Oke

200 20 0
                                    

Widuri menjawab oke pada pesan mamanya. Sehingga dirinya harus beriap-siap untuk kelantai teratas pada hotel ini, untuk sebuah pertemuan dinner keluarga. Keluarga? Widuri tidak pernah menganggap bahwa mereka keluarga. Mungkin karena tidak ada keterlibatan apapun dirinya terhadap keluarga baru yang mamanya hadirkan.

Tidak ada antusias. Terhadap pertemuan yang akan dia hadirinya.

Pakaian yang akan digunakan pun, hanya terusan selutut lantaran Widuri tidak menyiapkan apapun dari rumah. Dirinya hanya rencana stay di hotel bersama Mila sahabat yang dikenalnya saat meratau. Tentunya dengan persedian pakaian yang sedikit lantaran dirinya hanya ingin berleha-leha di kamar hotel.

Tinggal satu sentuhan dengan semprotan parfum, penampilan widuri sempurna tentunya dalam penilaiannya.

Widuri meninggalkan kamarnya. Setelah semua terasa cukup dilakukannya.

Lantai, perlantai terlewati. Tiba lah Widuri di lantai restaurant yang paling atas, menampilkan view yang membuat mata kenyang. Widuri terpukau dengan jarak yang menjulang tinggi sehingga dapat melihat semua apapun yang berada di bahwa sana. Deretan cahaya dari bolan lampu, mempercantik keindahan itu.

Pramusaji membawah Widuri ketempat duduk yang ingin ditujuhnya.

Hanya perlu tiga langkah. Widuri dapat sampai di meja yang berisi keluarga impian semua orang. Bahagia itu yang terlihat di mata Widuri, setelah pramusaji menunjuk tujuannya. Suara tawa mereka bergema di telingah Widuri. Menyahati pada akhirnya. Matanya berkaca-kaca sebelum otaknya memberikan sumpah serapan agar bisa menahan air mata yang bisa saja keluar.

"Kakak" teriak itu. Menimbulkan senyum Widuri walau hanya senyum palsu. Anak remaja yang baru-baru ini telah menyelesaikan ujiannya. Info itu di dapat Widuri dari mamanya. Mamanya menjadi ibu sambung bagi Wulan sejak Wulan masih duduk di sekolah dasar kelas 4. "Sini kak" teriakannya lagi sambil mengerakan tangan kanannya.

Widuri tidak ingin terlihat menghindari anak remaja itu. Maka, dirinya kembali melangkah. Mamanya dan papa tirinya-bernama Johan tersenyum cerah kepadanya.

"Kakak lama banget" Rajuk Wulan dengan pipinya yang memang berisi. Kalo dipikir-pikir Wulan adalah versi Widuri waktu dulu. Wulan memiliki bobot tubuh yang besar, olohkan atau bullyan pun sering di dapat wulan. Tapi, dirinya dapat dukungan dari papa Johan dan mama Widuri. Motivasi terbesarnya pun yaitu Widuri. "Kak, nanti malam Wulan tidur sama kakak yah" lanjutnya.

"Ade" papa Johan angkat suara. Karena tahu kalo Widuri belum menerima mereka berdua untuk masuk di kehidupannya. Itu terlihat dari Widuri yang selalu menjaga jarak terhadap dirinya dan Wulan. Kumpul bersama seperti ini akan mustahil Jika bukan ancaman yang istrinya keluarkan.

"Papa" Wulan juga menanggapi papanya. "Lagian kan, ade kangen sama kak Widuri" tambah Wulan sambil memeluk lengan kanan Widuri. Sedangkan Widuri sempat kaget karena Wulan memeluk tangannya. sebelum akhirnya ada rasa yang beda dia rasakannya. Hangat itu yang dirasakannya. Mama Widuri juga tersenyum melihat keakuran anak-anaknya. "Kak Widuri juga kangen Wulan kan, kak?"

Tiga pasang mata melihat kearah Widuri. Membuat Widuri gerogi dan pada akhirnya menganggukkan kepalanya. "Tuh kan. Ade yakin kalo kak Widuri juga kangen" mama dan papa tirinya tersenyum mendengar ocehan Wulan.

"Yah udah. Yuk makan" ucap papa Johan mengakhiri ucapan anak kandungnya yaitu Wulan.

Hening. Hanya terdengar sendok beradu dengan piring serta suara beberapa orang yang memilih menikmati hidangan di restaurant ini. Widuri mencoba menikmati pula, selain hidangan yang ada didepannya juga orang-orang yang berada satu meja dengannya.

"Kak, makanan enakkan?" Emang dasarnya Wulan yang senang banget atas kehadiran Widuri. Ditengah-tengah saat proses makan dirinya bertanya. Widuri kembali mengangguk. "Yang pesanin Wulan kak. Wajar kalo enak" pujinya terhadap dirinya seorang. Lantaran makanan yang di makan Widuri adalah hasil pesanannya.

Polemik size (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang