Sudah dua puluh tahun aku berada di belahan bumi yang benua Asia. Tepatnya di Seoul Korea, tempat ku tinggal sepuluh tahun ini. Aku tinggal sendirian di sebuah apartemen yang tidak bisa di bilang biasa namun bukan mewah. Itu semua aku dapat dari penghasilan ku menjadi dokter spesialis bedah di salah satu rumah sakit di kota ini .
Aku sangat menyukai pekerjaan ku , karena setiap kali aku berhasil menolong manusia aku pasti akan mengingat kedua orang tuaku. Mereka sudah tiada si saat usiaku baru tiga puluh lima tahun. Jangan mengatakan aku tua karena kata-kata itu tidak mungkin terjadi di hidupku. Aku bukan manusia biasa seperti kebanyakan penduduk bumi. Aku adalah seorang wolf yang lebih menyukai bumi. Karena tidak mengingatkan ku kepada orang tuaku.
Usiaku saat ini memang sudah lima puluh tujuh tahun. Tapi secara fisik aku adalah pemuda berusia dua puluh lima tahun. Aku di anugrahi wajah rupawan yang hampir seperti mendiang ayahku. Hal itu membuatku mudah di terima di manapun.
Di usia saat ini sebenarnya aku tidak terlalu memikirkan pasangan karena biasanya mate akan bertemu ketika di usia seratus. Tapi sepertinya aku tidak ingin bertemu dengan mate ku, karena aku memiliki seorang kekasih. Dan sialnya kekasihku adalah manusia biasa. Dia pendampingku selama lima tahun ini dan dia tidak tahu siapa aku sebenarnya. Karena yang dia tahu aku hanyalah Jeremy, dokter muda yang merebut hatinya.
"Sayang aku bawa kesukaan kamu nih," ucap Hani yang baru datang dengan makanan di tangannya.
"Ouh sebentar han, aku sedang di kamar mandi," Ucapku.
"Kamu kebiasaan mandi kok jam sembilan malam," dumalnya dari arah dapur.
"Hm,"
Tanpa berbicara apapun aku segera keluar dari kamar mandi . Aku segera mendekati Hani yang sedang menghangatkan masakannya di dapur. Dia seperti tidak menyadari kedatangan ku sampai aku memeluknya. Pheromone ku saat itu langsung melayang saat aku merasa bahagia. Dan sayangnya yang ia tahu aku hanya memakai parfum bukan pheromone. Sebenarnya sedikit tidak nyaman memeluk sambil menggunakan jubah mandi tapi aku tidak mungkin membiarkannya tahu tatto di seluruh tubuh ku.
"Jeremy aku tahu parfum kamu itu nyegerin tapi pakai baju kamu baru ke sini ya,"
Aku hanya terkekeh mendengarnya dan segera menuju ke kamar ku. Di apartemen ini sebenarnya hanya memiliki satu kamar. Dan untuk dia jelas dia tidak tinggal bersama ku karena dia memiliki orang tua yang cukup rumit.
Aku segera kembali ke dapur dan duduk di salah satu kursi di sana.
" Ini masakan kamu apa ibu kamu?" Tanya ku.
" Ini ibu yang masak , kamu kan tahu aku sibuk dengan toko kue, dari tadi pagi lumayan rame," Ucapnya.
"Bagus dong , biar kamu bisa itu baking class di Inggris seperti mimpi kamu,"
"Amin, tapi Jeremy ," ucapan Hani menggantung sambil menatapku ragu.
" Ada apa?"
"Ibuku bertanya kapan kau akan menikahi ku? Kau tahu sendiri kalau aku mulai tidak di perbolehkan menginap di sini," ucap Hani.
"Apa? Kita masih muda Hani santai saja dulu,"
" Muda dari mana her, aku sudah dua puluh tujuh tahun dan kau sudah kepala tiga sekarang," ucapnya berkaca-kaca.
Aku paling tidak tega saat melihat seperti ini. Hal yang tidak aku suka dari orang tua gadisku saat ini mulai di puncaknya tidak mungkin aku akan menikahi dia. Karena aku bisa membunuh dua wanita saat itu pula.
"Jadi kapan jer," tanya Hani lagi .
"Hani seperti sekarang sudah saat aku memberi tahu mu sesuatu," ucapku sambil membuka kaos yang melekat di tubuhku.
"Jeremy kamu mau ngapain sih,"
Hani sedikit terkejut saat melihat banyaknya tatto yang ada di tubuh Jeremy. Tidak mungkin kalau dia adalah seorang Yakuza karena tatto itu terpisah satu sama lain namun memiliki warna yang sama. Hani terlalu sibuk melihat tatto di tubuh Jeremy sampai tidak menyadari perubahan warna mata Jeremy.
"Ini alasanku selalu berkata tidak saat orang tuamu menanyakan hal itu," ucap Jeremy sambil menunduk.
Hani langsung menatap manik mata Jeremy yang berubah menjadi emas.
"K-kau bukan manusia,"
" Maaf Hani, aku wolf bahkan usiaku sebenarnya lebih dari tiga puluh tahun," ucap Jeremy sambil mengusap air mata Hani yang semakin banyak.
"Aku tidak peduli aku ingin kita menikah jer,"ucap Hani .
" Tidak bisa begitu Hani, karena jika aku menikah denganmu, itu artinya aku akan membunuh dua orang sekaligus,"
"Apa maksudmu jer, kita akan mati jika menikah?"
"Bukan hanya kita berdua tapi juga pasangan takdir ku juga akan mati saat aku menikah dengan orang lain," jawabku.
Tangisan Hani semakin pecah saat itu juga. Untuk kali ini aku merasa tidak pantas mengusap air mata kekasih ku sendiri.
"Kita putus saja ,"
Itu adalah ucapan Hani yang terakhir sebelum ia keluar dari apartemen ku. Ini semua memang salahku yang terlalu terlena dengan manisnya kisah cinta kami sampai lupa jati diriku.
Di lain tempat saat ini seorang gadis omega sedang merasakan sakit yang luar biasa. Sepertinya matenya sedang mengeluarkan pheromone ke orang lain. Dan itu membuat nya seolah sesak napas.
"Tuhan jika cinta yang dia rasakan menyakiti maka hancurkanlah cinta itu aku tidak sanggup tuhan," ucap omega itu.
Bahkan sebelum mereka di pertemukan ikatan benang merah itu sudah membuat mereka terhubung. Bahkan jika salah satu menaruh hati ke lain orang pasti akan terasa sesakit apa rasanya di khianati.
KAMU SEDANG MEMBACA
my double mate
Fantasíabagamana jika ada seorang manusia yang di takdirkan menjadi pasangan makhluk immortal yang sering dianggap sebagai cerita belaka seperti vampir atau werewolf . dan bagaimana jika ternyata pasangan takdir manusia tadi bukan hanya satu tapi dua, dan m...