"Ini tas nya, maaf saya tidak sengaja."
Alisya berdiri saat pemuda itu menyodorkan tas yang sudah diambilnya. "Terimakasih."
Setelah mengambil tas dari pemuda itu, alisya mendongak. Matanya membulat saat melihat pemuda itu ternyata...
"Kamu?!"
Alisya memukul bahu nya saat tau Ternyata pemuda itu adalah suaminya,
"Mas Azka, aku kira kamu siapa." Katanya.
"Lagian kamu ngapain lihat telepon saat berjalan," protesnya atas tingkah alisya.
"Aku mau telepon kamu, tau-tau nya kamu udah di sini. Lagian kamu ngapain segala ngomong kek orang asing gitu." Jengkel nya saat melihat Azka itu terus-menerus cekikikan sendiri karena melihat ekspresi wajah polos alisya.
"Alisya, ayo kemari. Makanan nya sudah tiba." Tina berteriak membuat keduanya mengangguk dan berjalan menghampiri. Kebiasaan Tina yang tomboi memang masih ada.
Mereka memakan makanan nya dengan sangat tenang. Hanya beberapa menit mereka pun sudah selesai menghabiskan makanannya. Pertemuan mereka diakhiri dengan foto bersama, satu jepretan penuh kenangan.
***
"Nih, mbak es jeruknya."
Anggi-asistennya menaruh es jeruk di atas meja alisya. Kemudian Anggi duduk di sofa di sebelah alisya. Mereka sedang duduk di ruang santai dengan 4 sofa berukuran kecil yang sengaja alisya sediakan untuk istirahat.
"Makasih, gi."
"Sama-sama".
Alisya menepikan buku-buku nya. Lalu tangannya meraih minum yang sudah Anggi bawa. Alisya mengaduk nya terlebih dahulu sebelum menyeruput es dengan perlahan, rasa haus yang alisya rasakan kini sudah teratasi.
Disisi lain Anggi mengernyit kan dahinya dan tubuhnya merasakan mengigil ngilu saat melihat alisya asik dengan jus jeruk yang menurutnya asam.
"Bumil Emang susah di tebak ya, yang kata orang jeruk itu asam bisa terasa manis di mulut bumil."
Alisya mendongak, dia tertawa karena tutur kata karyawati nya itu. Sebenernya memang jeruk nya asam, tapi karena bawaan jadi menurut nya biasa-biasa saja.
"Aku izin lanjut kerja ya, mbak."
"Iya, silahkan."
Anggi beranjak dari sofa dan meninggalkan alisya yang masih asik menyeruput es nya itu. Entah haus atau memang ada hal lain.
Setelah selesai dengan menghitung pembukuan nya, dan es yang ia pesan sudah habis. Alisya memutuskan untuk kembali ke ruang kerja nya.
Tok.tok.tok
"Masuk!." Perintah nya.
Seseorang membuka pintu lalu masuk ke dalam ruangan alisya.
"Assalamualaikum, mbak."
"Wa'alaikumsa--"
Alisya menggantung kalimat nya saat matanya menangkap sosok yang ia kenal beberapa bulan lalu. Seseorang yang sangat dekat dengannya, bahkan alisya tidak menyadari sudah berapa lama dia tidak melihat wajah itu.
"Naira?"
Gadis itu tersenyum.
"Hai, gimana kabar nya mbak?"
"Alhamdulillah."
Alisya masih sedikit kikuk melihat Naira benar-benar ada dihadapannya.
Dia bahkan sampai lupa untuk menawarkan gadis itu duduk."Boleh saya duduk?"
"Eh-h iya, silahkan."
Alisya merasakan aneh di dalam ruangan nya. Seseorang yang dulu dekat dengannya kini sudah terasa asing. Namun, bukan itu Yang ada dalam pikiran alisya. Dia memikirkan apa alasan gadis itu mengunjungi nya setelah beberapa bulan ini.
"Ini untuk mbak,"
"Apa ini?"
Alisya mengambil sesuatu yang Naira berikan di atas meja.
