Keesokan harinya, Jeno sudah bisa kembali ke sekolah. Kali ini Jaemin memperketat pengawalannya untuk Jeno. Karena ia juga tidak ingin termakan cemburu terus menerus, hingga akhirnya harus berujung menyiksa Jeno terus menerus. Jeno yang merasa bahagia karena sudah bisa bersekolah lagi, berniat menjumpai sang sahabat yang katanya sedang berada di aula.
Jeno ingin mengejutkan sahabatnya itu karena kehadirannya yang tiba-tiba.
Namun belum sempat ia membuka lebar pintu aula itu. Ia mendengar suara seseorang yang tengah mengobrol di dalamnya.
Jeno yang merasa penasaran langsung mengintip kearah dalam. Ia melihat Yejin yang tengah mengobrol dengan seseorang di telepon itu.
"Aku sudah bilang jika dia itu bodoh, bukan?"
Ucapnya dengan kekehan ringan setelahnya."Lee Jeno yang malang itu, pasti selalu di siksa setiap aku mengirim foto itu kepada Jaemin"
Lanjutnya yang membuat Jeno mengeryitkan keningnya."Dia tidak sekolah selama dua hari. Dia pasti kelelahan karena terus di siksa"
Sambungnya masih dengan wajah bahagianya. Jeno merematkan jarinya di daun pintu itu. Tidak menyangka jika selama ini, Yejin lah yang mengirimi Jaemin berita bohong itu, dan memprovokasi Jaemin agar pria tampan itu semakin marah dan benci kepadanya.Yejin masih terus menceritakan kebodohan Jeno pada lawan bicaranya di telepon itu. Hingga membuat Jeno tidak tahan dan memilih pergi.
Ia meremat bagian depan seragamnya dengan sakit. Air mata mulai membasahi pipinya. Ia tidak menyangka jika sahabat yang paling ia sayangi dan satu-satunya itu melakukan hal keji seperti ini kepadanya.
Jeno mencoba menguatkan hatinya lalu menghapus air matanya dengan perlahan.
"Tapi, bagaimana bisa Yejin mengenal Jaemin?"
Tanyanya dengan lirih. Ia tau jika Jaemin memang sangat terkenal, namun sampai bisa mendapatkan nomor pria itu merupakan suatu hal yang luar biasa. Dan mengapa gadis itu melakukan hal itu kepadanya?Jeno masih bergelung pada pemikirannya hingga akhirnya suara bell masuk kelas mengagetkannya.
"Aku akan mencari tau itu nanti"
Sesampainya di mansion mewah milik Jaemin. Jeno kembali berkutik dengan pikirannya. Tadi di sekolah ia kembali di permalukan oleh Yejin, saat Jeno mendatanginya dan menanyakan perbuatannya selama ini kepadanya. Namun Yejin malah menuduhnya yang tidak-tidak hingga seluruh murid membulinya.
Tok tok!
"Nak Jeno, makan malamnya sudah siap"
Ucap bibi Choi dari balik pintu."Iya, bi!"
Sahut Jeno membalas. Jeno memilih langsung keluar dari kamar setelahnya, menyusul bibi Choi yang sudah berjalan mendahuluinya.Baru satu anak tangga ia pijak. Terdengar suara menggema nyaring di ruang tamu mansion itu.
Yu Lian, ibu kandung dari Jaemin, sang nyonya besar kembali datang ke mansion mewah milik anaknya.
Jeno ingin kembali naik keatas, namun ia tidak bisa menunda makan malamnya. Karena jika ia melakukan hal itu, Jaemin akan sangat marah padanya.
Jeno sudah berada di lantai dasar, saat nyonya Na menatap sinis kearahnya.
"Ooh jalang ini sudah bangun ternyata!"
Ucapnya sarkatis, sambil menatap rendah kearah wajah Jeno yang sedang menunduk. Jeno tidak menjawab, dan memilih berlalu ke ruang makan."Cih! Dasar tidak sopan!"
