Malamnya Pak Adnan pulang tengah malam. Aloxa yang mengintip dari jendela kamarnya itu kemudian menutup gorden.
Aloxa tidak tau apakah pak Adnan akan marah karena ia tak memberi tahu kepergiannya yang terbilang tidak sopan.
Sebenarnya ia juga sedikit takut akan di marahi meski sajauh ini Pak Adnan tak pernah marah kepadanya. Aloxa akhirnya memilih menuruni tangga menunju lantai bawah.
Kaki nya memelan mendengar percakapan Pak Adnan yang terdengar samar-samar.
"Bukannya hal itu cukup merepotkan?"
".... "
"Berhenti, cukup" Suara Pak Adnan berujar tegas.
Aloxa melanjutkan langkahnya agar dapat mendengar jelas dengan siapa ayah berbincang.
Tuk, di tangga terakhir. Aloxa saling tatap dengan Pak Adnan yang baru saja tiba di ruang keluarga, di tangan nya terdapat handphone.
Hening tiga detik.
"Hari ini ayah kecewa sama kamu" Suara rendah pak Adnan membuat hati Aloxa terasa tertusuk sakit.
Tubuh Aloxa bereaksi aneh.
"Ayah bukan semata-mata ngejodohin kamu karena bisnis. Ayah pikir kamu bakal ngerti tapi... " Pak Adnan terlihat kecewa kemudian mengusap wajahnya kasar.
Tangan Aloxa bergetar hebat, bahkan tubuhnya terasa dingin.
"Kamu tau gimana takutnya ayah waktu pingsan di sekolah. Perjo-doh-an i-ni bisa ---"
Aloxa menyentuh dada kirinya yang terasa sakit, suara pak Adnan pun terdengar samar. Merasa tubuhnya tidak mampu berdiri, Aloxa berpegangan dengan sisi tangga.
Detak jantung nya berdetum dengan tempo cepat. Kepalanya pusing, sampai duk.
Terakhir kali Aloxa merasakan suara pikiran Aloxa yang asli.
Aloxa pingsan di tempat. Sedangkan pak Adnan sudah lari mendekati Aloxa, raut wajah nya menunjukan kekhawatiran, tangan nya memeluk tubuh Aloxa.
"Bi Ana" Suara teriakan Pak Adnan memanggil bibi.
Sosok yang di panggil terlihat berdiri di ujung ruang keluarga.
"Panggil dokter sekarang, cepat!" Ucap Pak Adnan cepat.
Bi Ana yang melihat tubuh Aloxa terkapar tidak berdaya berlari mendekati telepon rumah menekan angka angka dengan no tujuan dokter pribadi.
Kejadian itu terasa lambat.
.
.
.
.
.
Aloxa membuka matanya kembali, mendapati wajah Ayah nya di netra matanya. Aloxa mendorong tubuh ayahnya dan berdiri, mundur tiga tangga.
Sekilas ia menatap kedua tangan nya.
"Aloxa kamu tidak papa nak" Tanya Pak Adnan khawatir. Kakinya hendak mendekati Aloxa. Namun terhenti saat tangan Aloxa mengisyaratkan untuk berhenti mendekat.
"Berhenti di sana" Teriak Aloxa marah.
Pak Adnan mengangguk. Menyetujui keinginan putri nya. Ia merasa jika memaksa melakukan sesuatu anaknya akan melakukan hal nekat.
"Ayah bilang Aloxa segala-galanya. Tapi kenapa bisa ayah lakuin itu?" Suara sedih Aloxa menjadi pemecah suasana mencengkam itu.
"Ayah selalu aja gak minta pendapat Aloxa" Kali ini Aloxa berteriak menunjukan kondisi mentalnya yang tidak stabil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villainess Girl (Slow Update)
Teen FictionApa yang terjadi kalau tiba-tiba kalian terbangun di tempat novel berada. Panik kah? Bingung? Ah menyebalkan nya semua itu harus aku alami sendiri, masuk ke dunia novel di mana alur cerita sedang berjalan. Sial! Aku bahkan hanya membaca epilog ceri...