Kamar luas dengan hiasan mewah di dalamnya. Hanya terisi sebuah keheningan. Seorang remaja dengan kemeja putih kebesarannya tengah terdiam sambil memandang tubuhnya yang penuh dengan tanda merah di mana-mana.
Namanya Lee Jeno. Anak yatim piatu yang di adopsi oleh pamannya hingga ia tumbuh remaja. Namun sangat di sayangkan, saat sang paman malah merawatnya hanya untuk di manfaatkan.
Ia tidak memiliki perlawanan, ketika sang paman membawanya ke salah satu gedung mewah yang ada di tengah kota. Menjual dirinya dengan seorang pria kaya raya yang sangat kejam dan dingin namun sayangnya sangat tampan.
Ia tidak bisa melawan, ataupun menolak. Ia hanya bisa diam, dan menangis setiap malam. Di lecehkan, di nodai bahkan di maki ketika mereka berhubungan badan. Hanya luka yang ada di dalam hatinya. Tidak ada kebahagian, bahkan rasa bahagia yang terakhir kali ia terima saat sang bibi memberikannya hadiah sebuah boneka di hari ulang tahunnya yang ke 16. Hanya itu dan tidak lebih.
Tok tok
Ketukan pelan terdengar dari balik pintu dengan jumlah ganda itu.
"Nak, sudah saatnya makan malam"
Suara lembut dari wanita paruh baya itu membuat Jeno seketika tersadar dari acara melamunnya."Aku akan segera turun"
Ucapnya lirih.Tubuhnya ia bawa dengan berjalan sambil tertatih menuju kamar mandi. Hanya untuk membersihkan tubuhnya dari banyaknya cairan cinta dan juga memar merah di tubuhnya.
Hanya butuh 15 menit untuk ia menyelesaikan acara mandinya dan langsung turun ke bawah untuk makan malam.
Mansion mewah yang ia tempati selama dua minggu ini, menjadi tempatnya menaung sekarang. Ia tidak punya siapapun lagi, selain pria tampan yang sekarang menjadi tuannya.
Bolehkah Jeno menangis sekali lagi? Sungguh ia tidak sanggup. Namun ia tidak bisa melakukan apapun.
Tubuhnya ia dudukkan di salah satu kursi yang ada di sana. Menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari seseorang.
"Dia belum pulang, bi?"
Tanyanya pada sang kepala pelayan yang sedari tadi menyiapkannya makanan."Belum, nak. Jika pulang selarut ini biasanya tuan besar sedang ada urusan penting"
Jawabnya dengan senyuman. Jeno hanya mengangguk saja.Setelah menyelesaikan makan malamnya. Jeno segera pergi kembali ke kamarnya yang juga merupakan kamar tuannya.
Tubuhnya ia baringkan di tempat tidur itu, mencoba tidur namun ia tidak bisa.
Sudah dua jam berlalu. Namun ia masih belum bisa tidur juga. Matanya tidak mengantuk sama sekali.
Hingga ketika pintu kamar terbuka, Jeno langsung memejamkan kedua matanya dengan sangat erat.
Langkah besar yang terdengar jelas di telinganya itu, membuatnya sangat takut untuk hanya sekedar mengintip.
Sebuah elusan hangat ia terima di rambutnya. Serta ciuman lembut ia terima di keningnya.
Ia ingin terbuai, namun percuma. Itu tidak akan terjadi, karena ia hanya sampah yang tidak ada artinya.
Pintu kamar mandi terbuka, di sertai suara air dari dalam sana.
Jeno masih berada pada akting tidurnya. Berharap ia akan benar-benar tertidur sampai seseorang itu selesai mandi.
Pintu kamar mandi kembali terbuka, menampilkan pria tampan dengan rambut basahnya. Mencoba mengeringkannya dengan handuk.
Memakai pakaian tidurnya, dan langsung membaringkan tubuhnya di samping Jeno.
Menarik tubuh kurus nan rapuh itu untuk ia peluk dengan sangat erat sepanjang malam. Membuat tubuh Jeno merinding seketika, namun ia bisa mengendalikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Ceo (Jaemjen)
Teen FictionRemaja yang tidak memiliki siapapun lagi di hidupnya, harus rela di jual sang paman kepada seorang ceo yang begitu menggilainya. Story from grandson (CEO)