Jam baru saja menunjukkan pukul dua dini hari namun Kia harus terpaksa terbangun dari tidurnya karena sesuatu di dalam perutnya meronta ingin dikeluarkan.
"Astaga" ucap Kia lirih kemudian segera melompat dari ranjang dan berlari menuju kamar mandi.
"hoek... hoek.." Suara Kia mengeluarkan seluruh isi perutnya.
Kia terus saja memuntahkan isi perutnya hingga membuat sang suami yang baru saja terlelap tidur terbangun. Ken berlari menuju kamar mandi mendapati sang istri yang masih saja muntah. Tanpa rasa jijik Ken memijit mijit tengkuk Kia, membersihkan sisa sisa bekas muntah sang istri yang bercecer di sekitar closet.
"sayang kamu kenapa?"
"aku panggil dokter ya..."
"aku gak tau mas... kepalaku pusing banget dan aku terus saja muntah..."
"baiklah sekarang kita kembali ke ranjang saja ya... beristirahatlah"
"iya mas..."
"aku bikinkan teh hangat untukmu dulu ya"
"iya mas"
Kia terbaring lemah dengan posisi bantal sedikit ditinggikan. Sementara Ken berjalan menuju dapur membuat teh hangat untuk sang istri.
"Ken... kamu ngapain?" seru Linda yang terkejut.
"bikin teh mi..."
"kenapa tidak minta bikinkan bibi saja"
"ini masih jam dua mi... kasihan bibi lagian cuma bikin teh doang"
"kamu yakin bisa? sini mami aja yang buatin... tumben kamu minum teh... biasanya juga minum kopi... lagi banyak kerjaan atau gak bisa tidur sayang...?" tanya Linda kepada sang putra.
"bukan untuk Ken mi.. itu untuk Kia kok"
"loh Kia belum tidur?"
"dia sakit mi... sepertinya masuk angin karena sedari tadi muntah muntah dan katanya kepalanya pusing sekali"
"bentar bentar, Kia muntah muntah?"
"iya mi"
"kepalanya pusing juga?"
"iya mi... mami kenapa sih kok malah senyam senyum gitu"
"Sayaaaaang.... jangan jangan Kia hamil lagi" seru Linda bahagia.
"ish masak sih mi... kita baru bikin beberapa minggu ini loh mi... masak iya secepat itu"
"saiyang... satu atau dua minggu itu waktu yang lama... ayo coba beli alat tes kehamilan"
"gitu ya mi... harus sekarang ya belinya?"
"ihhh kamu mah papan setrika... bener bener gak peka deh Ken" ucap Linda memukul lengan Ken karena gemas.
"awshh mami kenapa pukul Ken sih... kan sakit"
"habisnya mami gemas... kamu tuh gimana sih gak peka banget kamu gak penasaran memangnya... buruan beli tes kehamilan tuh di pertigaan kan ada apotek yang buka dua puluh empat jam..."
"ya penasaran... ya sudah Ken beli dulu, tolong temani Kia ya mi"
"oke... cepetan ya"
"iya mi"
Ken melajukan mobilnya menuju apotek yang buka dua puluh empat jam lantas membeli alat tes kehamilan seperti yang dikatakan sang ibu.
"Mbak saya beli alat tes kehamilan dong"
"yang merek apa pak dan berapa?"
"astaga... lupa tanya lagi apa mereknya..." ucap Ken lirih sembari menepuk jidatnya.
"emmm semua aja deh mbak... semua merek saya beli..."
"oh ba baik pak"
Penjaga toko memberikan sekantung alat tes kehamilan dengan berbagai merek kepada Ken yang langsung Ken bayar dan bawa pulang.
Sementara di rumah Linda sedang menemani Kia yang sedang terbaring lemah. Linda berjalan mendekati sang menantu lantas duduk di pinggiran ranjang membantu sang menantu untuk minum teh hangat.
"ma-ma-mi kenapa mami yang kemari? mas Ken kemana?" tanya Kia terkejut melihat sang ibu mertua datang.
