Sejak tadi Aloxa menatap hamparan gedung di luar ruangan. Setelah berada dalam situasi aneh itu Ia memutuskan segera pergi dan menolak di temani oleh sekretaris Pak Adnan.
Ia memeluk lengan nya sedikit kedinginan. Sedangkan matanya menatap kerlap kerlip lampu taman dari teras gedung. Aloxa masih tidak percaya Ia berada di tempat dan keadaan yang tidak mungkin terjadi. Terlebih ketika malam langit di sini lebih indah.
"Gue udah bilang gue gak tau apa apa" Suara laki-laki terdengar frustasi seperti familiar di telinga nya, namun karena terdengar samar Aloxa tidak yakin siapa.
Mencari keberadaan suara itu Aloxa berjalan mendekat di mana suara itu berasal.
"Tapi dia bilang kamu tau sesuatu" Suara perempuan menyahut. Kali ini suara nya lebih jelas dan Aloxa yakin itu suara Berlina.
"Lo lebih percaya dia di banding pacar lo sendiri"
Ini pasti suara Arthur. Mendapati objek berada Aloxa mengintip dari tiang lampu taman berada.
"Aku percaya kamu, makanya aku nanya sama kamu Thur" Berlina membelakangi posisi nya sekarang yang bisa Aloxa lihat hanya punggung dan gaun pink kalem yang di kenakan nya.
"Gue beneran gak tau Ber. Menurut lo gue bakal diemin kalau tau" Jelas suara Arthur terdengar frustasi.
Aloxa penasaran sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan.
"Aku harap kamu selalu jujur sama aku"
Meski samar dan tidak terlalu jelas Arthur mengusap wajah nya kasar sekarang. "Denger, gue gak pernah bohong sama lo. Masalah temen lo itu gue juga gak tau dan kalau misalkan gue tau dia kayak gitu, gue gak bakal diem aja"
Berlina terlihat meraih lengan baju Arthur. "Aku bingung belakang an ini. Sebenarnya kenapa ayu harus kayak gitu? Aku cuma gak percaya Ayu ngelakuin hal itu. Maaf" Suara nya melemah.
Aloxa rasanya ingin bertepuk tangan mendengar bagaimana intonasi dan pembawaan karakter utama sekarang. Seperti melihat film film.
Arthur menghembuskan nafas, mengatur amarahnya. "Aku juga minta maaf karena marah kayak gini" Kedua tangan nya berada di pundak Berlina.
"Kita bisa bahas lain kali dan cari kebenaran nya bareng-bareng oke"
Berlina mengangguk mengiyakan.
Sepertinya drama nya sudah berakhir Aloxa hendak berbalik dan pergi namun tidak sengaja matanya bertubrukan dengan manik Arthur.
'Sial' Aloxa bergumam kesal karena dirinya ketahuan menguping.
Aloxa sedikit menampakkan diri dengan raut penuh kesal. Arthur dan Berlina berjalan mendekat ke arah nya.
Merasa akan ada perdebatan, Aloxa berdehem menyiapkan tenggorokan nya.
"Ngapain lo di sini" Suara ketus Arthur terdengar pertama kali dengan menyebalkan.
"Gue dari tadi di sini kok" Aloxa menjawab jujur, memang dirinya sudah ada di luar gedung sebelum mereka memulai percakapan berat itu.
"Lo nguping! "
"Denger nya Arthur, gue gak nguping dari teras aja gue bisa denger suara lo berdua waktu berantem" Elak Aloxa kesal, meski sebenarnya Ia ada salahnya karena mendekati tempat mereka berada tadi.
"Gak usah ngeles" Arthur menarik tangan kiri Aloxa kasar. "Gue udah bilang kan kalau gue gak tertarik sama lo"
Aloxa mencoba menarik tangannya penuh tenaga namun gagal.
"Arthur" Berlina menepuk lengan Arthur untuk melepaskan tangan Aloxa yang terlihat sudah memerah. "Lepasin Aloxa"
"Lepas" Aloxa berujar ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villainess Girl (Slow Update)
Ficção AdolescenteApa yang terjadi kalau tiba-tiba kalian terbangun di tempat novel berada. Panik kah? Bingung? Ah menyebalkan nya semua itu harus aku alami sendiri, masuk ke dunia novel di mana alur cerita sedang berjalan. Sial! Aku bahkan hanya membaca epilog ceri...