Ken menepikan mobilnya di pinggir jalan memukul setir mobilnya kencang lalu menyandarkan kepalanya pada stir mobil. Sementara Kia hanya menunduk sembari menangis ketakutan. Ken mencoba meredam emosinya sesaat lantas menjalankan mobil kembali menuju apartemen.
"Arrrrgh...." pekik Ken sembari mengacak rambutnya kasar.
Sesampainya di apartemen mereka masih saling mendiamkan satu sama lain. Ken yang memilih diam untuk meredam amarah, dan Kia yang diam karena takut akan kemarahan Ken.
Kia berjalan menuju kamarnya membersihkan badan lantas turun ke bawah tanpa menyapa Ken yang sedang berbaring di atas ranjang. Kia mengambil baskom kecil yang berisi air hangat serta membawa kotak obat hendak ia bawa ke atas namun niatnya urung kala mengingat akan kemarahan Ken. Ia meletakkan baskom dan kotak obat diatas meja makan.
"Mas Ken kan masih marah sama aku... sebaiknya aku biar dia tenang dulu..." gumam Kia sembari berjalan menuju dapur.
"masak apa ya.. em nasi goreng seafood saja kalau begitu"
Kia memasak nasi goreng seafood kesukaan Ken menyiapkannya diatas meja makan yang ia tutupi dengan tudung lantas berjalan menuju ruang tamu. Kia menghempaskan tubuhnya diatas ranjang lantas meluapkan kekesalan hatinya kemudian menangis dibawah selimut hingga tertidur.
"Finish... semoga kamu suka mas..."
"maaf aku terpaksa mendiamkanmu"
"ah sebaiknya aku istirahat saja di kamar tamu" ucap Kia lirih.
Kia meraih guling lalu memukul mukul dengan kedua tangannya sembari menangis
"Kamu kalau marah kek gini bikin aku takut tau mas.."
"aku kesel tau gak kamu diemin aku gini" maki Kia sambil memukul mukul guling.
"isssh" ucap Kia sembari menangis.
Ken yang sudah kembali dalam mood baiknya bergegas turun ke bawah hendak mencari keberadaan sang istri untuk meminta maaf. Ken menuju dapur namun tak menemukan keberadaan sang istri. Ia tersenyum kala melihat sebuah baskom kecil berisi air dan kotak obat yang berada diatas meja makan.
"Aku tahu kamu pasti takut padaku... maafkan aku sayang" ucap Ken sembari mencari keberadaan sang istri.Atensi Ken tertuju pada kamar tamu, lampu di kamar itu menyala menandakan jika seseorang berada di dalamnya. Ia membuka pintu kamar tamu perlahan dan tersenyum kala mendapati sang istri tertidur disana, ia lantas membaringkan tubuhnya disamping sang istri menelupkan tubuhnya di bawah selimut dan menyusul sang istri yang lebih dulu tidur.
"maafkan aku sayang"
"kau pasti menangis ya tadi" jempol tangan Ken menyapu bekas air mata yang tersisa di pipi Kia.
"selamat malam sayang" bisik Ken sembari mencium kening Kia.
Ken melilitkan lengannya di perut sang istri lalu menyelami samudra mimpi. Sementara Kia yang semula memunggungi Ken kini berubah posisi menjadi menghadap sang siami dengan wajah yang ia telusupkan di dada bidang milik sang suami.
***
Keesokan harinya Kia bangun pagi pagi, ia terperanjat kala sebuah tangan kekar dengan setia melilit perutnya. Perlahan ia menyingkirkan lengan kekar tersebut hendak berjalan menuju kamar mandi untuk m encuci muka dan menggosok gigi.
"Jadi semalem mas ken nyusul tidur aku ya" ucap Kia sembari tersenyum kecil.
Kia berjalan menuju dapur, mulai mengambil beberapa bahan untuk membuat soto ayam. Tangan mungil Kia dengan tangkas memotong motong sayuran lantas mencucinya untuk kemudian dimasak.
Semerbak wangi masakanan yang menusuk indera penciuman membangunkan Ken dari mimpi indahnya. Ken beranjak dari tidurnya menuju dapur penasaran dengan apa yang telah dimasak sang istri.
