Begini, hari senin minggu kedua ujian akhir semester. Semua harusnya berjalan seperti minggu lalu, tidak banyak drama atau apalah itu namanya. Tapi apa apan gadis yang sedang berdiri di depan nya di tengah tengah istirahat 30 menit sebelum ujian kembali di lanjutkan.
Gadis bernama Aulia Sara itu terlihat selalu memperhatikan nya, kebetulan meja nya berada di samping meja Aloxa. Sampai akhirnya gadis itu dengan lancang mengambil poto dirinya.
Aloxa marah besar berakhir dengan Aloxa yang sedang mengobrak-abrik HP perempuan sekelasnya itu. Yang paling mencengangkan adalah hampir setiap kegiatan yang Aloxa lakukan ada gambar dirinya.
"Buka instagram lo" Kali ini Aloxa menyodorkan HP ke si pemilik. Aulia terlihat gemetaran namun tak urung mengambil HP dan membuka kunci password nya.
"What the hell" Aloxa berdecak penuh amarah saat mengetahui nama ig si peneror berhubungan dengan Aulia.
"Jadi selama ini lo yang ngasih info ke orang gila itu"
Aulia menunduk sambil menangis. "Gue gak punya pilihan lain Xa" Suara nya tercekat.
"Gue butuh uang buat bayar sekolah gue" Aulia mengangkat wajahnya perlahan. "Gue gak bermaksud--"
Aloxa tanpa sadar melempar HP Aulia ke arah kaca dekat pintu. Bunyi pecahan kaca itu terdengar nyaring membuat anak-anak yang sedang mengintip dari pintu berlarian mundur saking kagetnya.
"Bitch, lo gak tau gue siapa hah" Kali ini Aloxa dengan berani menjabak rambut Aulia sampai wajahnya terpapang jelas di hadapannya.
"Uang? Gila lo ya" Saat Aloxa hendak menampar wajah Aulia, tangan nya tertahan di udara.
"Tenangin diri lo Xa" Suara datar itu berhasil menghentikan tamparan Aloxa dengan menarik tangan Aloxa kasar. Glen sang pelaku terlihat memasang wajah datarnya.
"Lepasin tangan gue" Suara Aloxa mengatakan itu terdengar penuh peringatan.
"Bentar lagi waktu ujian, tenangin diri lo" Glen melepaskan tangan Aloxa sesuai peringatan nya. "Biar gue yang urus-"
"Ini masalah gue" senyum smirk nya terlihat tak percaya dengan apa yang barusan ia katakan.
Glen kali ini memasang wajah sedikit keruh, tangan nya terlihat menyugar rambutnya frustasi.
"Kali ini aja bisa gak lo dengerin omongan gue" suara Glen melembut meminta pengertian yang sama sekali tidak bisa Aloxa mengerti.
Aloxa bukan ya menurut kali ini ia malah berjalan tanpa ragu menarik kerah seragam Aulia untuk berdiri agar wajah nya dapat melihat wajah sang pelaku dengan jelas. Saat kepala nya berkecamuk memikiran banyak hal tangan Aloxa sudah menampar sisi kiri wajah Aulia sekuat tenaga.
"Berani-berani nya lo ganggu privasi orang lain" Teriak Aloxa marah. Bukan sekali tapi kali ini ia melayangkan tangan nya untuk menampar pipi nya berkali-kali.
Saat ini ia benar-benar sensitif dan tidak mau bersikap acuh.
Glen menarik tangan Aloxa kasar agar menjauh dari Aulia.
"Lepasin sialan. Gue hancurin wajah lo sekalian. Aulia Bangsat" Umpat Aloxa marah.
Glen mengguncang pundak Aloxa kencang, mencoba menyadarkan kembali kesadaran Aloxa.
"Heh, is not you" Glen berujar menatap mata Aloxa lamat-lamat.
Senyum smrik nya muncul, tangan Aloxa mengenyahkan tangan Glen itu dengan kasar.
"Gue bukan Aloxa yang lo kenal. Sejak awal lo juga gak terlalu mengenal Aloxa dengan benar"
Aloxa menonjok dada kanan Glen kencang, meski tidak membuat nya mundur atau terhuyung sekali pun.
"Jangan urusin kehidupan gue" Aloxa juga menatap tajam Glen. "Bangsat!!"
"Brak" Suara gebrakan pintu itu menarik atensi Aloxa dari Glen, kemudian mendengus malas. Tangan nya dengan cepat menarik tas punggung dari kursinya.
"Apa-apaan ini" Suara Pak Arhan berujar tegas dengan intonasi berat. Matanya terlihat meneliti semua hal yang terjadi. Keadaan Aulia yang terlihat acak-acakan dengan wajah merah dan tangisan nya.
Aloxa berjalan lurus mendekati pak Arhan. "Aloxa!"
"Saya pak pelakunya" Jawab Aloxa acuh tepat di samping Pak Arhan, namun kakinya tak berhenti berjalan sampai kaki nya berhenti sejenak dan berbalik menatap guru bk nya itu.
"Sebelum itu saya harap bapak mencari tau permasalahan nya terlebih dahulu"
"Aloxa!!"
"Oh, iya nama lo Aulia kan? Gue bakal laporin ini kepihak berwajib" Suara tegas Aloxa menjadi suara terakhir yang terdengar di kelas itu. Anak-anak yang sedang menonton pun hanya terdiam. Hening yang mencekam.
Aloxa kemudian berjalan keluar dan pergi begitu saja. Ia sebenarnya tidak berniat memperpanjang masalah apalagi dia bukan pelaku aslinya. tapi ia hanya ingin sedikit mempersulit hidupnya sedikit, yang benar saja dia berani menggangu privasinya.
jujur saja itu menggangu nya, mendapat pesan aneh seolah-olah sedang di perhatikan. itu benar-benar yang terburuk. belum sempat kakinya menuruni tangga, decakkan sebal keluar dari mulut aloxa saat melihat Bumi berada di lima tangga, di telinga nya terdapat ponsel hitam.
"Baik pak" setelah mendengar itu, Aloxa langsung memutar langkah menuju kelasnya kembali. malas menatap wajah wajah familiar yang menajdi karakter penting.
"Lo harus ikut keruang BK" suara Bumi terdengar samar, namun langkah Aloxa semakin cepat tanpa balas menjawab. Sampai di depan pintu, Pak Arhan terlihat keluar dari kelas dan Aloxa berdiri di sampingnya.
"Kamu ikut saya ke ruangan" setelah hening beberapa detik baru Pak Arhan memberinya perintah. Aloxa segera mengekor mengikuti Pak Arhan meninggalkan Bumi yang mungkin akan membereskan kekacawan.
Suara derap langkah panjang dan terburu-buru berhasil aloxa ikuti tanpa hambatan sampai ia duduk di depan kursi hitam berhadapan dengan meja Pak Arhan.
Pak Arhan terlihat membalik buku hitam yang kemungkinan banyak daftar nama nya. Mengambil pena, pak arhan kemudian mencatat di buku itu. kali ini ia beralih mengutak-atik komputer nya sampai bunyi printan terdengar.
"Bapak tidak tau ada masalah apa sebenarnya yang terjadi, tapi menggunakan kekerasan tetap salah. Apalagi sampai merusak fasilitas publik yang bukan milik kamu"
"Bapak apresiasi perubahan kamu selama 2 bulan ini, banyak kemajuan, ulangan kamu bagus, sikap kamu juga perlahan berubah, tapi Aloxa,"
Aloxa memalingkan wajah tidak mau mendengarkan ucapan selanjutnya dari mulut Pak Arhan. "Sikap kamu--"
Aloxa segera menarik kertas printan itu, berdiri. "Saya gak tau ayah saya bakal datang ke sekolah atau enggak. Tapi akan saya sampaikan dengan amat sangat baik"
"Jaga sopan santun kamu Aloxa"
Aloxa mendengus namun dengan raut wajah terpaksa ia mengangguk-angguk kecil bentuk kesarkasan dari bahasa tubuhnya. "Iya pak, maaf. Saya gak tau kalau ternyata bakal ada begitu banyak masalah yang datang seperti ini, andai saya kabur sejak awal mungkin cerita nya akan sedikit berbeda. Saya ucapkan terima kasih karena sejauh ini cuma bapak yang masih bersikap netral terhadap kelakuan saya"
Pak Arhan terlihat memijat pelipisnya sekilas. "Saya berusaha menjaga sikap netral saya supaya orang-orang bersalah tidak menjadi tersangka. Tapi sikap kamu sekarang lebih menjengkelkan dari biasanya. Tolong jaga ucapan sikap kamu kepada orang yang lebih tua"
"Oh maaf pak, soalnya saya sejak kecil gak punya orangtua"
"Jangan asal bicara. orangtua kamu seharusnya kamu hormati, tidak baik mengatakan seseorang yang masih ada seperti itu"
Aloxa menyugar rambutnya kesal. "Sial!" Aloxa bergumam kecil, "Saya lupa pak kalau sekarang saya Aloxa"
Setelah mengatakan itu aloxa berjalan lurus keluar dari rungan bk dengan raut keruh, kesal dan marah. Aloxa mendengus tanpa menghentikan langkah cepatnya keluar dari sekolahnya itu.
•••••
-Kesabaran seseorang ada batasnya-
(Xera-+Aloxa)Lentera
07:13/17-10
KAMU SEDANG MEMBACA
Villainess Girl (Slow Update)
Roman pour AdolescentsApa yang terjadi kalau tiba-tiba kalian terbangun di tempat novel berada. Panik kah? Bingung? Ah menyebalkan nya semua itu harus aku alami sendiri, masuk ke dunia novel di mana alur cerita sedang berjalan. Sial! Aku bahkan hanya membaca epilog ceri...