Radit

69 34 4
                                    

Pov Radit

Setelah mendapat panggilan dari Gemy, gue bergegas menuju tempat janjian kita di sebuah cafe.

"Tumben banget dia, ngajak ketemuan."

Radit melajukan roda empatnya, membelah jalanan ibu kota yang padat merayap. Karena bertepatan dengan jam pulang kantor.

Berpuluh menit kemudian, gue sampai di cafe tempat janjian sama Gemy. Gue bisa liat dia sedang asik dengan ponselnya sambil senyum-senyum sendiri dan gue geleng-geleng kepala liat tingkahnya dia. "Dasar bucin." Cibir gue, gue tau hubungan Gemy dan Anisa.

Semenjak kejadian beberapa tahun lalu, gue dan Gemy tak lagi dekat seperti dulu.

"Gem, udah lama loe ?!" sapaku, membuat dia menghentikan aktifitas diponselnya.

"Ehh Dit, belum lama ko. Ayo duduk," ajak Gemy pada gue.

Gue melirik gelas di depan gue, segelas cappucino dingin kesukaan gue. "Ternyata dia, masih ingat." Batin gue tersenyum.

Terjadi keheningan hingga beberapa menit, hingga akhirnya gue dengar Gemy berbicara tentang Feli. "Dit, gue tau loe suka kan ?sama si Feli?" tanya Gemy pada gue.

Gue mengerutkan kening, bingung kenapa si Gemy bisa tahu padahal dulu gak ada satu pun yang tahu tentang gue dan Feli.

"Maksud loe ?" tanya gue balik, pura-pura gak ngerti.

Gue mendengar Gemy berdecak. "Loe, gak usah pura-pura gak tahu deh. Gue tahu semua nya tentang loe dan Feli," ucapnya datar.

"Terus, kalo loe udah tahu, loe mau apa ?loe mau hakimi gue gitu ?"

Sebelum Gemy bicara, gue terlebih dulu angkat bicara. "Denger yah, gue dulu emang suka sama Feli. Tapi apa ?loe tahu dia gak mau pacaran, karena dilarang sama loe dan bokapnya. Setelah gue nerima cinta Hana, gue kemudian memutuskan untuk menjadi sahabatnya Feli hanya sahabat." Jelas Radit menekankan kata sahabat.

Kemudian gue denger Gemy, menghela napas kasar. "Maafin gue atas sikap gue dulu sama loe Dit, tapi loe harus tau Dit. Feli lagi patah hati dan dia lagi sakit. Gue tahu apa penyebabnya dia patah hati karena loe dan Yudis," tutur Gemy.

"Yudis."Gumam gue, Gemy pun mengangguk.

"Lalu apa hubungannya sama gue ?" tanya gue, Gemy hanya diam.

"Gue gak bisa jawab, hanya Feli yang bisa jawab."

"Ya udah, gue pergi dulu Dit."Pamit Gemy, sambil berdiri dan menjabat tangan gue. Setelah kepergian Gemy gue memikirkan Feli.

Salah satu gadis pertama yang menempati hati gue, tapi sekarang ?! Radit mengedikan bahunya acuh.

"Kayanya, gue harus temui dia deh."

🌹🌹🌹

Dan di sinilah gue di apartemen Feli setelah gue memaksa Gemy memberikan alamat Feli, di hadapan gadis yang pernah mengisi hari-hari gue secara diam-diam. Dia masih sama seperti dulu malah terlihat cantik, dengan rambut panjangnya yang hitam, tapi sekarang dia terlihat pucat dan terlihat raut wajah sedihnya menatap gue dengan wajah datar dan dingin.

Kami masih diselimuti keheningan, dan rasa canggung terutama gue. Gue bingung mau memulai bicara dari mana. Gue menggaruk belakang kepala yang sebenarnya tak gatal sama sekali.

"Kenapa, Dit ?apa yang membuat loe, datang ke sini?" tanyanya, seperti biasa dengan nada dingin.

"Gue mau minta maaf, Fel."

"Minta maaf." Gue masih bisa mendengar walau Feli, menggumamkan kata maaf dengan suara pelan.

"Sadar juga loe, punya salah sama gue," cibir Feli.

"Fel, gue minta maaf sama loe atas kesalahan gue. Karena gara-gara gue loe ja..." Sebelum gue lanjutin, perkataan gue. Feli sudah lebih dulu berbicara.

"Dit, gue udah maafin loe. Tapi gue gini bukan karena loe. Selama gue menjaga jarak sama Hana gue sadar gue merindukan kalian sebagai sahabat. Gue kangen Hana, gue kangen lu Dit, gue gak enak sama kalian gue udah musuhin Hana, gue udah jaga jarak sama loe juga. Seseorang udah bikin gue sadar Dit," jelas Feli panjang kali lebar, gue bisa liat Feli tersenyum kala mengingat seseorang itu. Gue bisa pastiin itu Yudis, see senyum Feli pun nular ke gue.

Feli...Feli sedahsyat inikah, efek Yudis ke loe. "Maafin gue Fel, gue pernah bikin loe patah hati." 

Lamunan gue buyar saat Feli berbicara. "Loe gak mau kumpul-kumpul sama kita lagi, Dit ?loe tau Hana mau tunangan dua minggu lagi," terang Feli, membuat gue melotot tak percaya. "Hana tunangan," ulang gue, dan Feli mengangguk.

"Sama siapa?" tanya gue gak sabar.

"Sama Indra, loe tahu perjuangan Indra buat dapetin hati Hana juga gak mudah, layaknya Gemy dan Anisa. Mereka juga gak langsung bersama, apalagi Anisa loe tahu gimana Anisa selalu merasa gak pantes, Anisa menolak Gemy awalnya tapi Gemy selalu meyakinkan Anisa bahwa dia pantas untuknya. Akhirnya mereka bersama dan beberapa bulan lagi mau nikah tuh." Tutur Feli.

Gue menghela napas secara kasar, kebersamaan gue dan yang lainnya tak seintens dulu. Semenjak gue, Hana, Feli dan Gemy bermasalah.

"Oke gue bakal kumpul lagi bareng kalian, sekalian gue mau minta maaf sama Hana," putus gue.

Selama gue memiliki perasaan bersalah pada Hana, hidup gue gak pernah tenang selalu memikirkan perasaan orang-orang yang gue sakiti. Gue selalu menghindar untuk bertemu mereka.

"Eumm...Dit, gue laper." Ucap Feli, gak tau malunya.

Gue berdecak mengeluarkan ponsel pintar gue, dan memesan makanan untuk Feli.

"Dit, gimana keadaan mami Hasna, sama papi Ilham?" tanya Feli, selama gue menjauhi sahabat-sahabat gue. Gue balik ke rumah mami gue di Makasar. Dan selama gue hidup di Jakarta gue tinggal bareng papi gue untuk mengembangkan bisnis hotelnya di Jakarta. Setelah sukses dan dikelola oleh orang kepercayaan papi.

Papi balik lagi ke Makasar, papi ngajakin gue kuliah di sana. Dan baru beberapa bulan gue balik lagi ke Jakarta dan tinggal di apartemen yang papi beli buat gue untuk mengurus bisnisnya.

"Baik, mami dan papi gue baik. Mereka sehat," jawab gue.

"Lalu adek loe, Mariana ?apa dia jadi kuliah di Jakarta ?"

"Gue gak tahu, kemarin mami ngelarang dia karena di anak cewek satu-satunya juga sih. Makanya mami gak rela jauh sama adek gue."

Gue liat Feli mengaggukan kepalanya, tak lama bel apartemen Feli pun berbunyi. "Biar gue liat,"

"Makan sore loe, Fel." Gue mengangkat box, dari resto ternama.

Feli berseru antusias. "Thanks, ya Dit." Ucapnya tulus.

"Loh ko cuma satu, Dit ?loe gak ?"

"Gak Fel, loe aja yang makan. Loe kurus banget sih," ledek gue, membuat dia cemberut. Dan itu sangat menggemaskan bagi gue.

"Ya udah deh, gue makan ya." Kekeh Feli.

Gue cuma bisa liatin Feli yang makan dengan lahap, kayanya perasaannya udah baikan.

"Fel, kalo loe suka sama dia kejar jangan sampai loe nyesel kaya gue." Entah mengapa, kata-kata itu meluncur bebas dari mulut gue. Gue kasian liat Feli yang selalu memendam cintanya untuk orang lain.

"Ya, gue bakal kejar dia lagi Dit. Gue gak peduli kalo gue ini cewek," kata Feli, dengan senyum diwajahnya. Kemudian Feli melanjutkan makan sorenya tersebut.

"Semoga loe, selalu bahagia dengan pilihan loe Fel." Doa gue tulus dalam hati.

Tbc...

Maaf typo

Jangan lupa vote dan komen. Makasih 🙏

Still Love You (Sequel Friends zone)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang