2. Dialog

2.3K 256 12
                                    

"Kenapa semua orang kelihatan bahagia? Tapi gue enggak?" Gadis itu menangis sambil mengutarakan ketidakadilan semesta memberlakukan nya.

Gadis itu mendongak membiarkan air matanya meluncur lebih bebas. Langit hari ini juga mengkhianati nya, bagaimana langit biru dan awan putih itu terlihat seperti lukisan terindah.

Ini tidak adil.

Tangisan nya semakin pecah, terisak sampai dada terasa sakit akibat terlalu banyak menangis.

Matanya yang merah menatap gedung yang bersebelahan dengan gedung dia berada. Di atas rooftoop gadis itu menyendiri dengan kesedihan yang menumpuk di hati nya.

"Salah gue apa? Apa sebenarnya gue emang gak pernah di harapkan ada di dunia ini" Gadis berjalan mendekati pinggir rooftoop dengan keputusan asa an ia melihat ke bawah di mana puluhan manusia berada.

Gadis itu kini menatap langit kembali. "Pengkhianat, kenapa harus hari ini? Padahal gue butuh hujan lo. Biar gue gak ngerasa sendirian" Gadis itu protes dengan langit terang di atas nya.

"Ayah!" Sekarang hanya gumaman kecil yang keluar. Kepalan tangan nya menguat memperlihatkan kemarahan nya.

"Kenapa harus ayah yang menghancurkan kehidupan loxa" Teriakan penuh emosi itu menggema.

"Aloxa benci dunia! Benci ayah! Benci langit! Benci semuanya" Setelah berteriak kencang. Gadis itu membiarkan tubuh nya terhempas cepat kebawah. Semakin berat beban semakin cepat beban itu jatuh meleset mencapai bumi.

Sampai.

"Brukk" Suara nyaring itu menyisakan teriakan histeris di bawah sana.
.
.
.
.

"Jangan!" Xera berteriak terbangun dari mimpi yang membawa nya.

Keringat dingin serta nafas nya yeng terpotong potong, membuat Xera memeluk lutut ketakutan. Mimpi itu terasa nyata. Sampai Xera tak sanggup membayangkan nya. Suara ketukan pintu mengalihkan pikiran nya. Menunggu sang pelaku berbicara.

"Non! Non tidak papa" Suara ibu-ibu sopan dan lembut itu membuat Xera bernafas lega.

Xera melirik ke samping tapi tak mendapati Fina di sana. Kening nya mengernyit melihat selimut yang di pakai nya berwarna abu polos. Xera menatap sekeliling nya dengan heran.

Cat putih? Kamar Fina cat Biru. Xera menyibakkan selimut dan mendapati baju tidur berwarna putih sedang di pakai nya, jelas jelas dia terakhir kali tertidur dengan memakai sweater dan celana jeans.

Xera mengacak-acak rambut nya. Tunggu! Rambut nya tak sehalus ini. Kali ini Xera berlari menuju pintu dengan penuh kepanikan. Ia memutar kenop dan langsung berhadapan dengan orang asing di depan nya. Kaki nya melangkah mundur.

"Siapa?" Xera bertanya dengan raut cemas. Apa sekarang ia sedang di culik? Sialan! Sebenarnya ini di mana?.

"Non. Non kenapa? " Terlihat raut cemas dari wajah ibu ibu itu di depannya sambil mendekat. Xera semakin mengambil langkah mundur.

"Jangan dekat-dekat! " Xera berteriak keras penuh ketakutan. "Anda siapa? Dan ini di mana? "

Xera sudah gemetaran. "Jangan mendekat"

Wajah nya pusat pasi membayangkan hal hal buruk terjadi kepadanya. Padahal Xera yakin ia tertidur di kamar Fina bahkan di sampingnya. Tapi sekarang kamar yang di tempati nya terasa asing. Xera meremas baju tidur putih itu. Apakah seseorang sudah melecehkan dirinya. Kenapa ia memakai baju seperti ini.

Villainess Girl (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang