Selama diperjalanan menuju mansion, Jeno terus menimang anak itu dengan lembut, berusaha meringankan tangisannya. Dan itu berhasil, sepertinya bayi itu menyukai Jeno hingga ia beberapa kali tertawa kecil setelah menangis dengan cukup lama. Pintu mansion terbuka, menampilkan tatapan bingung para pelayan pada Jeno. Karena anak itu yang membawa bayi mungil di gendongannya.
"Astaga kau lucu sekali"
Gumamnya dengan kekehan kecil."Nak Jeno!"
Bibi Choi segera berlari kearah Jeno saat melihatnya datang dengan membawa bayi.
"Siapa ini, nak?"
Tanya bibi Choi sedikit khawatir."Aku menemukannya menangis di lorong sepi, bi. Aku ingin merawatnya. Aku sungguh tidak tega melihatnya sendirian di lorong itu"
Ucap Jeno dengan wajah memelasnya."Tapi, nak. Bagaimana jika tuan besar tau?"
Bibi Choi terlihat khawatir meskipun ia juga tidak tega dengan bayi mungil itu."Aku akan bicara padanya"
Ucap Jeno menyakinkan. Sang bibi hanya mengangguk ragu."Bi, bisa belikan dia susu. Aku tidak tau harus membeli susu yang mana. Karena aku belum pernah merawat bayi selama ini"
Ucap Jeno. Sang bibi langsung mengangguk cepat."Pergilah ke kamar, bibi akan membelikan susu untuknya"
Jeno mengangguk dan hendak membawa si mungil pergi ke kamarnya dan juga Jaemin. Namun langkahnya terhenti saat melihat Lian dan juga Yejin yang baru saja turun dari tangga.
"Astaga jalang! Anak siapa yang kau pungut itu!?"
Teriak Lian hingga membuat bayi itu sedikit tersentak."Apa jangan-jangan itu anak mu!?"
Teriak Yejin yang memanas-manasi."Bukan, dia-"
"Anak apa!?"
Suara husky terdengar menyaut dari balik tubuh Jeno. Jeno segera memutar tubuhnya saat tau jika itu adalah Jaemin.
Jaemin menatap tajam kearah Jeno yang tengah menggendong seorang bayi.
"Anak siapa itu, sayang?"
Tanya Jaemin yang kini berjalan kearahnya."Itu anaknya, dia selingkuh..!"
Adu Yejin dengan manja. Ia berjalan kearah Jaemin ingin memeluknya namun Jaemin menghindari wanita itu."Jawab, sayang!"
Tatapan Jaemin begitu tajam saat melihat Jeno. Sedangkan Jeno berusaha menenangkan si bayi yang mulai terusik tidurnya."Ini..aku.."
"Jawab yang benar!"
"Aku menemukannya di lorong sepi!"
Jawab Jeno dengan cepat. Jaemin menaikkan sebelah alisnya."Lalu mengapa kau membawanya kesini?"
Tanya Jaemin masih dengan wajah bingung bercampur dinginnya."Aku tidak tega dengannya Nana, dia terus menangis. Sepertinya orang tuanya membuangnya"
Ucap Jeno yang merasa sangat tidak tega dengan bayi mungil itu."Apa peduli ku? Mansion ku bukan tempat penampungan anak!"
Ucap Jaemin acuh. Lian dan Yejin yang mendengar hal itu langsung menyunggingkan senyuman remeh mereka pada Jeno. Jeno yang juga mendengar perkataan Jaemin barusan terdiam sebentar. Tatapannya tiba-tiba saja terlihat sendu."Bukan kah kau juga menampung ku di sini?"
Ucapnya dengan lirih, yang berhasil membuat Jaemin menatap dalam kearahnya."Apa bedanya aku dengan dia?"
Tanya Jeno seperti menahan tangis. Jaemin yang mendengar nada lirih itu keluar dari bibir kesayangannya merasa bersalah. Namun ia tidak bisa mengekspresikannya."Jangan katakan itu! Kau berbeda dengannya!"
Ucap Jaemin dengan tegas."Aku hanya jalang mu!"
"Sayang!"
Jaemin menggeram marah. Kedua mata itu bertemu. Tersirat kekecewaan di kedua mata Jeno.
Dan itu semakin membuat Jaemin merasa bersalah."Biarkan aku merawatnya. Aku janji dia tidak akan menyusahkan mu"
Ucap Jeno dengan memohon."Aku tidak akan tinggal di kamar mu. Aku akan pindah ke kamar lain jika itu mengganggu mu. Aku akan tidur dengannya"
Lanjut Jeno yang masih memohon kepada Jaemin. Jaemin menghela nafas, lalu mengelus pipi itu dengan lembut."Jangan pergi kemanapun. Itu kamar kita. Kau akan tetap di sana dengannya"
Ucap Jaemin yang sedikit melirik kearah bayi mungil itu. Jujur Jaemin tidak membenci anak itu, karena ia terlihat menggemaskan."Terimakasih, Nana.."
Jaemin mengangguk.
Lalu setelahnya keduanya pergi beriringan menuju kamar mereka. Menghiraukan Lian dan juga Yejin yang menatap kaget keduanya.
"Astaga jalang itu mulai berani sekarang!"
Lian terlihat sangat kesal."Dia bahkan membawa bayi pungut itu ke rumah ini!"
Sambung Yejin yang juga sama kesalnya."Sekarang apa lagi yang akan terjadi!?"
Lanjutnya.Sesampainya di kamar. Jeno langsung membaringkan bayi itu di sofa karena tubuh bayi itu yang masih kotor. Ia tidak ingin membuat tempat tidur mewah milik Jaemin kotor. Ia takut pria itu akan marah nantinya.
Setelahnya ia menghubungi bibi Choi dengan telepon yang tersambung di sana. Untuk segera membawa perlengkapan bayi dan juga susu untuk bayi itu.
Sedangkan Jaemin yang juga berada di kamar itu, hanya memperhatikan kegiatan Jeno yang tengah membuka satu persatu baju bayi itu.
"Kau ingin aku mengecilkan suhu ac nya?"
Tanya Jaemin yang kini berdiri di belakang Jeno."Boleh kah?"
Jaemin mengangguk. Jeno tersenyum manis.
"Terimakasih, Nana.."
Jaemin membalas dengan senyuman.
Namun satu hal kembali teringat di kepala Jeno.
"Aku akan menyiapkan mu air hangat"
Ucap Jeno yang hendak pergi."Tidak perlu. Tetaplah dengannya. Aku tidak ingin mendengarnya menangis"
Ucap Jaemin dengan tampang datarnya. Jeno sekali lagi tersenyum dan langsung memeluk tubuh Jaemin dengan erat.Cup!
Satu kecupan ia berikan pada bibir tebal itu.
"Terimakasih banyak"
Pekiknya senang.Jaemin mengusap dahi Jeno yang sedikit berkeringat.
"Sama-sama, sayang""Ooeeekkk!"
Tangisan terdengar dari bibir bayi mungil itu membuat Jeno melepaskan pelukannya dengan Jaemin.
"Astaga sayang, maaf mama lupa sama kamu"
Ucap Jeno yang kembali menghampiri si bayi manis. Jaemin mengeryitkan keningnya saat mendengar penuturan Jeno."Mama?"
Ucapnya sekali lagi. Mungkin saja telinganya salah dengar. Jeno menoleh kearah Jaemin dengan senyuman manisnya."Aku ingin dia memanggil ku seperti itu"
Ucapnya sedikit merengek. Jaemin semakin menatap lekat dirinya."Jujur dengan ku, sayang. Dia anak mu, bukan?"
Ucap Jaemin yang kembali menuduh Jeno. Jeno mendelikkan kedua matanya."Mana mungkin dia anak ku! Kalau pun iya, berarti dia juga anak mu! Aku kan hanya tidur dengan mu!"
Teriak Jeno yang mulai kesal dengan Jaemin. Membuat si bayi malah semakin menangis dengan kencang. Jaemin mematung di tempat. Jeno benar. Ia mendapatkan Jeno saat anak itu masih tersegel rapat."Baiklah, aku akan mandi"
Ucapnya. Jeno tidak menjawab lantaran masih kesal dengan Jaemin. Ia memilih menimang-nimang si bayi sampai bibi Choi nanti datang.VannoWilliams
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Ceo (Jaemjen)
Teen FictionRemaja yang tidak memiliki siapapun lagi di hidupnya, harus rela di jual sang paman kepada seorang ceo yang begitu menggilainya. Story from grandson (CEO)