrak nya.

"Azka tunggu!"

Kaki Azka terhenti, "lepasin lan, aku bakal bikin dia sadar atas perbuatannya itu!."

"Bukan dengan cara amarah az, kamu berhak untuk marah namun jangan sampai kamu lupa kalau yang kamu hadapi itu adalah seorang wanita. Istighfar AZ, istighfar!"

Haylan terus mewanti-wanti Azka. Dia juga berada di sana, mereka sengaja bersembunyi, merencanakan semuanya. Azzam Kaka nya sebenernya sudah tau jika Naira menaruh sesuatu pada kue itu.

Namun, Azzam sama sekali tidak tau kalau kue itu ternyata di beri racun. Marah? Tentu dia sangat marah, melihat wajah senang adek nya itu atas kelakuan buruk nya. Bahkan rasa menyesal tidak tersirat dalam mata Naira. Dia benar-benar terobsesi dengan Azka.

"Az, maafin saya. Saya benar-benar minta maaf atas perbuatan adek saya, tolong sampaikan maaf saya juga untuk alisya. Dia benar-benar terobsesi dengan anda, bahkan sampai tidak bisa membedakan yang salah."

Azka menepuk bahu Azzam, dia tersenyum dan mengangguk.

"Tidak apa-apa zam, saya mengerti. Justru saya sangat berterimakasih karena sudah memberitahu dan membantu saya untuk mengumpulkan bukti melawan Naira." Ucap nya bangga.

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang