"Mbak Wi, di panggil ibu" Widuri yang lagi menghitung stok barang yang baru masuk. Harus menghentikan hitungannya saat salah satu anggotanya yang bertugas membantunya menyapaikan panggilan dari ibunya.
"Ibu dimana La?" Tanyanya.
"Di rumah mbak Wi" Jawab Lala.
Widuri mengangguk "La, stok baru ini berjumlah 25 yang baru mbak keluarin dari karung. Tolong lanjut hitung yah. Nanti seperti biasa catat sesuai apa yang ada pada jumlah karung"
"Siap mbak"
Mendengar semangat Lala saat menjawabnya. Membuat senyum hadir di bibirnya. "Tumben hari ini semangat banget La"
"Harus semangat dong mbak. Kan ini hari gajian"
"Dasar" Cibir Widuri lalu berlalu meninggal Lala yang tertawa cekikilan.
Tepat tanggal 5 di awal bulan, jadi pilihan Widuri untuk memberikan gaji hasil kerja keras semua anggota atau timnya yang bekerja padanya. Kenapa awal bulan? Karena bukan akhir bulan hehehe itu jawaban Widuri saat di tanya tentang penetapan tanggal gajian.
usaha Widuri yang sudah berkembang cukup pesat di tahun kelima. Bukan, hal mudah. Banyak hal yang harus dilewatinnya. Berproses itulah yang dilakukannya.
"Ka" panggilan itu. Sontak membuat pemikirannya hilang. Lalu pandangannya beralih kepada orang yang menghadirkan dirinya dimuka bumi ini. Yang sedang duduk di teras rumah tempatnya untuk pulang.
"Ibu" panggil Widuri yang sesungguhnya sok melihat ibunya berada di depan matanya. "Sudah lama, bu?" Tanya Widuri setelah cium tangan, pelukan singkat lalu mencium pipi ibunya.
"Baru. Ibu baru datang. Kamu sehat kak? Ko kurusan sih. Kalo ibu perhatikan. Kamu tidak makan teratur yah Kan?"
"Astaga ibu. Baru datang sudah ngomel panjang lebar. Masuk dulu yuk bu. Malu di lihat tetangga" berat badan Widuri memang lagi tahap penurunan. Karena dirinya memutuskan untuk diet.
"Kamu yah. Kalo di bilangin" sahut ibunya lalu merangkul anak semata wayangnya untuk masuk kedalam. "Baru direnovasi kak?"
Widuri mengangguk mengiyakan apa yang di bilang ibunya. "Bagus ngga bu?"
"Bagus banget kak. Ini gimana ceritanya, ko bisa jadi sebagus ini"
"Pakai jasa orang bu"
"Oh. Jasa interior gitu kak"
"Iya bu"
Percakapan anak ibu itu. Berlanjut kemana pun. Mulai dari renovasi rumah, kabar masing-masing, pekerjaan, sampai dengan mau makan apa ini hari. "Jadi, kalo gitu ibu masak yah"
"Emang ibu ngga cape?"
"Ngga dong. Apalagi masak buat anak kesayang ibu" godanya "Lagian masaknya juga simpel" ucapnya lalu berlalu menuju ke dapur. Rasa takjub pun juga kembali hadir. Bersih, rapih, dan mewah. Di awal dirinya menginjakan kakinya di area dapur. "Astaga kak, ini dapurnya cantik banget. Sayang, banget kalo ibu pake"
"Ko sayang sih bu. Ini Kan dapur memang gunanya di pakai buat memasak" ibunya tentunya tertawa. Bagaimana pun jawaban itu sangat masuk akal. Tapi tetap saja ibunya merasa sayang.
"Kulkasnya kosong kak" Widuri mengangguk-angguk lalu memukul keningnya. Dia melupakan untuk mengisi kulkasnya.
"Lupa bu"
"Kebiasaan banget sih kak. Kalo lapar di tengah malam gimana kak? Masa iya di tahan sampai pagi sih. Ini juga biar susu dan roti juga ternyata tidak ada. Malahan mie instan terlihat lengkap" Widuri menyengir saat ibunya sudah dalam pose posesif. Apapun yang di ucapkan ibunya sangat benar. Kulkas dan lemari penyimpanan makanannya seakan hanya berfungsi jadi pajangan. Bukan berfungsi sebagai penyimpan makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Polemik size (Tamat)
RomansBentuk tubuh adalah satu hal yang pasti dilirik oleh kebanyakan orang. Sesudah point penting yaitu wajah. Tapi, bagaimana jika point penting itu di tumbuhin oleh sesuatu yang mengerikan seperti jerawat dan kawan-kawannya. Oh, jangan lupa dengan kaca...