keping 28; keputusan berat🍁

578 21 2
                                    

Happy reading...

"Awass mas!"

Suara alisya membuat Azka langsung membanting stir membelokkan motor nya ke samping hingga hampir saja menabrak lampu jalan yang ada di sana.

"Kamu ngga papa, Al?" Tanya Azka cemas.

Alisya mencoba untuk turun, sementara Azka langsung menurunkan standar agar motornya dapat berdiri.

Azka mengusap punggung istrinya itu dengan lembut, dan memegang tangan alisya yang sudah dibanjiri keringat dingin. Sedangkan alisya tak henti-hentinya mengucap istighfar dalam hati.

"Apa mbak dan mas nya baik-baik saja?" Tanya salah satu orang yang mengerumuni mereka.

Azka mengangguk, "Alhamdulillah, kami baik-baik saja."

"Maaf-maaf."

Pengendara motor yang tadi ternyata turun dan mengampiri mereka. Karena sudah melihat banyak orang yang berkerumun di sana, ia takut jika jadi panjang urusannya.

"Mas gimana sih, seharusnya lebih hati-hati jika membawa motor. Coba jika mas ini tidak langsung berbelok ke arah lain, mungkin sekarang mbak nya ini sudah kecelakaan." Ucap bapak-bapa yang menyaksikan kejadian itu.

Pengendara itu hanya bisa mengangguk menanggapi. Toh dia juga salah.

Setelah mendengar ucapan bapa tadi. Semua yang ada disana ikut mengomentari dan menceramahi sang pengendara.

"Hmmm, mas." Lirih Alisya.

Pandangan Azka yang tadi melihat pemuda itu kini teralihkan.

"Kamu kenapa Al?"

Azka semakin cemas saat Alisya memegang tangan nya erat.

"Perut ku mas."

"Perut kamu kenapa?" Tanya Azka polos.

Suaminya itu tidak mengerti jika sebenarnya alisya sebentar lagi akan melahirkan. Perut serasa mulas, dan selang beberapa menit air mulai keluar membasahi gamis alisya.

"Mass!" Teriak nya.

Karena tak kuat menahan sakit, alisya mulai terjun ke lantai memposisikan dirinya duduk.

"Ya Allah, mbak nya akan melahirkan mas." Ucap salah satu ibu-ibu yang baru saja datang.

Sebab kejadian itu tidak ada sama sekali wanita yang terlihat, hanya kerumunan laki-laki pejalan kaki dan juga pengendara motor yang sengaja berhenti melihat kejadian tersebut.

"Tarik napas mbak nya, tarik napas buang, tarik napas buang!" Kata si ibu memerintah.

"Rumah sakit! Bawa mbak nya kerumah sakit mas," kata si bapa.

Azka yang sejak tadi melihat cemas keadaan alisya kini mulai mencoba untuk menelpon ambulance.

"Pakai mobil saya saja mas, kasian mbak nya kalau harus nunggu ambulans." Seorang pemuda langsung menawarkan diri.

"Tidak merepotkan mas?" Tanya Azka.

"Ya Allah, cepet mas kasian ini istri nya." Ucap heboh si ibu tadi sambil tak hentinya ikut tarik napas bersama alisya.

"Iya mas, tidak merepotkan ko. Saya ikhlas."

Setelah itu alisya segera di gendong oleh Azka masuk ke dalam mobil di kursi penumpang lalu di susul oleh si ibu membuka pintu sebelahnya.

"Ibunya mau kemana?" Tanya si bapa tadi yang ternyata adalah suaminya.

"Ya ikut lah pak, ibu jaga-jaga saja jika nanti si mbak nya lahiran di jalan. Bapa tidak melihat di dalam mobil laki-laki semua, mereka mana tau cara menghadapi bumil yang akan melahirkan." Kata si ibu dengan argumen yang panjang.

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang