Bagian -06.

21.5K 2K 168
                                    

Happy reading!
Votmen dulu dong.

___________________

"Maafkan aku om," sesal palsu Delvin.

Gustav menatap tajam manik milik sang ponakan."Kau bisa meminta maaf. Tapi jelaskan padaku kenapa kau menyakiti El?" tanya Gustav.

Delvin menatap Riana. Berharap bisa membantunya sekarang, namun Riana memijat pangkal hidungnya pusing. Delvin menelan Saliva nya susah payah, ia terlalu ceroboh kali ini.

Arka tampak acuh. Ia hanya memainkan ponsel saat papa dan mamanya mengintrogasi Delvin.

"Sebenarnya--" perkataan Delvin terpotong karna teriakan seseorang.

"HUAAAAA MAMA!!!" Gustav dan Dina langsung menoleh, suara melengking El seakan membuat seisi mansion bergetar.

"Bang, tolong cek" suruh Gustav.

Arka menurut ia selalu di ajarkan untuk menghargai orang tua yang sedang berbicara serius. Jadilah ia yang menemui El.

"Ada apa?" dingin arka saat sudah sampai di kamar El.

Tidak ada siapa-siapa disini. Itu membuat Arka menyerengit bingung. Kemana anak yang berteriak tadi.

"Tolong maafin El, kecoa. El jijik ish!" Samar-samar arka mendengar suara itu dari bawah meja. Arka mendekat benar saja anak itu duduk di lantai seraya memeluk lutut.

"Hey bocah!" El langsung mendongkak. Lalu keluar dari kolong meja.

"Bang tolong El. Ada kecoa hiks.." El langsung berlari kencang menuju luar pintu.

Arka langsung berlari mengejar El. Aish anak itu!

"El berhenti!" Arka mencengkeram tangan El.

"Bang sakit, oiy!" Pekik El. Membuat Arka langsung melepas cengkraman itu.

Arka ingin mengatakan sesuatu namun urung karna El melototkan mata ke arah lantai.

"Bang, itu KECOA NYA!!" Teriak El. Hendak berlari namun tangannya di cekal Arka. El sangat membenci kecoa, baginya kecoa makhluk yang sangat menjijikan. Dan ini pertama kalinya ia menemukan kecoa di mansion. Biasanya ia menemukan makhluk itu di gudang atau di tempat kotor lainnya. Kali ini kenapa bisa ada di mansion.

"HUAAA!! Uhuk! Uhuk!" El berusaha memberontak. Namun urung karna acara batuk.

"Nah kan, udah di bilangin diem dulu," tanpa sadar Arka mengatakan hal itu.

El sebenarnya terharu. but, batuknya gak mau berhenti."uhuk!! Bang!" Arka berdecak lalu menarik tangan El menuju kembali ke kamar.

"Duduk!" Dingin Arka saat melihat El masih berdiri di dekat kasur. Ia trauma sama kecoa tadi.

Dari pada runyam El memutuskan untuk menuruti, lalu duduk di ranjang.

"Nih minum," El meminum air itu pelan. Setelah selesai gelas air itu diambil arka.

"Lo ngapain sih teriak-teriak! Gak tau orang tua lagi bicara di bawah. Gada sopan santun lo bocah" mata arka menatap tajam sang adik, yang kini hanya bisa menunduk.

"JAWAB BANGSAT!!!" Bentak Arka.

El tentu saja terkejut. Ia berusaha menahan tangis, lalu berucap."m-maaf bang. Tadi ada kecoa."

Mendengar nada bergetar dari El. Arka sempat merasa bersalah, namun ia tepis. Lagi-lagi ia mengingat bagaimana anak haram ini bisa menjadi adiknya.

"Banyak alasan lo! Sana mandi," El benar-benat tak berani menjawab. Hawa sang Abang sangat dingin membuat bulu kuduknya meremang seketika.

El beranjak lalu masuk ke kamar mandi."Dasar Abang ngeselin! Gatau ada kecoa apa!? Ish!" El total merenggut kesal.

ELVANO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang