Ide Anisa

54 26 8
                                    

💞💞💞

Tak terasa, waktu telah menunjukan pukul sebelas malam. Gemy dan Anisa memutuskan untuk pulang.

"Fel, ayo pulang," ajak Gemy, yang melihat Feli asik dengan ponselnya.

Feli menoleh pada Gemy. "Gue bentar lagi deh." Ucap Feli ragu.

"Tapi ini udah malam, Feli." Desis Gemy.

"Biar gue, temenin." Tawar Radit.

"Ya sudah, terserah loe deh. Gue pergi dulu kalo gitu. Inget pulang jangan terlalu malam," pesan Gemy.

"Iya, bawel banget loe kayak emak-emak." Cibir Feli.

Anisa dan Gemy, berlalu dari hadapan Radit dan Feli. Sedangkan Hana dan Indra sudah terlebih dulu pulang.

Setelah semuanya pergi, Feli melipat tangan dimeja dan menundukan kepalanya. Radit mengusap punggung Feli yang bergetar.

"Nangis aja, gue ada disini." Ucap Radit, terus mengelus punggung Feli yang bergetar.

Dengan setianya, Radit menunggu Feli yang menangis. "Sudah?" tanya Radit.

Feli mengangkat kepalanya, menatap Radit sendu. Radit menghapus jejak-jejak air mata diwajah cantik Feli.

"Sudah, jangan nangis lagi. Jelek, jika dia jodohmu. Maka sejauh manapun dia pergi, dia akan kembali lagi kerumah yang sesungguhnya." Jelas Radit.

"Tumben loe, bijak Dit." Kekeh Feli.

Radit mentoyor kening Feli. "Loe, gak tahu kalo gue ini pinter dan bijak." Balas Radit jumawa.

Feli memutar bola mata malas. "Kepedean banget loe," cibir Feli.

Radit tertawa terbahak-bahak, membuat Feli cemberut.

"Puas loe Dit, nyebelin."

Feli beranjak dari duduknya, meninggalkan Radit begitu saja.

"Ehh..Fel, tungguin gue." Teriak Radit, dia pun berdiri dan mengejar Feli yang sudah keluar.

💞💞💞

Kediaman Darwin

Yudis yang baru saja pulang  mengantar Sarah, duduk dibalkon kamarnya. Dia menatap langit malam yang tanpa bintang.

Pertemuan dengan Feli, yang tak disengaja tadi membuatnya sulit untuk melupakan Feli. Semakin ingin melupakan malah semakin ingat.

Feli terlihat cantik, dengan dress warna hitam dan rambut di gerai.

"Aku merindukanmu, sangat." Gumam Yudis.

Yudis menghembuskan napas secara kasar, mengacak-acak rambutnya. Begitu frustasi dengan semua ini, dia yang menginginkan semuanya berakhir tapi dia juga yang merana.

Sebuah notifikasi mengangetkan Yudis yang sedang asik melamun, dia membuka ponselnya dan membaca pesan masuk.

"Laila." Desis Yudis.

Yudis mendial nomor Laila.

"Kenapa mendadak?" tanya Yudis tanpa basa basi.
"..."
"Baiklah, kamu cari sekertaris yang lain. Sebelum menemukan penggantimu jangan harap aku mengizinkanmu keluar." Ketus Yudis, langsung mematikan panggilan tersebut.

Still Love You (Sequel Friends zone)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang