Happy reading...
Azka mencoba menarik napas nya panjang, membuang rasa cemas nya lalu memuka kenop pintu rumah sakit dengan perlahan. Dia berjalan menghampiri alisya Yang sedang berbaring. Mencoba menggenggam satu tangannya yang di infus.
"Aku enggak tau harus bilang apa, Al?"
"Aku terlalu takut jika terjadi sesua-" Azka menggantung kan kalimatnya.
"Enggak, kamu gak akan kenapa-kenapa. Aku akan selalu di sisimu." Ucap nya.
Air matanya kini mengalir, tidak tahu harus berbuat apa untuk semua ini. Pikirannya begitu kalut untuk merangkum semua kejadian.
Azka terus menangis sambil menggenggam tangan mungil milik alisya."Ma-as"
Alisya membuka matanya perlahan, menangkap cahaya yang masuk. Terus memanggil Azka dengan nada lirih nya, membuat Azka dengan cepat langsung menghapus air matanya yang sempat jatuh.
"Maa-as"
"Kenapa, Al?" Tanya nya.
Kini mata alisya sudah terbuka sepenuhnya. Melihat sekeliling yang di penuhi dinding putih, dengan alat rumah sakit. Mata nya membulat saat sadar dirinya di rumah sakit.
"Anak ki-i"
"Akhh"
Dia merasakan perutnya sakit lagi. Alisya langsung memegang perutnya, mencoba mencari pergerakan dari anak nya. "Maas anak kita?"
Azka mengangguk,"anak kita masih ada Al. Kamu baik-baik saja."
Azka memegang tangan alisya yang tadi memegang perut dan menaruh nya lagi bersamaan. Mencoba menenangkan alisya sekaligus memberikan nya kekuatan menerima semua yang terlanjur terjadi.
"Beneran?" Tanya nya memastikan.
Azka mengangguk.
"Alhamdulillah"
Alisya mengucap syukur sambil mengusap wajah nya. Membuat Azka semakin merasa bersalah. Apa keputusan nya kali ini benar?
"Kamu kenapa? Anak kita baik, kan?" Tanya nya kembali saat Azka mencoba mengalihkan pandangan dari nya.
Azka mengangguk, "iya, anak kita baik."
Rasa nya sakit mengetahui harus berbohong kepada orang yang kita sayang. Memang rasanya sulit, namun jika untuk kesembuhan nya tak apa kan? Azka tidak tau harus Bagaimana, dia sesekali ingin berlari menjauh sebentar dari alisya. Menenangkan dirinya sendiri.
"Aku keluar sebentar," Azka melepas genggaman nya.
"Mbok, tolong jaga Al sebentar"
"Baik tuan"
Sebelum keluar, Azka menatap istrinya sebentar. Mengusap kepala nya perlahan lalu beranjak dari kursi.
***
"Mah"
Azka berlari berhamburan memeluk sang mamah yang baru saja datang.
"Kenapa nak? Ada apa? Bagaimana keadaan Al?"
Azka tak bisa menjawab, dia hanya ingin tenang untuk sesaat saja. Dia juga perlu kekuatan untuk menjawab semua pertanyaan alisya.
"Alisya keguguran, mah" jawabnya tiba tiba.
Ocha dan mamah Azka langsung membulat, menutup mulutnya tak percaya. Mengetahui keadaan anak nya sekarang tentu membuat mereka sangat cemas.
"Al."
"Tunggu mah."
Azka mencoba meraih tangan ocha yang ingin masuk ke dalam.
"Tolong rahasiakan ini semua mah, demi kesehatan alisya." Ucap nya singkat.
"Tapi kenapa? Alisya berhak tau."
Azka menatap wajah mertuanya itu, "kandungan Al masih lemah mah, saya gak mau mereka Sampai kenapa-kenapa"
"Tapi-"
"Saya mohon mah." Ucap nya memohon.
"Baiklah. Jika itu yang terbaik."
Akhirnya ocha menyerah, terpaksa mempercayai keputusan yang di buat menantunya itu. Jika memang semua itu terbaik untuk mereka, apa yang perlu di perbuat juga oleh nya. Karena alisya punya kehidupan nya sendiri, tidak mungkin mamah nya harus ikut campur.
"Lalu bagaimana jika Al nanti menanyakan bayi yang ada di kandungan nya?"
"Salah satu bayi kami masih ada, mah."
"Apa?" Tanya kaget.
"Maksud kamu mereka kembar." Tebak mamah nya.
Azka mengangguk, "iya mah."
Mereka saling menatap bingung harus merasa seperti apa. Sama seperti Azka, Jika mereka senang itu tidak adil untuk anak yang sudah tidak ada.
Diam adalah pilihan terbaik untuk situasi saat ini.***
"Kamu mau ngomong apa?"
Alisya tersenyum senang melihat sahabat nya Naira, sudah hampir lima hari dia tidak melihat Naira. Bahkan Naira tidak menjenguknya sama sekali saat di rumah sakit.
Naira memasang wajah seriusnya, tak seperti biasa.
"Al, ikhlas kan Azka untuk ku."
Degg.
Apa yang baru saja ia dengar? Apa yang dimaksud Azka yang dia bicarakan adalah suaminya. Dia mengernyit heran, mempercayai bahwa Naira mungkin sedang bercanda dengannya.
"Kamu becanda kan? Nai, sumpah ini gak lucu." Tegas nya.
Naira tersenyum sinis, "aku gak becanda, aku tegaskan ikhlaskan Azka untuk ku."
"Maksud kamu apa? Azka itu suamiku, kenapa harus mengikhlaskan nya."
"Aku sedang mengandung anak mas Azka."
Plak
"Naira! Ini keterlaluan, sekarang kamu menuduh suami ku. Apa yang terjadi sama kamu?" Ucap nya tak percaya.
Naira yang ia kenal tak seperti ini, dia selalu ceria penuh dengan tawa. Namun, saat ini alisya hanya melihat tatapan amarah yang tersirat di matanya. Apa yang terjadi selama lima hari ini, tidak mungkin Azka melakukan hal serendah itu saat dia berada di rumah sakit.
"Aku menginginkan mas Azka, Al. Ikhlas dia. Ku mohon" Naira menatapnya sendu meminta persetujuan nya.
"Mana mungkin nai, dia itu suamiku. Dia gak akan melakukan hal sebejad itu saat istrinya sendiri di rumah sakit."
"Ck, kamu percaya sama Azka. Sekarang saja dia masih berbohong tentang anak mu" ucap nya meremehkan.
Mata alisya membulat, dia mencoba memegang perut nya kembali. Tidak mungkin Azka berbohong, semua keluarga nya tau jika anak mereka masih ada. Bahkan Azka berani untuk melakukan USG saat Alisya memintanya di rumah sakit.
"Kebohongan apa lagi ini, nai? Cukup! Cukup nai".
Alisya tak kuasa menahan air matanya lagi, dia bingung apa yang terjadi dengan sahabat nya ini.
"Kamu bilang aku bohong! Anak kamu itu udah mati Al! Udah mati! Semua orang yang kamu kenal bersekongkol untuk membohongi kamu."
Alisya mencoba memundurkan langkahnya, menjauh dari Naira yang sekarang siap untuk menyerang nya lagi dengan kata-kata.
Di lain sisi, Naira tersenyum puas dengan perlakuan nya. Tidak ada rasa menyesal sekali pun di mata nya. Dia puas benar-benar puas telah menghancurkan keluarga mereka. Dia mantap tajam punggung alisya yang perlahan menghilang di kejauhan.
***
Jangan lupa vote and comen 👌
Salam rindu; pecinta halu 🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret
Cerita Pendek"aku ingin kamu berhenti melakukan pekerjaan selayaknya istri, Aku tidak ingin terbiasa dengan semua ini". Ucap Azka penuh penekanan "Aku tau kamu masih menunggu perempuan itu tapi, izinkan aku untuk membuat mu jatuh hati padaku hanya dalam satu Min...