Dari kejauhan ia melihat tangan tangan mungil sang istri begitu lihai mengayunkan spatula seperti sedang menumis sesuatu. Ken tersenyum kemudian berjalan mendekatinya.
Kia berjenggit kaget kala sepasang lengan kekar melilit diperutnya dengan erat. Sejenak ia memejamkan mata lantas mengecilkan bara api pada kompornya dan membalikkan tubuhnya menghadap sang suami. Ia menatap sayu mata sang suami kemudian memulai untuk berucap.
"Mas... Aku..."
Baru saja Kia memulai tapi jari telunjuk Ken lebih dulu membungkam bibir Kia seolah memberi kode kepada sang istri untuk tidak melanjutkan ucapannya.
"ssssst diamlah.... biarkan aku yang berbicara padamu sayang" ucap Ken sembari menangkup pipi sang istri dengan kedua tangannya.
Dua jempol tangan Ken memberikan usapan usapan lembut di pipi Kia yang mebuat sang empunya menyunggingkan sebuah senyuman. Ken membawa wajahnya mendekati wajah sang istri mengecup singkat bibir sang istri lantas menyatukan dahi mereka berdua. Ini adalah kebiasaan Ken untuk memulai sebuah pembicaraan dari hati ke hati.
"Maafkan aku sayang telah membuatmu menangis dan membuang air matamu sia sia"
"Maaf sudah membuatmu ketakutan... mungkin kejadian ini akan terulang kembali kelak ketika si pemarah ini tak dapat mengontrol emosinya..."
"Maafkan aku sayang" ucap Ken memohon dengan tulus.
Kia menegakkan kepalanya lima centi dari wajah Ken lalu meraih kedua tangan yang bertengger di kedua pipi Kia. Kia menggenggam erat kedua tangan sang suami menyatukan dengan kedua tangannya.
"Tak perlu memohon mas... aku sudah memaafkanmu. Aku tahu kau melakukannya karena terlalu mencintaiku..."
"Hemm kau benar sayang... Aku terlalu mencintai wanitaku dan tak rela jika ia disentuh ataupun berdekatan dengan laki laki mana pun"
"kau tahu? melihatmu dipeluk laki laki sialan itu membuat hatiku terbakar cemburu, aku sampai kehilangan kewarasanku saat itu" ucap Ken kepada Kia.
"Aku akan menjadi tak terkendali jika hatiku terbakar cemburu... untuk itu ku mohon jaga hatimu"
Tanpa menjawab Kia dengan berani memagut bibir sang suami dengan lembut, pagutan itu berubah semakin panas dan menutut kala Kia dengan reflek mengalungkan kedua lengannya di leher Ken.
Tangan Ken dengan cekatan mematikan kompor yang berada disamping mereka, meraih pinggang sang istri kemudian menggendongnya menuju kamar tamu tanpa melepaskan pagutan mereka.
Sejenak hawa panas tercipta di dalam ruang kamar tamu kala dengan nakal Ken mulai menggerayangi setiap inchi tubuh sang istri. Hanya singkat namun membuat mereka dimabuk kepayang merasakan puncak kenikmatan dari pergulatan panas di pagi ini.
***
Ken sudah rapi dengan pakaian kantornya menuruni anak tangga menuju meja makan. Ia tersenyum lalu menyapa sang istri yang sedang menyusun makanan diatas meja makan.
"pagi sayang"
"aaa... pagi mas ayo sarapan" ucap Kia sembari tersenyum.
Kia mengambil piring Ken mengambilkan nasi dan lauk kesukaan sang suami lantas menyodorkannya kedepan sang suami.
"nanti pulang jam berapa?" tanya Ken sembari menyendok makanan dan memasukkan ke dalam mulutnya.
"emm jam tiga mungkin mas... karena aku ada banyak tugas dan seperti harus cari buku di perpustakaan dulu"
"baiklah aku akan menjemputmu seperti kemarin"
"hemmm... aku akan mengabarimu jika aku sudah selesai mencari buku"
"oke"
Ken dan Kia menyelesaikan saran lantas betangkat bersama. Kia menuju kampus untuk kuliah sedangkan Ken pergi ke kantor untuk bekerja.