Usai mengantar Ken kedepan rumah Kia kembali masuk kedalam membantu sang mama membereskan bekas sarapan. Kia mencuci piring dan membersihkan dapur lalu merapikan seluruh tatanan dapur yang berantakan.
"Ki... boleh mama bertanya sesuatu? " tanya mama lembut.
"kenapa mama minta ijin... kalau mau tanya ya tanya aja ma... Kia itu putri mama" ucap Kia sembari tersenyum kearah sang mama.
"Ki mama tahu kamu menyembunyikan sesuatu yang melukai hatimu... mama tahu kamu itu pandai menutupi apapun dari orang lain tapi kamu tidak bisa menutupinya kepada mama karena mama ibu yang telah melahirkanmu dan membesarkanmu mama menghafal apapun tentangmu... jadi maukah kamu berbagi dengan mama?" ucap sang mama yang membuat Kia terpojok.
"tidak ada ma... Percayalah Kia bisa mengatasinya sendiri ma... " ucap Kia lembut.
Kia tidak ingin menceritakan masalah rumah tangganya karena tak mau orang berfikiran buruk kepada suaminya. yah meskipun memang begitu kenyataannya tapi cukuplah Kia yang tahu dan merasakannya tanpa harus menyeret orang lain kedalamnya.
"Oke baiklah... lalu kenapa kamu ingin kuliah ke Harvard? mama tahu itu bukan keinginanmu..."
"Ma... Kia ingin meraih mimpi Kia disana"
"Dengan lari dari masalah? begitu Ki? mama tak pernah mengajarimu untuk menjadi pengecut Ki... " Ucap sang mama yang membuat Kia bungkam.
"Kamu wanita bersuami Ki... kamu wanita sukses dan mapan dengan segala bisnismu..."
"kenapa kamu kaget mama tahu semuanya... mama ini ibumu Ki... apapun itu... sekecil apapun itu tentangmu dan Azka mama tahu semuanya..."
"jadi mama mohon berbagilah dengan mama sayang... mama janji mama akan menutup rapat rapat masalahmu... mama hanya ingin kamu bahagia nak... "
"ma... " ucap Kia sembari memeluk sang mama erat.
"maaf ma... maafin Kia... " ucap Kia sembari menangis sesenggukan.
Kia menarik nafas dalam dalam sebelum dirinya menceritakan semuanya kepada sang mama. Ratih yang mendengar cerita putrinya pun paham akan perasaan sang putri dan apa alasannya sang putri enggan bercerita. Ratih tersenyum bangga kepada sang putri ternyata ia sudah tumbuh menjadi wanita dewasa yang tangguh dan kuat seperti yang ia harapkan. Menurut pandangannya Kia terlalu sempurna dengan semua perangai baiknya.
"Tenangkan dirimu Ki... sudah tak apa jangan menangis lagi" ucap sang mama.
"Kalau mama bilang Kenan sudah jatuh cinta sama kamu apa kamu percaya Ki?" tanya sang mama yang membuat Kia mendongakkan kepalanya.
"maksud mama? "
"menurut mama Kenan sudah jatuh cinta sama kamu hanya saja dia belum menyadarinya saja Ki.."
"semoga saja ma... "
"Kia mungkin gak akan sanggup kehilangan Kak Ken dan menerima kenyataan bahwa kak Ken gak cinta sama Kia ma"
"bersabarlah nak... ini adalah ujian rumah tanggamu... jangan menyerah begitu saja... buat Ken menyadari jika dia jatuh cinta padamu..."
"iya ma Kia akan berusaha... "
"nah gitu dong itu baru anak mama... " ucap sang mama sembari memeluk erat Kia.
"Ya sudah pulanglah keapartemenmu sebelum Ken pulang kerja... agar dia tidak khawatir"
"iya ma... kalau begitu Kia ke kamar dulu ma mau siap siap pulang" ucap Kia yang diangguki oleh sang mama.
Sesampainya di apartemen Kia langsung menuju kekamarnya membaringkan tubuhnya sejenak sembari mengecek email dari orang kepercayaannya.
Toktoktok
Suara ketukan pintu kamar membuat Kia buru buru meletakkan ponselnya. Kia berjalan menuju kearah pintu lalu kemudian membukanya.
"ahh bibi... Kia pikir siapa... ada apa bi?" tanya Kia ramah.
"Anu non... maaf sebelumnya... jika saya meminta gaji saya sekarang apakah boleh non? Saya butuh uang untuk membayar sekolah anak saya " ucap Wanita paruh baya tersebut sembari menundukkan kepala.
"oh ya.. tentu saja boleh... itu kan hak bibi, bibi tak perlu sungkan dengan saya... tunggu sebentar ya bi... " ucap Kia sopan.
Kia mengambil uang di dompet miliknya lalu kemudian memasukkannya kedalam amplop dan memberikannya kepada asisten rumah tangganya.
"ini bi... " ucap Kia sembari mengulurkan sebuah amplop.
Kia melangkahkan kakinya menuruni anak tangga usai mengganti pakaiannya dengan pakaian santai. Ia kemudian memasak beberapa menu makanan untuknya dan sang suami.
"wah non lagi masak apa? ada yang bisa bibi bantu non..?"
"ah tidak perlu bi terimakasih... ini lagi masak buat makan siang... bibi sudah selesai?"
"sudah non... ya sudah kalau begitu bibi pamit dulu ya non" ucap sang asisten rumah tangga berlalu keluar apartemen.
"akhirnya selesei juga... " ucap Kia sembari tersenyum.
Kia melanjutkan aktifitasnya untuk mengetik novel terbarunya sembari menyemil cookies buatannya tak lama kemudian sang suami datang.
"tumben kakak plang jam segini... ada yang mau diambil atau apa kak?" tanya Kia sembari bangkit dari duduknya.
"entahlah rasanya lelah sekali Ki dan rasanya pengen cepat pulang buat makan masakan kamu" ucap Ken sembari terkekeh.
"benarkah... kalau begitu ayo kita makan... tadi aku sudah masak buat kakak" ucap Kia senang.
Bolehkah Kia jujur? saat ini ia sedang bahagia sekali meski hanya mendenggar jika Ken ingin cepat pulang karena ingin segera memakan masakannya saja. Paling tidak ia sudah berhasil membuat Ken merasa selalu ingin cepat pulang. Kia menyunggingkan sebuah senyuman kala melihat Ken memakan masakannya dengan lahap dan tak bersisa.
"Masakan istri memang paling nikmat sedunia" ucap Ken sembari menegak air putih.
"Apa kakak tau... ucapan kakak barusan membuat Kia merasa bahagia meaki Kia tau hati kakak bukan untuk Kia" ucap Kia dalam hati.
"Kak Ken bisa aja... " ucap Kia sembari membereskan bekas makanan mereka.
Ken berjalan menaiki tangga menuju ruang kerjanya ia berdecak kagum melihat ruang Kerja sekarang yang menjadi lebih rapi dan nyaman.
"Dia memang paling pintar membuatku bahagia Kek... " ucap Ken lirih.
Ken membuka laptopnya kemudian mengerjakan beberapa tugas yang tadi ia tinggalkan sembari memeriksa beberapa berkas. Tangannya terulur membuka laci mencari sebuah buku agenda miliknya untuk memeriksa jadwalnya besok namun matanya terbelalak kala melihat beberapa lembar foto miliknya dulu berada ditumpukan paling atas. tunggu... mengapa foto ini berada ditumpukan paling atas batinnya. Ken mengacak rambutnya frustasi saat menyadari kesalahannya.
"Ki.. kamu pasti sakit hati ketika melihatnya" gumam Ken lirih.
"Maafkan aku Ki... aku memang bodoh.... " umpatnya sembari menjambak jambak rambutnya.
Kia mengedarkan pandangannya kala memasuki kamar, kosong batinnya. Ia lalu tergerak untuk membersihkan diri karena ini sudah terlalu sore Ia lantas memeriksa berganti pakaian dan merebahkan tubuhnya diatas kasur berseprei motif monocrom milik sang suami. Matanya tiba tiba berat dan ia terpejam begitu saja.
Kenan memutuskan untuk segera menemui Kia meminta maaf atas kesalahannya. Langkah Ken terhenti kala melihat istri kecilnya terlelap dengan wajah damainya. Ken menarik selimut untuk menutupi tubuh sang istri hingga sebatas dada kemudian mengusap lembut pipi sang istri dan memberikan sebuah kecupan yang tak pernah ia berikan selama ini.
"Kau terlalu sempurna untuk ku Ki... bagaimana bisa kau menyembunyikan sakit hatimu padaku atas kesalahan besar yang telah ku perbuat... kau bahkan tak pernah menunjukkan kekecewaanmu padaku... Aku beruntung memilikimu Ki... Maafkan aku Ki..." ucap Ken sembari mengusap punggung tangan sang istri kemudian mendaratkan sebuah kecupan disana.