29. Diary

279 27 0
                                    

Aloxa dengar dirinya pingsan dan tidak lama setelahnya ia koma selama dua hari tiga malam penuh. Pagi nya kodisinya kembali normal, bahkan ia siuman. Dokter yang merawatnya menganggap itu sebuah keajaiban. Pak Adnan tidak terlihat kala itu, biasanya pak Adnan selalu hadir. Sekarang bahkan Aloxa tidak melihatnya sama sekali. Bi ana bilang Pak Adnan pergi keluar kota satu hari yang lalu.

Aneh sekali.

Padahal Aloxa yakin ia sempat bangun dan bahkan ada orang yang memanggil nama asli nya.

Aloxa juga kaget sebenarnya dengan semua yang terjadi. Berawal dari tubuh nya yang terus bergejala aneh hingga akhirnya dirinya koma. Yang paling penting Aloxa tidak ingat apa pun saat terbangun padahal Bi Ana bilang aku dan Pak Adnan sempat bertengkar hebat sebelum pingsan kembali.

Dan tentunya itu bukan dirinya, ada kemungkinan Aloxa asli yang berdebat dengan Pak Adnan dan alasan kenapa tubuhnya bergejala aneh, semuanya masuk akal.

"Bibi! " Aloxa memanggil bi Ana kencang.

Suara kaki yang terburu-buru mendekat. "Kenapa non? "

"Hp aloxa mana? Aku mau nelepon ayah"

Bi ana segera menarik laci di samping meja TV yang ada di dalam kamar.

"Ini non"

Aloxa segera meraih ponsel itu dan menekan angka satu beberapa detik di papan app telepon. Suara sambungan terdengar.

Ia menyimpan telepon di telinga dan di tahan oleh bahu kiri. Sedangkan tangan kanan nya menarik selang dari tangannya menyisakan bercak darah, ia juga melepas capitan apa lah itu namanya, di tangan nya.

"Non" Bi ana berteriak setelah melihat kelakuan Aloxa yang dengan mudah nya menarik semua alat medis yang menempel pada tubuhnya.

"Non kalau di lepas semua gimana ini teh. Non kan baru bangun beberapa jam bentar bi ana nelepon dok-"

"Aloxa baik-baik aja sekarang bi"

Suara sambungan telepon berhenti berganti dengan suara operator mengatakan bahwa pihak yang hendak di hubungi sibuk dan tidak mengangkat telepon.

Aloxa mengernyitkan dahi. Pasti ada sesuatu.

"Ayah pergi keluar kota nya kemana bi? "

"Bibi kurang tau non"

Aloxa mendengus. Kepalanya terasa berat akibat perosalan ini. Ia tidak mengingat apa+apa. Ini sebenarnya apa dan kenapa Pak Adnan tiba-tiba pergi ke luar kota padahal beliau adalah orang yang mengerjakan semua pekerjaannya di rumah minggu lalu, tentunya karena mengkhawatirkan Aloxa.

Tapi ini, Aloxa bahkan koma 3 hari tapi Pak Adnan pergi ke luar kota. Tentu saja ia tidak menganggap semuanya mungkin terjadi. Lebih tepatnya mustahil.

Aloxa berdiri dan berjalan menuju pintu kamar. Bi ana di belakang nya setia mengikuti dengan panik, kedua tangan nya terangkat jaga-jaga jika diri Aloxa tiba-tiba jatuh.

"Non mau kemana" Suara Bi Ana berujar penuh ke khawatiran.

Aloxa memutar langkah dan menaiki tangga rumah menuju kamar pribadinya. Setelah sampai di pintu kamar, Aloxa berbalik badan dan menatap Bi Ana penuh peringatan.

"Jangan ada yang masuk ke kamar aku" Aloxa menujuk Bi Ana memberi peringatan.

"Tapi non.. "

"Bibi tenang aja aloxa bakal baik-baik aja oke"

Setelah menampilkan senyum penuh kepastian Aloxa memutar knop, masuk dan menutup pintu, tak lupa juga ia kunci.

Kaki nya segera berjalan mendekati laci kamarnya dan menarik surat undangan panti itu.

"Acara nya hari ini kan?"

Aloxa melempar undangan itu ke atas kasur sedangkan dirinya sibuk berjalan ke arah rak buku dan menjatuhkan semua buku-buku itu satu persatu setelah mengecek isinya.

