Azkia Pov
Aku berlari tergesa keluar gedung tanpa mempedulikan sapaan karyawan karyawan suamiku. Hatiku begitu sakit menerima kenyataan jika ada wanita lain yang begitu akrab dengan suamiku. Sedang denganku ia dulu sangatlah dingin dan cuek.
"apa benar dia perempuan yang disukai mas Ken?"
"ck miris sekali hidupku macam drama korea saja"
"bodoh... mengapa aku tadi berlari dan pergi, mengapa aku tak menanyainya dulu... eh tapi apa yang tadi ku lihat itu benar benar bikin aku sakit hati ya wajar dong kalau aku pergi...." ucap Shila dalam hati.
"ini kenapa hati aku sakit sih rasanya? ini ya yang dimanakan jelous tu..." ucap Kia berperang dengan hatinya.
Sesampainya di apartemen aku langsung menangis mengingat betapa akrab suamiku dengan wanita lain membuat ku merasa sakit, mengingat aku dulu tak bisa seakrab itu dulu dengan suamiku. Berkali kali aku mencoba untuk menguatkan hati namun yang terjadi ia malah semakin sakit hati. Entahlah sepertinya sesuatu didalam hatiku sana benar benar terlukai. Lama Kia bermonolog dengan hatinya untuk berfikir dan mencari jawaban atas terkaannya sembari menghapus air mata yang turun begitu saja. Namun Kia memilih untuk mengakhiri kegiatan konyolnya tersebut.
"ini dosa gak sih aku kalu nangis..."
"Astaga aku kenapa sih secengeng ini... udah dong Kia... kamu belum tahu yang sebenarnya" ucapku pada diriku sendiri.
"Bisa jadi dia hanya teman atau juga saudara Ki... tenang lah " ucapku bermonolog dengan diri sendiri.
"Aduh alay banget sih aku ini... please Kia berhenti nangisnya kalau ketahuan mas Ken kan malu" ucap Kia lagi.
"Aduh gini amat ya rasanya jelous... please Kia lupain." Ucapku sembari mengusap air mata.
"Ahhh ya ampun aku gak boleh kayak gini " Gumam Kia sembari beranjak membersihkan wajah.
Aku pun bergegas turun kedapur menyibukkan diri dengan membuat kue kering agar aku sedikit lupa dengan rasa jelousku. Terlalu asik membuat adanon kue membuatku tak menyadari akan hadirnya seseorang dibelakangku yang tiba tiba saja memelukku erat.
"Kyaaaaa" pekikku.
"ma... mas kau mengageti ku... bagaimana jika adonan kueku tumpah" ucapku sembari menggembungkan pipiku.
"maaf sayang... maafkan aku... " bisik mas Ken sembari mengecup pipiku.
Hampir saja adonan kue ditanganku tumpah untung dengan sigap aku mampu menahannya. Nafasku mulai memburu degup jantungku kian menggebu karna bukan hanya pelukan yang melilit tubuhku tapi kecupan yang jarang sekali ia berikan padaku kini mendarat tepat dipipi dan leherku bahkan terulang hingga beberapa kali yang membuat hatiku menghangat dan sedikit melupakan rasa jelousku. Aku kesal dengan diriku yang mudah sekali terbuai oleh perlakuan manis suamiku.
"cih apa yang kau lakukan Ki... mengapa kau justru menikmatinya" gerutu Kia dalam hati.
"Tunggu dulu... aneh mengapa tubuhku tak memberikan reaksi apapun" batinku.
"ckk memang aku harus bagaimana jika suamiku bersifat manis padaku... dasar aneh kamu Ki" ucap Kia dalam hati.
Tubuhku yang mungkin sudah terbiasa menerima perlakuan manis dari suamiku tidak lagi gemetar, cenderung rileks dan menikmatinya meski detak jantungku berdegup lebih kencang. Mas Ken tiba tiba membalikkan tubuhku mengangkat daguku yang sedang menunduk dengan pelan, menangkup kedua pipiku mengusapnya lembut kemudian memajukan wajahnya perlahan membuatku reflek menutup mata.
Dan cup bibirku dan bibir Mas Ken menempel dengan sempurna. Cukup lama, yang kemudian bergerak lembut menyesap dan melumat bibirku secara mendalam. Nikmat satu kata yang terlintas difikiran yang membuatku tanpa sadar mengalungkan lenganku keleher mas Ken. Aku yang terbuai dengan ciuman ini pun hanya diam menikmati sapuan lidah nakal suamiku yang bergerak menyusuri setiap rongga mulutku. Sungguh ciuman ini benar benar memabukkan dan membuatku terlena olehnya, sebuah ciuman pertama yang ku jaga khusus untuk suamiku pada akhirnya direnggut oleh sang pemilik sahnya. Aku tersenyum malu ketika mas Ken menghentikan ciumannya dan membawa wajahku berdekatan dengan wajahnya hingga dahi kami saling menyatu. Diusapnya perlahan kedua pipiku, tatapan kami saling bertemu hidung kami saling bersentuhan bisa ku rasakan deru nafas berbau mint menerpa wajahku dengan lembut.
"Sayang...." bisik Mas Ken dengan suara sensual ditelingaku sembari mengusap usap lenganku yang membuatku semakin menegang.
"Ya ampun gimana caranya aku bisa menghindar dari kamu mas"
"aku takut... aku belum siap jika.... ahh tidak tidak itu tidak boleh terjadi sekarang" ucapku dalam hati.
"Mas... jangan gini... kita makan siang dulu yuk..." ucapku sembari bergerak menghindar.
Mas Ken bergerak pergi menjauhiku menuju meja makan, menyantap makanan dengan antusias seperti biasa sementara aku menjadi merasa bersalah karena telah menghindarinya.
"Maaf mas... maafin aku belum bisa memberikan hakmu" ucapku lirih sembari menunduk.
"ssst... tak perlu berkata begitu... aku mengerti... dan aku akan sabar menunggunya" ucap Mas Ken sembari mengusap pipiku.
"Ki soal yang kamu lihat dikantor tadi aku minta maaf ya... "
"maksud mas Ken?" tanyaku pura pura tak mengerti.
"Cewek yang kamu lihat sedang ngobrol sama aku itu Vania... dia sepupuku yang usianya tidak jauh darimu.... maaf jika aku telah..." Dengan cepat aku menghentikan perkataan mas Ken, aku tak mau dia merasa bersalah atas sifatku yang kekanakan.
"ssst...Tak apa mas kita lupakan saja, aku percaya padamu... Aku minta maaf mas karena terlalu kekanakan.... " ucapku sembari menaruh telunjukku di depan bibir mas Ken.
Mas Ken langsung menarikku kedalam dekapannya begitu saja mengusap lembut punggungku.
"tidak ada wanita lain dihatiku selain kamu Ki... aku sangat mencintaimu" bisik Mas Ken yang membuatku tersipu.
"aku juga mencintaimu mas... dan kamu satu satunya penguasa hatiku " balasku yang membuat mas Ken menyunggingkan sebuah senyuman.
Hatiku bersorak riang, rasanya aku seperti terbang melayang mendengar pernyataan suamiku barusan, kata kata itu begitu indah dan selalu terngiang dihatiku membuatku tersipu kala mengingatnya.
Mas Ken berpamitan kembali ke kantor dan aku masih diam ditempat merasakan sisa sisa kenikmatan yang baru saja diberikan oleh Mas Ken.
"aku balik ke kantor lagi ya Ki... masih ada sedikit kerjaan yang harus aku selesaiin"
"hemmm iya mas hati hati di jalan ya..."
Mas Ken kembali memelukku mengecup bibirku menghujani wajahku dengan ciuman kecil kemudian berlalu meninggalkan apartemen.
"Astaga... yang tadi itu apa? " ucapku lirih.
"menyenangkan sekali..."
"eh tadi itu bener gak sih..."
"Awh sssh" pekikku usai mencubit lenganku sendiri.
"berarti bener dan bukan mimpi hehe" Aku tertawa sembari melangkahkan kakiku kembali ke area dapur untuk melanjutkan aktifitasku membuat kue.
"sampai mana ya tadi lupa... "
"ahh ya... baiklah baiklah sebaiknya aku mulai menuangnya kesalam loyang"