"Surat undangan." Singkat nya.
Mata alisya membulat, "surat undang?" Beo nya.
Naira mengangguk dan tersenyum.
"Aku akan segera menikah, mbak. Semoga mbak dan keluarga bisa datang ya."
Alisya masih tak menyangka Naira akan menikah. Sebenernya bagus jika dia sudah mendapatkan jodohnya, yang pasti alisya harapkan adalah dengan hadirnya seseorang dalam hidup Naira, dia bisa merubah hal buruk dalam dirinya.
"Insya Allah."
Setelah itu seketika hening untuk beberapa menit, sebelum..
"Aku minta maaf untuk segala kesalahan yang aku buat ke mbak. Aku diselimuti amarah pada Kaka ku, dan obsesi atas seseorang. Aku sadar semua itu salah, jalan yang ku ambil salah besar." Katanya menyesal.
"Untuk itu aku sekali lagi minta maaf."
Naira menunduk saat mengatakan itu semua. Dia tidak bisa menatap mata alisya atas semua kesalahan yang terjadi. Alisya berdiri dari duduk nya dan menghampiri Naira, dia memegang bahu nya,
"Iya nai, aku maafkan. Sebelum kamu minta maaf pun aku sudah memaafkan kamu."
"Hikss, aku minta maaf mbak. Sekali lagi hikss aku minta maaf, aku nyesel karena sudah melakukan itu semua."
Naira menutup wajah nya dengan kedua telapak tangan dan seketika menangis karena sentuhan lembut alisya, dia benar-benar menyesal telah menyakiti seorang wanita yang sangat baik kepada nya.
"Hikss, maafkan aku mbak hikss."
Naira beranjak dari kursi nya dan kemudian memeluk alisya. Dia menangis sesenggukan, sampai-sampai sedikti sulit bernapas karena oksigen nya ia pakai habis untuk menangis.
"Shutt, sudah nai, sudah."
Alisya mengelus punggung Naira untuk menenangkan nya, namun tanpa disadari Naira malah menangis semakin kencang
"Hikss, mbak hikss, ma--aafin aku hikss. Aaku nyesel."
Dia masih menagis sesegukan. Merasa Naira sudah berlebihan dalam kesedihannya, alisya langsung melepas pelukannya. Dia menggenggam tangan Naira dan menatap nya, alisya melihat penyesalan dalam mata Naira. Dia pun menarik napas panjang, dan tersenyum.
"Udah dong, Nai. Kok kamu jadi cengeng gini sih, dulu kamu paling kuat diantara karyawan yang lain Saat yang lain mudah nangis."
"Mana Naira ku yang dulu. Udah jangan nangis lagi, jangan cengeng dong. Kamu ga kasihan sama anak aku ini, nanti dia bisa nangis juga karena lihat tantenya nangis."
alisya mengusap air mata naira, dan menunjukan tawa nya yang ceria, tawa yang biasa ia perlihatkan untuk Naira. Dia tidak menyangka bahwa Naira bisa sangat emosional.
Mendengar semua perkataan alisya, membuat Naira kembali tersenyum."Terimakasih, mbak."
Naira memeluk nya untuk kesekian kali, dan alisya menerima pelukan sahabat nya itu yang sudah ia anggap sebagai adiknya. Ia sangat bersyukur karena Naira bisa berubah dengan sangat baik tanpanya, alisya bahagia. Dia bahagia karena semua berjalan dengan baik.
Sebelum...
***
Wah wah, kejutan yang tak menduga dari Naira. Tiba-tiba datang dengan undangan?
Menurut kalian Naira udah berubah belum ya? Comen di sini oke 👌
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret
Historia Corta"aku ingin kamu berhenti melakukan pekerjaan selayaknya istri, Aku tidak ingin terbiasa dengan semua ini". Ucap Azka penuh penekanan "Aku tau kamu masih menunggu perempuan itu tapi, izinkan aku untuk membuat mu jatuh hati padaku hanya dalam satu Min...