"Itu suara apa non" Bi Ana bertanya setangah panik dengan suara panik.

"Bukan apa apa bi. Bi ana boleh ke bawah kok. Aloxa cuma nyari sesuatu"

Hening beberapa detik. "Bi Ana bantu nyari"

"Gak usah" Jawab Aloxa cepat.

"Kalau gitu bibi ke bawah buat makanan, kalau ada apa-apa teriak aja non" Ujar bi Ana setengah berteriak.

"Baik bi"

Aloxa sudah hampir menjatuhkan setengah buku. Namun hasilnya nihil. Beralih ke rak buku sebelahnya, tangan aloxa berhenti di salah satu buku dengan judul Me dan kata dairy yang tertulis di pojok bawah sangat kecil. Aloxa segera menarik itu. Pantas saja ia sulit menemukan diary Aloxa. Ia menyembunyikan nya dengan sangat baik.

Tidak ada yang akan tau buku dengan sampul dan lembar kertas yang mirip buku novel itu adalah diary nya. Saat menarik buku diary itu sebuah gambar jatuh bersamaan.

Aloxa berjongkok dan mengambil gambar yang menampilkan dua wanita dengan usia yang terpaut jauh, mungkin anak dan ibu. Aloxa mungkin saat itu sedang berusia 7 tahun. Dan di samping nya ibunya merangkul bahu aloxa dengan senyuman lebar.

"Ibu lo cantik Xa"

Aloxa beralih membuka buku diary setelah duduk di ujung kasur.
Membuka lembar pertama, diawali dengan tanggal dan seterusnya kata-kata rangkaian. Aloxa membalik lembar berikutnya.

Di tengah bacaannya ia mengernyit, berikutnya Aloxa berhenti mengganti halaman. Seperempat halaman sudah ia baca dan yang ia pahami sungguh.... Tidak bisa Aloxa utarakan dengan kata-kata tapi--

Isi diary berisi curhatan hati penuh kejujuran itu membuat aloxa berhenti dan menutup buku diary itu.

Sebagian pertanyaan yang ia ingin ketahui sudah terjawab. Gadis malang ini harus menyaksikan ibunya meninggal di hadapan nya, awalnya berniat menghindar agar aman namun yang terjadi malah satu nyawa melayang.

Ingatan dan tulisan ini sama persis, mungkin tulisan ini lebih lengkap dalam segi kejadian. Aloxa berhenti membaca di lembar ke lima saat kata kata terakhir yang aloxa tulis itu.

Ayah. Kenapa ayah tidak mengangkat telepon Aloxa waktu itu. Padahal ayah, ibu dan aku sudah berjanji makan malam bersama untuk merayakan ulang tahun Aloxa.

Dan.

Aloxa benci ulang tahun. Kado yang di berikan Tuhan untuk aloxa adalah kematian ibu. Karena itu aloxa benci ulang tahun dan ayah.

Aloxa menghela nafas, ia harus membacanya ketika siap. Tentu saja semua curahan aloxa asli bertuliskan atas kejujuran berisi perasaan dan sudut pandang murni sang penulis lebih membutuhkan keberanian lebih. Jadi Aloxa harus mempersiapkan diri dengan hal+hal di luar prediksi nya.

Sekarang ia harus bersiap-siap untuk acara pesta panti asuhan kasih ibu. Karena Aloxa berniat datang di acara itu.

Pertama ia harus mandi dan memilih baju yang pantas dan tidak berlebihan untuk di pakai. Aloxa berjalan mendekati kotak kotak belanjaan yang waktu itu sepat ia beli dengan tante Sarah.

Di sebrang kiri dus sedang berjejer 3 tingkat. Bisa Aloxa tebak, rancangan tante sarah yang harus ia coba dan potokan kepada tantenya.

Aloxa memilih salah satu kerajang tas hasil belanja tante nya yang berupa dres biru selutut, berlengan sampai siku dan bagian kerahnya tertutup. Itu terlihat sopan.

Setelah menaruhnya di atas kasur Aloxa segera masuk ke dalam kamar mandi. Mari bersiap-siap.

'Ting'

'Dua hari lo gak masuk ya. Ah semoga cepet sembuh ya my mine'

'A4beh_l0svx☠️'

Pesan misterius kembali masuk ke notifikasi ponsel aloxa.

•••••
-Gue menemukan diary lo-
(Xera-+Aloxa)

Lentera
20:08/23-06

Villainess Girl (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang