Gerutu ibu

286 26 0
                                    

Panggilan kedua kali sudah terlewatkan dan dengan lincahnya Widuri mencocokan antara nomor orang mengchatnya dengan orang yang baru menelponnya. Hasilnya nomor itu sama. Untuk panggilan yang ketiga. Membuat kening Widuri semakin mengerut.

Pertanyaan silih berganti menghiasi kepala cantiknya. Dan bodohnya hal yang tidak penting seperti ini harus jadi masalah besar yang menganggu ketenagan hidupnya.

Langkah besar harus di ambilnya. Memilih memode diam kan ponselnya. Lalu berlalu ke kamar mandi sesegera mungkin.

Bath upnya di isi air hangat. Setelah itu dirinya mengambil posisi agar kenyamanan menghampiri nya. Berendam adalah hal yang harus menjadi daftar wajib jikalauh pikirannya lagi bermasalah. Seperti pria brengsek itu.

Kenapa harus hadir?

Kenapa harus kembali?

Dua kalimat tanya itu selalu berulang tanpa henti walau setiap detik widuri ingin semuanya baik-baik saja.

Sejak Arkan itu hadir. Dunianya tidak pernah baik-baik saja. Bukan cuman karena gangguan Arkan tapi juga karena pikirannya.

Sialnya. Ada apa dengannya, dengan pikirannya?

Arkan adalah masalalu yang sampai kapan pun. Ingin Widuri hindari. Tapi, seakan takdir selucu ini. Pertemuan ketidak sengajaan itu. Berdampak sangat buruk baginya.

Jantungnya akan berdekat jauh kata normal. Apalagi saat Arkan berada didekatnya. Cinta? Tentu bukan. Widuri tahu. Bahwa ini sebuah kekhawatiran dan entah kecemasan yang berlebihan.

Air pada bath-upnya sudah mendingin. Tapi, emang dasarnya Widuri lebih tidak suka saat mendengar perintah ibunya akan mengulang. Maka dia biarkan tubuhnya, mendingin. Walau pada akhirnya masuk angin akan hadir. Apalagi matahari Akan berganti dengan bulan.

"Aduh, dingin banget" keluhnya. Pada dirinya sendiri. "Bisa berabeh kalo aku sakit" lanjutnya. Dan keputusannya berubah. Dirinya harus cepat keluar dari air dingin ini. Karena kesehatannya lebih penting. Apalagi usahanya akan mengalamin dampak, bukan?.

Setelah membersihkan busa pada tubuhnya. Dirinya melangkah keluar. Namun, naasnya. Ada sebuah kejutan.

Siapa lagi kalo bukan. Perempuan baya yang sangat dicintainya. "Bu?"

"Lama banget mandinya kak. Kulitmu sampai mengerut nih? Sampai Arkan pulang. Kakak tidak turun" cerocos ibunya Widuri.

Widuri yang sudah paham dengan ocahan ibunya yang terkadang tidak ingin dilawan. Maka, Widuri memilih pergi ke arah lemari.

"Kamu bisu yah kak? Ngomon ke. Apa gitu. Bilang, Arkan baik yah bu atau Arkan ganteng yah bu?"

"Ibu-ibu" tanggapan Widuri Dan itu membuat ibunya making geram.

Ibu Widuri yang dari tadi duduk di ranjang. Hendak berlalu sebelum mengelurkan hal yang ingin di keluarkannya. "Kapan ibu bisa gendong cucu kalo gini" gerutu. Yah sebuah gerutu. Buat anak semata wayangnya.

Pintu kembali terdengar. Tapi, setelah terbuka kini tertutup lagi. Dengan menghilangnya sosok ibu-ibu yang baru saja mengerutinya. Widuri sadar dan tahu betul, bahwa keinginan ibunya. Yang belum bisa di penuhinya yaitu menikah.

Menikah?

Pertanyaan itu dirinya pun belum bisa menjawabnya. Entah sampai kapan, apalagi usianya bulan depan menginjak kepala tiga.

Tapi, percayalah. Kalo Widuri menginginkan itu.

Berkeluarga, punya anak dan tentunya bahagia bersama keluarga kecilnya.

Kata menginginkan harus kalah dengan kata ketakutan nya. Ketakutan nya sungguh besar. Body yang tidak ideal seperti kebanyakan orang-orang pada umumnya adalah hal sekian dari sekian ketakutan nya.

Polemik size (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang