Kia membelalakkan mata kala mobil yang ia tumpangi lebih tepatnya mobil yang Ken kendarai berhenti tepat didepan sebuah toko perhiasan.
"lah kok berhenti disini? " tanya Kia dalam hati.
Kia tak mau mengalah dan sengaja membiarkan Ken yang memulai bicara duluan. Ken yang melihat Kia diam saja dan masih asik dengan ponselnya pun menarik paksa earphone Kia kemudian memberi intrupsi Kia untuk turun.
"turun... mami sudah menunggu didalam " ucap Ken dengan nada datarnya.
Kia turun dan membututi Ken agak jauh dibelakangnya sembari menggerutu kesal.
"cihh lihat lah kelakuannya Kek... dia begitu dingin dan cuek"
"kalau dia bukan pilihan kakek.. Kia gak bakalan sudi menikah dengan pria dingin sepertinya" gerutu Kia didalam hati.
Sesampainya didalam Kia disambut pelukan hangat oleh Linda sang calon ibu mertua.
"hai sayang... kau sudah datang rupanya... ayo kemari lah" ucap Linda lembut sembari merentangkan tangan ingin memeluk Kia.
"i... iya tante "ucap Kia sedikit gugup.
"kenapa kamu masih memanggil tante... panggil mami sama seperti Ken... "
"Ba... baik tan... eh mi... mami maksudnya" ucap Kia gagap karena belum terbiasa.
"sudahlah ayo kita pilih cincin untuk tunangan dan juga pernikahanmu"
"Ken kenapa kau hanya diam saja... kemarilah gandeng calon istrimu" ucap Linda memberi intrupsi yang mau tidak mau harus Ken turuti.
Ken merai telapak tangan Kia kemudian menggenggam erat layaknya pasangan yang berbahagia. Tanpa melirik kearah Ken Kia berjalan menunduk sembari menenangkan detak jantungnya yang tiba tiba saja berdegup lebih cepat.
"oh ya ampun aku kenapa ini" batin Kia sembari mengatur nafasnya.
Linda mengarahkan mereka masuk ke bagian dalam menuju deretan berlian mahal dan mewah.
"selamat sore bu... ada yang bisa kami bantu... " sapa salah seorang penjaga toko perhiasan tersebut.
"sore mbak... oh ya bisa minta tolong carikan model cincin untuk tunangan dan juga cincin untuk pernikahan" ucap Linda ramah.
"sebelah sini ibu... mari silahkan" ucap Penjaga toko lainnya menunjukkan sederetan cincin berlian mewah.
Kia menatap kilau cincin cincin didepannya malas. Sungguh Kia tak pernah tertarik dengan yang namanya perhiasan namun kali ini ia terpaksa harus menuruti kemauan sang calon mertua untuk memilih cincin tunangan dan cincin pernikahannya.
"bagaimana kalau yang ini.. atau yang ini " Linda memberi pilihan.
Kia yang bingung dan tidak berselera memilih perhiasanpun menyerahkan keputusannya kepada sang calon mertua.
"terserah mami saja apa pu pilihan yang menurut mami bagus Kia setuju... Kia ngikut aja mi... " ucap Kia lembut.
"kamu memang menantu yang baik Ki" ucap Linda sembari mengusap lengan Kia lembut.
"Nah yang ini saja bagus untukmu Ki" ucap sang mertua sembari menunjuk sebuah cincin yang dilapisi berlian yang melingkari cincin tersebut.
"Mi jangan yang itu... itu terlalu berlebihan Kia masih muda... " Ucap Ken angkat bicara.
"mbak carikan model cincin yang simple ya tapi tetap terlihat elegan" ucap Ken kepada penjaga toko yang berada didepannya.
"bagaimana kalau yang ini atau yang ini Kak... "ucap penjaga toko menyodorkan dua pasang cincin dengan model simple.
"yang ini saja mbak" ucap Kia dan Ken bersamaan yang membuat sang ibu dan penjaga toko terkekeh.
"wah kalian kompak sekali ternyata... " ucap Linda girang yang membuat Kia tersipu.
"Untuk cincin pernikahannya saya pesan yang seperti ini juga tapi saya request diukir nama ya mbak dan juga untuk masalah mata cincinnya sendiri saya minta yang cowok polos saja" ucap Ken memberi intrupsi.
"baik Kak... silahkan urus pembayarannya dikasir" ucap Penjaga toko sembati menyerahkan sebuah nota.
Usai memilih cincin Linda menyuruh Ken segera mengantar Kia pulang karena sudah malam.
"Baiklah Ken cepat antar Kia pulang"
"Sayang mami duluan ya... kamu baik baik sama Ken" ucap sang calon mertua sembari mengusap lengannya lembut.
"iya mi... mami juga hati hati ya... " ucap Kia ramah kemudian mengikuti arah langkah kaki Ken.
Sesampainya dirumah Ken dan Kia langsung disambut ramah oleh kedua orang tua Kia.
"Ken ayo kemari... kita makan malam bersama" ajak calon papa mertuanya.
"iya pa... " berbeda dengan Kia, Ken justru lebih dulu memanggil calon mertuanya dengan panggilan mama dan papa sesuai intrupsi sang ibu.
Makan malam kali ini terasa lebih hangat dan rame dengan adanya Ken. Rona bahagia tampak jelas diwajah kedua orang tua Kia yang sedang berbicang kecil dengan sang calon menantu.
"Ma... pa... Kak Azka Ken pamit dulu ya... " pamit Ken sopan.
"ehemmm gak pamit sama Kia Ken?" goda sang papa yang membuat wajah keduanya memerah.
"ahh i.. iya pa" jawab Ken sembari berjelan mendekat kearah Kia.
"Aku pulang dulu Ki" pamit Ken dengan suara yang menurut Kia sangat merdu.
"iya kak hati hati dijalan" balas Kia sopan dengan nada yang sedikit madih kaku.
Ke esokan harinya...
Kia menatap heran kepada beberapa orang yang tidak ia kenal sedang berlalu lalang diruang tengah rumahnya seperti sedang mendekorasi rumah."Ma mau ada acara apaan sih kok rame rame gini" tanya Kia penasaran.
"kamu ini lupa atau gimana sih... hari ini kamu itu akan bertunangan dengan Ken"
"ahh ya ampun kenapa aku bisa lupa sih" ucap Kia dalam hati.
Kia manggut manggut tanda mengerti... sementara sang mama menggeleng geleng pelan tak peecaya dengan keanehan sang putri yang melupakan hari pertunangannya.
"sebaiknya kamu lekas sarapan terus berangkat ya... jangan lupa nanti langsung pulang jangan ngeluyur kemana mana" ucap sang mama berpesan.
"iya ma... Kia ingat" ucap Kia sembari memakan sarapannya.
"Kia bera..." ucapan Kia terhenti kala Kia melihat seseorang sudah berdiri tidak jauh darinya.
"pagi ma... " sapa Ken ramah.
"pagi sayang... mau jemput Kia?"
"iya ma... Ken pamit antar Kia dulu ya ma..." pamit Ken.
"loh gak sarapan dulu... " tanya Sang papa mertua dari arah tangga.
"terimakasih pa... Ken sudah sarapan tadi... Ken berangkat dulu pa" ucap Ken sopan sembari berjalan menuju mobil.
Ken masuk mobil diikuti dengan Kia yang juga memasuki mobil, Ia melajukan mobil perlahan meninggalkan pekarangan rumah sang mertua menuju kesekolah calon istrinya.
"udah stop sampai sini aja kak... " ucap Kia memberi intrupsi.
Ken menghentikan mobilnya tidak jauh dari gerbang sekolah membiarkan begitu saja Kia pergi tanpa mengucap sepatah kata pun. Begitupun dengan Kia, ia juga enggan mengucap apapun kepada Ken yang tak pernah bersifat hangat kepadanya.
Kia menatap kepergian mobil Ken sendu..
"ckkk... apa yang kamu harapkan sih Ki... dia gak akan pernah berubah... jadi lo harus terbiasa dengan sifat dinginnya" batin Kia.
Kia membalikkan badan dan melangkah pergi meninggalkan pintu gerbang menuju ke kelasnya.