Selesai makan malam. Jeno segera berlari ke kamar untuk menemui si bayi yang sedang bermain dengan bibi Choi.
"Apa tadi dia menangis, bi?"
Tanya Jeno."Saat bangun tadi dia menangis. Mungkin mencari mu, nak. Tapi untunglah tidak terlalu lama"
Ucap si bibi. Jeno tersenyum."Halo, sayang.."
Jeno mengecup pipi gembil itu dengan gemas. Seluruh pelayan yang ada di sana termasuk bibi Choi terlihat gemas melihat tingkah Jeno dan si bayi. Dua-duanya sangat menggemaskan.Hingga akhirnya senyuman mereka luntur saat melihat Jaemin yang masuk ke dalam kamar dengan aura gelapnya.
"Eumn, nak Jeno. Sepertinya tuan besar ingin bicara dengan mu. Biar bibi yang menjaganya"
"Ah, nggak perlu bi. Aku bisa menjaganya. Nanti saat dia mau tidur aku akan memanggil bibi lagi"
Ucap Jeno, menghiraukan tatapan dingin Jaemin. Bibi Choi mengangguk, lalu segera pergi dari sana setelah membungkuk hormat ke arah Jaemin begitu juga dengan pelayan lainnya."Ada apa dengan mu?"
Jaemin memulai percakapan di antara mereka terlebih dahulu."Ada apa dengan ku? Aku baik-baik saja"
Jawab Jeno acuh. Dan kembali bermain dengan si bayi. Jaemin menghela nafas."Sayang-"
"Hubungan kita"
Ucap Jeno memotong perkataan Jaemin. Jeno menoleh kearah Jaemin dengan serius."Sebenarnya aku siapa untuk mu?"
Ucap Jeno yang masih menampilkan wajah yang sama."Kau kekasih ku"
"Hanya itu?"
"Kau ingin menikah dengan ku?"
Mendengar hal itu Jeno langsung memalingkan wajahnya.
"Jangan katakan itu!"
Ucapnya tidak suka."Kenapa?"
"Kau pasti tidak serius"
"Apa maksud mu aku tidak serius? Aku serius, sayang!"
Jaemin berlutut di depan Jeno yang tengah duduk di pinggir ranjang."Meskipun saat ini kau sedang serius. Kenapa kau melamar ku seperti ini!?"
Teriak Jeno dengan kesal. Jaemin yang tersadar langsung berdiri."Maaf.."
"Sudahlah! Aku juga tidak ingin menikah dengan mu jika kau masih bersama Yejin. Aku tidak ingin menjadi istri kedua mu!"
Ucapnya yang kembali menoleh kearah si bayi yang menatap polos keduanya."Aku akan menceraikannya saat bayi itu lahir"
Ucap Jaemin."Kalau begitu, lamar aku pada saat itu"
Ucap Jeno. Jaemin yang mendengar hal itu bingung harus berekspresi seperti apa. Ia memilih kembali menghela nafas pelannya."Baiklah, apapun yang kau inginkan"
Ia mendudukkan dirinya di sebelah Jeno dan ikut menoleh kearah si bayi yang tengah bermain dengan jari-jari lentik Jeno."Nana, beri dia nama"
Ucap Jeno dengan tiba-tiba."Mengapa harus aku, bukankah kau ibunya?"
"Kau tidak ingin menganggapnya sebagai anak mu? Lalu bagaimana bisa kau mau menikahi ku!?"
Teriak Jeno dengan kesal. Jaemin kembali menghela nafas. Mengapa ia terlihat sangat lemah seperti ini sekarang!?"Jaeno"
Ucap Jaemin."Na Jaeno?"
"Tidak, hanya Jaeno"
Ucap Jaemin tegas. Jeno memutar bola matanya dengan malas."Baiklah, dia tidak akan menggunakan marga mu yang sangat berharga itu"
Jaemin menatap tajam Jeno saat si manis itu mengatakan hal itu.
"Jangan memancing kesabaran ku, sayang! Aku sudah cukup bersabar sedari tadi!"
Jeno sedikit menegang takut. Namun ia berusaha menetralkan ketakutannya.
"Aku akan memberikannya kepada bibi"
Ucap Jeno yang seakan tau jika sebentar lagi Jaemin pasti akan menyerangnya. Jaemin tidak menjawab dan membiarkan Jeno membawa bayi kecil itu. Dan setelahnya ia bebas melakukan apapun pada puppy nakal itu.VannoWilliams
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Ceo (Jaemjen)
Teen FictionRemaja yang tidak memiliki siapapun lagi di hidupnya, harus rela di jual sang paman kepada seorang ceo yang begitu menggilainya. Story from grandson (CEO)