Ucapnya mendecih kesal. Baru saja Jeno ingin mendudukan dirinya di kursi itu. Sebuah suara yang sangat ia kenal, memasuki mansion rumah ini dengan sepatu hak tingginya."Maaf karena telat, tan"
Ucap seorang wanita dengan paras cantiknya."Ah gak papa, tante juga baru aja datang kok!"
Balas Lian dengan senyuman manisnya. Jeno mencoba melihat kearah ruang tamu, untuk melihat gadis itu. Dan betapa terkejutnya Jeno saat melihat, itu adalah Yejin. Mantan sahabatnya. Orang yang membuatnya malu tadi pagi."Apa Jaemin sudah datang?"
Tanyanya penasaran, sambil menyusuri mansion mewah milik Jaemin."Sebentar lagi dia datang. Ayo kita ke ruang makan, kita harus menyiapkan makan malam untuk Jaemin"
Ucapnya yang langsung menarik Yejin menuju ruang makan. Yejin yang melihat Jeno yang juga melihat kearahnya hanya memandang remeh kearahnya."Hei kau jalang! Pergi dari sini! Kami ingin menyiapkan makan malam untuk putra ku!"
Ucap Lian dengan tatapan tajamnya. Jeno sudah ingin berdiri dari duduknya. Namun bibi Choi menyuruhnya kembali duduk."Hei! Apa yang kau lakukan!?"
Bentak Lian ke bibi Choi."Maaf Nyonya, tapi nak Jeno belum makan apapun"
"Apa peduli ku!? Mau dia mati kelaparan juga bukan urusan ku!"
Ucapnya sekali lagi. Jeno melirik kearah sang bibi lalu menggeleng pelan.Bibi Choi terlihat tidak tega, tapi ia tidak bisa melakukan apapun.
Jeno memutuskan untuk pergi dari ruang makan, dan kembali menuju kamarnya. Namun langkahnya tiba-tiba saja berhenti saat mendengar suara husky yang memanggilnya.
"Sayang!"
Jeno membalik tubuhnya, dan mendapati Jaemin yang tengah berdiri sambil menatap datar kearahnya.
"Sudah makan?"
Tanya Jaemin yang kini berjalan kearahnya. Para pelayan sudah membawa tas dan juga jas kantor pria itu saat ia masuk ke dalam mansionnya. Jeno hanya diam saja dan menunduk."Ada apa?"
Tanya Jaemin yang sudah berdiri di depannya. Jeno masih belum menjawab, membuat Jaemin sedikit kesal di buatnya."Sa-"
"Ah, Jaemin..kau sudah pulang, nak!"
Terlihat sang ibu yang tengah berjalan menghampirinya. Jaemin tidak menjawab, tatapannya masih tertuju kearah Jeno."Sayang, jawab aku!"
Ucap Jaemin yang berhasil membuat Jeno menoleh kearahnya. Lian yang mendengar hal itu dan juga Yejin yang ikut menyusul sang nyonya di buat kaget dengan perkataan Jaemin."Aku..aku.."
Jeno melirik takut-takut kearah Jaemin. Ia juga melihat Lian yang menatap tajam kearahnya."Bicara yang benar!"
Tekan Jaemin."Belum"
Cicitnya. Jaemin yang mendengar hal itu, menghela nafas pelan. Tidak ingin berlama-lama, ia langsung menarik tangan Jeno untuk ia bawa ke ruang makan. Di susul dengan Lian dan juga Yejin di belakangnya.Jaemin menggulung lengan kemejanya, lalu mendudukan Jeno di sebelahnya.
"Kepala mu masih pusing?"
Tanya Jaemin, yang kini mengelus rambut Jeno. Jeno menggeleng pelan.VannoWilliams
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Ceo (Jaemjen)
Teen FictionRemaja yang tidak memiliki siapapun lagi di hidupnya, harus rela di jual sang paman kepada seorang ceo yang begitu menggilainya. Story from grandson (CEO)