Jeno menoleh kearah Jaemin yang tengah menelpon pengacaranya. Ia akan menceraikan Yejin secepatnya. Ia bahkan tidak peduli dengan keadaan wanita itu. Ia sudah membayar seluruh biaya rumah sakit, dan akan memberikan satu perusahaannya untuk ganti rugi pada keluarga Yejin. Sebenarnya Jaemin juga tidak tau ganti rugi apa yang di maksud di sini? Jika seperti ini bukankah terlihat ia yang membeli atau meminjam Yejin pada kedua orang tuanya? Tapi sekali lagi ia tidak mempedulikan hal itu. Ia hanya ingin lepas dari wanita ular itu.
Jaemin juga sudah memberitahu Jisung untuk menyebarkan berita kematian anaknya dan berita perceraiannya dengan Yejin. Biarlah orang akan berkata apa padanya. Ia bisa membungkam mulut mereka satu persatu. Bukankah uang akan membuat mulut-mulut tidak berguna itu diam.
Setelah menyelesaikan tugasnya. Jaemin segera menghampiri Jeno di tempat tidurnya.
Anak itu terlihat termenung. Seperti ada yang sedari tadi ia pikirkan.
Cup!
Kecupan lembut Jaemin berikan pada pipi gembil itu.
"Kenapa melamun, hm?"
Tanyanya yang langsung menarik Jeno kepelukannya."Bukankah ini terlalu berat untuk Yejin?"
Ucapnya dengan wajah sendunya. Jaemin memutar bola matanya dengan malas, ia sangat membenci nama itu. Jika ia mendengar nama Yejin, maka ia juga akan mengingat sang anak yang tidak bisa lahir dengan selamat ke dunia ini."Jangan pedulikan dia. Aku menyesal sudah menghabiskan waktu berharga ku untuknya"
Ucapnya dengan sedikit kesal. Jeno ingin menegur Jaemin, namun ada hal lebih penting yang harus ia katakan pada Jaemin."Nana.."
Panggilnya dengan lirih. Membuat pria tampan itu langsung menoleh kearahnya."Iya, sayang?"
"Aku..aku ingin mengatakan sesuatu"
Ucapnya gugup."Katakan saja"
"Aku takut kau marah"
Cicit Jeno pelan. Jaemin mulai menukikkan keningnya penasaran."Kau tidak akan meninggalkan ku, kan?"
Tanyanya yang mulai menajamkan pandanganya."Bukan..bukan itu"
Jeno menggelengkan kepalanya."Lalu?"
Jaemin mulai menatap lekat dirinya. Jeno terlihat menunduk dalam. Namun beberapa detik kemudian ia kembali menatap pria tampan yang sedari tadi ini terus memperhatikannya."Aku.."
"Aku hamil"
Kedua mata Jaemin menatap kaget kearah Jeno. Membuat Jeno yang melihatnya langsung memejamkan kedua matanya.
"H-Hamil?"
Tanya Jaemin yang terlihat masih sangat kaget. Jeno mengangguk pelan, ia masih menutup kedua matanya."Bagaimana bisa?"
Tanya Jaemin penasaran bercampur bingung. Dengan berani Jeno membuka kedua matanya."Tadi saat kau masih di rumah sakit. Aku tiba-tiba pusing lalu pingsan. Bibi Choi memanggil dokter Shotaro ke rumah, dan dia langsung memeriksa ku. Aku sangat terkejut saat dia bilang..kalau aku..aku sedang hamil"
Ucapnya menjelaskan kronologi kejadian sebenarnya. Jaemin terlihat sangat bahagia. Namun wajah bingungnya masih tertera di sana."Kenapa tidak terlihat sama sekali?"
"Aku juga tidak tau. Dokter Shotaro bilang ini hal yang wajar. Sebenarnya aku juga pingsan karena terlalu panik tadi. Dan terlalu kepikiran sama Yejin"
Lanjutnya. Jaemin yang mendengar hal itu, tanpa berpikir panjang lagi langsung memeluk tubuh ramping yang ada di depannya."Terimakasih, sayang!"
Ucapnya dengan sangat bahagia. Jeno yang mendapat respon seperti itu langsung tersenyum senang. Ia pikir Jaemin akan sangat marah saat mendengar kabar kehamilannya. Tapi ternyata pria itu sangat bahagia dengan kabar itu.Tentu saja pria itu akan bahagia. Anaknya baru saja meninggal karena wanita yang ia benci. Namun di hari itu juga sang kekasih tercinta tengah mengandung anak mereka.
Bolehkah Jaemin katakan jika hari ini adalah hari terbaik untuknya?
VannoWilliams
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Ceo (Jaemjen)
Teen FictionRemaja yang tidak memiliki siapapun lagi di hidupnya, harus rela di jual sang paman kepada seorang ceo yang begitu menggilainya. Story from grandson (CEO)