Happy reading!
Tolong votmen nya!
________________"Gue bilang udah gak usah nangis. Ntar tambah sesak." Ucap Arka dingin. reflex El membungkam mulutnya sendiri dengan tangan. Berusaha merendam tangisan, El juga kalau sudah menangis akan susah di tenangkan.
El memeluk leher Arka erat."hiks.. El sayang Abang!" Arka tertegun, sungguh manis sekali. Taukah sebenarnya ia juga sangat menyayangi El namun, rasa bencinya lebih besar.
El turun dari gendongan Arka tepat di depan lift. Netra El seketika membola melihat kehadiran tante dan juga kakak sepupunya disini. El bukannya tak suka kehadiran mereka. Hanya saja ia perlu menyiapkan mental untuk bertemu dua orang itu.
Menghela nafas berat ia melangkah menuju meja makan dan Arka yang mengikuti di belakang.
"Tante Riana!" El mengulurkan tangan hendak menyalimi tangan Riana. Namun lagi-lagi tangan mungilnya terhempas menjauh.
Dina menatap tajam Riana. Lalu berusaha mengalihkan perhatian.
"El, sini sayang. Sama mama!" El menurut ia mendekat lalu duduk di sebelah Dina.
Riana berdecih."Bodoh sekali kau Dina. harus nya kau buang saja anak haram ini!"
"Jaga ucapanmu kakak," sargah dina cepat. Ia tak terima kata anak haram harus di tujukan kepada putra bungsu nya. Emosi Dina meredam saat merasakan tangan nya di genggam erat oleh El.
El menggeleng."ma, El gak papa. El udah lapar ini!" Anak itu sengaja mengalihkan pembicaraan. Agar mamanya dan sang tante tak bertengkar hanya karena dirinya.
Arka menatap manik El. Tatapan itu terlihat sendu dan berkaca-kaca. Bisa Arka tebak tatapan kecewa dan sakit hati lah yang terpancar.
Menghela nafas pelan."iya sayang. Jangan dengerin kata tante Riana ya? Sekarang adek mam, mama suapin." El mengangguk antusias.
Setelah makan siang El memutuskan untuk menonton televisi. Ia menonton sendiri sebab mamanya bersama tante Riana dan abangnya bersama kak Delvin.
El sebenarnya ingin ikut bermain game bersama Arka dan Delvin. Tapi ia diusir, sungguh sakit sekali melihat Abangnya dan Delvin bisa sedekat itu sementara dirinya di acuhkan.
Ia asik menonton seraya memakan cemilan. Namun tak berselang lama ia dikagetkan oleh tepukan bahu. El mendongkak guna melihat siapa pelakunya. Dia Delvin.
"Hai bocah! Seperti nya kita bertemu lagi. Kau ingin bermain? Ahh aku sangat rindu bermain dengan mu!" El dibuat bergidik ngeri karna perkataan Delvin.
"K-kak Delvin mau apa?" Tanya El meringsut mundur karna takut.
Tangan anak itu masih memegang toples cemilan dan tangan satunya lagi botol dot susu.
Delvin semakin mendekat lalu menarik tangan anak itu kuat, hingga cemilan dalam toples jatuh berserakan di lantai. Botol dot nya juga sudah menggelinding entah dimana.
"Kakak, El gak mau!" El memberontak namun tenaga nya kalah. Ia berhasil di seret menuju taman belakang mansion.
Kebetulan hari ini tidak ada bodyguard yang berjaga di dalam mansion. Karna ada Dina di mansion, jika tidak maka El akan dijaga beberapa bodyguard meski saat bersama Arka.
Setelah sampai Delvin menghempas kan tubuh el hingga tersungkur di rumput. Ia meringsut mundur takut kejadian dulu terulang lagi. Dimana Delvin memukulinya habis-habisan.
Gustav? Tentu saja marah. Tapi El berusaha meyakinkan untuk memaafkan Delvin.
"El salah apa lagi kak!?" tanya anak itu, namun Delvin malah tersenyum miring. Lalu menarik rambut El kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELVANO [END]
Teen Fiction"Abang, El mau di suapin abang." -Elvano. "Punya tangan juga lo!" -Arkana. Ini kisah Elvano. ⚠️Warning⚠️ 1)Banyak typo and kata kasar. 2)Konflik ringan. 3)No plagiat! 4)Lapak brothership not BxB! Cerita ini murni hasil pemikiran dan ide saya sendir...