part 44

7.4K 608 0
                                    

Ruang keluarga yang terlihat sangat luas itu di isi oleh 3 orang. Ada Jeno yang tengah duduk sambil menonton televisi. Dan Jaemin yang tengah mengerjakan sesuatu di laptopnya dengan tangan satunya yang tengah merangkul pinggang Jeno.

Dan Jaeno yang sedang asik dengan bonekanya. Ia tengah sibuk berimajinasi dengan dunianya sendiri.

Anak itu sudah berusia dua tahun sejak dua bulan yang lalu. Dan sekarang usia kandungan Jeno sudah menginjak delapan bulan.

"Nana.."
Panggil Jeno. Namun tatapannya masih tertuju pada televisi itu.

"Iya, sayang?"
Jawab Jaemin yang juga masih sibuk dengan laptopnya.

"Aku mau makan es cream"
Ucapnya yang kini menoleh kearah Jaemin.

"Rasa vanila"
Ucapnya yang masih mengerucutkan bibirnya, yang terlihat begitu menggemaskan untuk Jaemin.

"Sayang, usia kandungan mu sudah delapan bulan. Kamu ingatkan larangan apa saja yang Shotaro bilang waktu itu?"
Ucapnya mencoba memberi pengertian pada sang istri. Jeno yang mendengar hal itu langsung mengerucutkan bibirnya.

"Tapi aku mau es cream.."
Rengeknya yang hampir menangis.

"Sayang, mengertilah.."

"Mau es cream, Nana.."
Ucapnya sekali lagi. Ia mulai menarik lengan sang suami dan mengelusnya, berusaha membujuk sang suami agar mau membelikannya es cream. Jaemin menghela nafas lalu memilih meletakkan laptopnya di atas meja.

Dan menatap penuh kearah sang istri yang masih saja merayunya untuk di belikan es cream.

"Kamu tau kan, kamu juga ngasih makan baby di dalam sini. Kamu nggak mau kan baby dalam bahaya"
Ucap Jaemin sambil mengusap pipi Jeno yang semakin lama bertambah chubby itu. Jaemin masih ingat jika Shotaro memperingatinya untuk melarang Jeno mengkonsumsi benda dingin itu. Karena kandungan Jeno tidak bisa berkompromi dengan benda manis itu. Padahal Jaemin juga tidak tau hal itu berbahaya atau tidak. Dalam pikiran Jaemin jika Shotaro melarang berarti itu berbahaya untuk istri dan anaknya.

Jeno masih merengecutkan bibirnya, namun ia mengangguk pelan. Membuat Jaemin menghela nafas legah.

"Kalau begitu aku mau pergi ke inggris"
Ucapnya dengan tiba-tiba. Jaemin yang mendengar hal itu langsung menatap kaget dan bingung kearahnya.

"Untuk apa kesana?"

"Mau liburan!"

Jaemin kembali menghela nafas dan semakin menarik tubuh yang sudah berisi itu agar semakin dekat dengannya.

"Nanti ya sayang, tunggu baby lahir dulu.."

"Tapi maunya sekarang!"

"Sayang.."

"Nana tidak ingin pergi dengan ku?"

"Ingin sayang! SANGAT!"

"KENAPA NANA BERTERIAK!"

Jaeno yang lagi asik main tiba-tiba saja terkejut saat suara teriakan sang ibu terdengar di telinganya.

"Aku tidak berteriak.."

"TAPI NANA SEPERTI MEMBENTAK KU!"

"Sayang jangan berteriak.."

"Kenapa? Nana tidak suka!? Hiks..Nana memang tidak menyayangi ku lagi!"
Ucap Jeno yang langsung beranjak dari sofa empuk itu dan berlalu menuju kamarnya.

Jaeno yang melihat kejadian itu ingin mengejar ibunya namun bibi Choi segera membawanya pergi dari sana pertengkaran seperti ini tidak baik di dengar anak kecil cantik sepertinya.

Jaemin menghela nafas, dan langsung menutup laptopnya. Ia harus menenangkan Jeno dulu. Ini bisa berbahaya untuk kandungannya.

Pintu kamar itu terbuka, menampilkan Jaemin yang kini berjalan kearah buntalan selimut yang tengah melilit tubuh Jeno.

"Sayang.."
Panggil Jaemin, namun tidak ada jawaban.

"Sayang, kamu tau kan kalau inggris itu sangat jauh"

"Jangan beralasan! Bilang saja kau pelit!"
Ucap Jeno yang sudah membuka kembali selimut yang menutupi wajahnya. Jaemin yang mendegar hal itu merasa tidak terima.

Bagaimana Jeno bisa mengatakan jika ia itu pelit? Berapa kali Jaemin harus mengatakan jika ini bukan masalah uang!

Ayolah! Kekayaannya sungguh sangat melimpah. Bahkan ia sangat bingung kenapa perusahaannya semakin lama malah semakin bertambah banyak. Membuatnya tidak memiliki waktu yang banyak untuk keluarganya.

"Bukan seperti itu baby, aku hanya-"

"Aku tidak ingin dengar apapun!"
Ucap Jeno memalingkan wajahnya.

"Sayang, tolong jangan egois.."

"EGOIS!? Ooh..jadi menurut Nana, aku egois!?"

"Tidak, bukan seperti itu.."

"Hiks..Nana memang tidak menyayangi ku lagi.."

"Sayang.."

"Nana tidak mencintai ku lagi!"

"SAYANG!"

Tangis Jeno tiba-tiba saja berhenti saat sang suami membentaknya seperti itu.

Jaemin menghela nafas lelah lalu kembali menatap wajah Jeno yang terlihat ketakutan dan juga sedikit tersentak terkejut dengan teriakan Jaemin.

"Sayang, aku lelah. Tolong mengertilah, pekerjaan kantor sangat banyak. Aku tidak bisa membawa mu ke inggris bukan karena aku pelit, aku bisa membawa mu berkeliling dunia kemanapun kau mau. Tapi tunggu baby lahir dulu sayang, itu bisa membahayakan kalian berdua.."
Ucap Jaemin berusaha membuat Jeno mengerti dengan keadaan yang ada.

Ia memang tidak pernah marah dengan sikap manja Jeno. Ia juga sadar jika dulu ia sering menyiksa Jeno. Namun ia juga sudah sangat menyesali hal itu dan berjanji tidak akan melukai Jeno lagi.

Tapi ini sudah berlebihan.

Bagaimana bisa Jeno mengatakan jika ia tidak mencintainya? Bila perlu ia bisa memberikan hidupnya untuk Jeno sekarang juga untuk membuktikannya.

Jeno yang mulai mengerti terlihat mengangguk lembut. Membuat Jaemin tersenyum dan langsung berjalan menghampirinya.

Ia memeluk tubuh itu dengan sangat lembut, mengusap sayang punggung sempit itu.

Jeno menyamankan pelukannya dengan Jaemin.

"Maaf ya Nana, aku terlalu manja"

"Tidak sayang, kamu tidak pernah salah. Maaf karena tidak bisa memenuhi keinginan mu sekarang"
Ucap Jaemin yang berhasil membuat Jeno menangis dalam pelukannya.

Ia tidak menyangka jika Jaemin akan begitu sangat menyayanginya. Ia tidak pernah berpikir jika kehidupan mereka akan berubah drastis seperti ini.

Dari Jeno yang awalnya hanyalah 'pemuas' untuk Jaemin. Berubah menjadi istri yang sangat Jaemin cintai.

Jeno merasa sangat bahagia memiliki suami seperti Jaemin dan juga memiliki keluarga kecil yang sangat menyayanginya.
























Dua minggu berlalu..

Dan hari ini merupakan hari bahagia untuk seluruh keluarga Na. Karena cucu kedua mereka akan segera lahir. Persalinan itu berjalan dengan lancar dan Jeno berserta anak mereka berhasil melewati masa menegangkan itu.

Jeno melahirkan anak laki-laki yang sangat tampan.

Seluruh keluarga sangat bahagia, bahkan sang kakek yang awalnya membenci Jeno menjadi luluh saat melihat sang cucu yang begitu tampan.

Mungkin setelah ini kehidupan Jeno akan di penuhi rasa bahagia dengan kasih sayang yang ia dapat dari banyak orang yang berada di sekitarnya.

































VannoWilliams

Crazy Ceo (Jaemjen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang