Sungguh petir di siang bolong seakan hadir saat kata selamat itu keluar dari mulut dokter Aini. Dokter Aini tahu kalo kedua remaja yang ada di depannya sedang tidak bisa menerima sebuah kehadiran baru. Maka, dirinya sempat menyemangati bahwa tuhan tidak menguji hambanya diluar kemampuan umatnya.
Sejak itu, Arkan bersikap berbeda. Entah itu hanya perasaan Widuri atau memang begitu.
Widuri tidak berbicara lebih atau mempertanyakan apa yang harus mereka tata kedepan seperti sebuah rencana. Widuri juga diam seperti Arkan. Karena semua ini adalah hal tidak pernah ada di kepala mereka. Baru saja dirinya senang atas kelulusannya tapi, kini harus mendengar hal yang membuatnya terkejut.
"Aku masuk dulu" ucap Widuri dan berlalu meninggalkan Arkan yang masih diam di dalam mobil padahal posisinya mereka sedang berada di depan rumah Widuri.
Setelah itu, hari-hari Arkan jauh lebih berbeda.
Tepat di satu minggu dari pengumuman itu. Di adakan perpisahan. Arkan sudah memberitahu Widuri kalo jangan hadir diacara itu. Intensitas percakapannya pun, mulai membaik walau tidak seperti dulu. Widuri mengiyakan. Namun, kepala sekolah menelponnya untuk memberikan beberapa kata diacara perpisahan tersebut.
Widuri tidak memberitahu kalo dirinya akan pergi keacara tersebut. Lagian mual Widuri tidak seintes pagi jadi dirinya memutuskan untuk pergi dan berpikir kalo dirinya sudah menjalankan tugasnya. Maka, dia akan pulang.
Suara denting musik menyapahnya saat pertama masuk di sekolahnya yang disulap menjadi tempat perpisahan. Dekor yang Indah dengan tema party tahun 90 an.
Membiarkan mata beberapa orang memandanginya. Langkahnya berhenti saat di panggil guru-guru dengan langkah yang jauh lebar dirinya kesana. Dengan arahan guru-guru dirinya mengikutinya.
Sepatah kata yang harus disampaikannya, selesai.
Widuri siap pulang setelah pamit kepada guru-guru dengan alasan tidak enak badan. Badan Widuri memang terasa lebih cepat cape apalagi dengan kondisinya saat ini.
"Hmm" deheman itu sangat dikenal oleh Widuri. Sempat Widuri melambatkan langkahnya agar tebaknya itu benar.
"Lesu banget lo bro" suara ini, suara berbeda dari sebelumnya. "Gimana sih, Hana?"
"Hana teman debat Arkan waktu di lomba. Yang kurus dan cantik itu" kalimat ini diucapakan oleh orang pertama yang bertanya ke Arkan dan di jawab hmm. Sempat menghentikan langkah Widuri. "Sikat bro"
"Bukannya lo, hanya kasian sama Widuri karena selalu dibully makanya kamu selalu berada disampingnya. Lagian, sudah di pakai juga yah kan. Bagi-bagi lah? Pasti enak---"
Deg
Kalimat itu tidak sepenuhnya didengar Widuri. Jantung Widuri seakan berhenti berdetak. Karena apa yang ditakutkannya memang terjadi pada akhirnya. Tidak akan ada cowok yang menginginkannya.
Widuri tidak ingin mendengar lebih lanjut percakapan itu. Dia sempat beradu pandang dengan Arkan sebelum akhirnya Widuri berlari. Suasana perpisahan malam hari memang ditunggu-tunggu oleh kebanyakan siswa. Karena setelah sambutan-sambutan maka acara berdansa dimulai. Saat itu terjadi Widuri sudah berlari keluar melewati pintu pagar sekolah yang terbuka sedikit.
Tatap saling bertemu itu mengantarkan Arkan mengejar Widuri. Tapi, naasnya Widuri melengang jauh lebih dulu. Menaiki taksi lebih dulu.
Tabrakan beruntung di jalan dewi sartika. Membuat Arkan bisa bertemu Widuri karena kemacetan yang terjadi. "Sayang" panggil Arkan sambil mengetok kaca mobil Widuri dan Widuri tidak ingin menjadi pusat perhatian maka di bukannya pintu mobilnya lalu keluar dari taksi itu setelah membayar. "Sayang, kamu tidak kenapa?" tanya Arkan tepat saat Widuri berada di hadapannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/294836308-288-k102434.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Polemik size (Tamat)
RomansaBentuk tubuh adalah satu hal yang pasti dilirik oleh kebanyakan orang. Sesudah point penting yaitu wajah. Tapi, bagaimana jika point penting itu di tumbuhin oleh sesuatu yang mengerikan seperti jerawat dan kawan-kawannya. Oh, jangan lupa dengan kaca...