"Ken ada kok... bentar lagi juga menyusul" ucap Linda sembari berjalan mendekat.
"minumlah tehnya dulu sayang selagu masih hangat" ucap Linda sembari meletakkan secangkir teh hangat dan membantu sang menantu untuk duduk.
Linda menyodorkan secangkir teh hangat itu tepat di depan bibir sang menantu. Ia membantu sang menantu memegangi cangkir teh karena ia khawatir sang menantu tak cukup punya tenaga untuk memegangnya.
""makasih ya mi... maaf Kia jadi merepotkan mami"
"its oke sayang... gapap kok kamu kan juga anak mami sekarang"
"iya mi"
Disela obrolan Linda dan Kia seseorang datang membawa sekantung alat tes kehamilan.
"Mas... kamu dari mana? kok lama sih" tanya Kia penasaran.
"nih beli ini buat kamu" ucap Ken menunjukkan kantung plastik yang ia bawa.
Kia mengerutkan dahinya lantas bertanya kepada sang suami apa isi kantung tersebut.
"apa itu mas?" tanya Kia penasaran.
"umm lihat saja sendiri" ucap Ken sembari terkekeh.
Ken mengangsurkan sebuah kantong plastik kepada sang istri yang langsung di buka oleh sang istri. Betapa terkejutnya Kia dan Linda kala melihat selusin tespack yang dibeli oleh Ken dengan berbagai merek.
"Mas... ini untuk apa? kenapa belinya banyak sekali?" Kia teekejut melihat selusin teapack yang berad di dalam kantong tersebut.
"ish kamu tuh kenapa belinya banyak banget sih Ken, beli satu atau dua aja sudah cukup kali huhh" ucap Linda membelalakan mata tak percaya dengan tingkah konyol putranya.
"ya maaf... habisnya Ken gak tahu merek apa yang dibutuhkan ma... dari pada bolak balik kelamaan ya sudah Ken beli saja semua..."
"Astaga... kamu ini benar benar" ucap sang ibu sembari menggeleng gelengkan kepala.
"um Ki... coba kamu ke toilet sayang, nah kamu tampung urine kamu di sini setelah itu ujung alatnya kamu celupkan ke dalam urine... tunggu sebentar lalu bawa kemari" ucap Linda memberi intrupsi sembari mengangsurkan sebuah wadah kecil.
"Untuk apa mi?" tanya Kia penasaran karena dirinya memang belum tahu.
"mami rasa gejalamu ini adalah salah satu gejala wanita hamil, untuk itu mami mau memastikan dulu sebelum besok ke dokter" ucap Linda menjelaskan.
"Ken bantu Kia ke kamar mandi sayang"
"iya mi..." ucap Ken sembari berjalan mendekat.
Ken membopong sang istri menuju kamar mandi untuk melakukan a yang telah diintrupsikan sang ibu tadi. Sementara Kia, dia terpaksa menuruti kemauan sang ibu mertua yang terlihat antusias ingin mengetahuinya.
"mas... kalau nanti hasilnya negatif gimana?" tanya Kia tiba tiba.
"ya sudah tidak apa apa nanti kita berusaha lagi... kita masih memiliki banyak waktu sayang jangan khawatir" ucap Ken sembari menunggui sang istri yang sedang mengambil urine.
"tapi bagaimana dengan mami mas? aku takut mami kecewa..." ucap Kia khawatir.
"jangan bicara seperti itu sayang... tenang lah mami pasti mengerti kok" ucap Ken menenangkan hati sang istri.
"iya mas..."
"bagaimana sudah selesai belom?" tanya Ken yang juga penasaran.
"belum mas... nanti dulu" ucap Kia sembari merapikan pakaiannya.
Kia mengambil wadah urine tersebut meletakkannya di atas closet lantas membuka sebuah bungkusan alat tes kehamilan dan mencelupkannya kedalam urinenya. Kia nampak cemas menunggu hasilnya sementara Ken ia justru mondar mandir tidak sabar melihat hasilnya. Lima menit sudah mereka menunggu, Ken meminta Kia untuk memeriksa bagaimana hasilnya.