Langit biru ibu kota berubah menjadi orange, namun Ken tak menghentikan usahanya untuk mencari tukang penjual rujak keliling. Mata Kia berbinar kala melihat seorang penjual rujak di dekat sebuah kompleks.
"Mas lihat deh..." ucap Kia sembari menunjuk ke arah penjual rujak.
"Ah... iya... iya kamu benar sayang.." ucap Ken tersenyum senang. "Oke kamu tunggu di mobil dulu ya sayang... biar aku saja yang beli" ucap Ken sembari membuka pintu mobil.
"Iya mas.... cepetan ya"
"Iya sayang..."
Ken berjalan menyebrang jalan menuju penjual rujak. Ia lantas memesan dua porsi rujak dengan sambal yang sengaja minta di pisahkan.
"Pak dua porsi ya sambalnya dipisahin ya" ucap Ken memberi intrupsi kepada si penjual rujak.
"Baik Den" jawabnya sembari membuat pesanan Ken.
Tak butuh waktu lama dua bungkus rujak pun sudah siap. Usai membayar Ken langsung berjalan menyebrang menuju mobilnya.
"Mana mas rujaknya?" tanya Kia taksabaran.
"Nih..." ucap Ken sembari menyodorkan dua bungkus rujak kepada sang istri.
Dengan cepat Kia meraih bungkusan tersebut dan buru buru membukanya. Ia membuka kotak rujak dengan cepat lantas memakannya dengan antusias.
"Hummm yummy.... Ini enak sekali mas, kamu mau?"
"Tidak sayang kamu saja..."
"By the way terimakasih ya mas udah nuruti pengennya aku"
Ken fokus menyetir mobil sementara sang istri sibuk memakan rujak, Ken menggeleng gelengkan kepala melihat kelakuan sang istri uang super aneh itu. Kia memakan rujak seperti orang yang tak makan nasi berhari hari.
"Sudah? Ada lagi gak yang kamu pengen beli sayang?" tanya Ken memastikan.
"Sudah mas... Aku ingin cepat pulang mas ngantuk..."
"Hemm baiklah..."
Belum juga ada beberapa menit Kia ngomong saat ini ia sudah terlelap sembari memangku bungkus rujak yang kosong.
"Ah sudah tidur rupanya... Cepat sekali" gumam Ken sembari terkekeh.
Ken meraih tisu lantas membersihkan sisa bekas rujak di sekitar bibir sang istri. Menggenggam sebelah tangan sang istri sembari menyetir mobil dengan sebelah tangannya. Ken segera memarkirkan mobil dan menggendong sang istri masuk ke dalam lift menuju unit apartemennya. Ken membaringkan sang istri di ranjang mengganti baju sang istri dengan gaun tidur lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
"Astaga perutku sampai bunyi..." ucap Ken ketika tiba tiba perutnya berbunyi.
"Umm baiklah aku harus segera menyelesaikan mandiku dan pergi makan" ucap Ken segera mengakhiri ritual mandinya.
Hanya sepersekian menit saja kini Ken sudah siap dengan pakaian santainya. Ia berjalan keluar kamar menuju dapur mengambil satu bungkus mie kuah, sosis dan dua butir telur lalu mulai memasaknya.
"Mie kuah pake telur dan sosis sepertinya itu enak sekali" ucapnya sembari memasak air untuk merebus mie.
Ken menarik kursi meja makan mulai menyantap mie dengan antusias, satu mangkuk besar mie kuah dengan sosis sapi dan dua butir telur. Entahlah menurutnya saat ini mie yang berada di depannya ini sangat lah enak dan nikmat tiada duanya. Puas menikmati semangkuk besar mie pun merasa ngantuk lalu berjalan menuju kamar menyusul sang istri yang sudah tidur terlenih dahulu. Ken mengusap lembut perut Kia, memberikan kecupan kecupan kecil di perut sang istri lantas mengecup bibir sang istri lantas membaringkan tubuhnya di samping sang istri.
***
Jam di dinding masih menunjukkan pukul empat lewat lima menit namun Ken sudah terbangun karena ia merasakan mual yang teramat sangat. Ken memuntahkan seluruh isi perutnya hingga tubuhnya lemas sekali. Kia yang baru saja menyadari jika sang suami tidak ada di sampingnya segera menyusul menuju kamar mandi kala mendengar suara muntah sang suami.
"Mas kamu kenapa? Kamu sakit ya?" tanya Kia khawatir.
"Sayang... Kamu pasti kebangun gara gara aku ya... Maaf ya sayang"
"Tak apa mas... Ayo kembali ke kamar"
Dengan telaten Kia memijit mijit tengkuk hingga kepala sang suami yang mengeluh merasakan pusing dan mual, Kia mengoleskan minyak angin pada perut, dada, punggung dan juga pelipis sang suami.
"Um... Sayang" ucap Ken tiba tiba.
"Iya mas ada apa?" tanya Kia penasaran.
"Boleh tidak aku minta tolong ke kamu untuk beli soto di depan apartemen?" ucapnya hati hati.
"Hemmm... Oke aku belikan dulu ya mas"
"Terimakasih sayang"
Ken meraih ponselnya di atas nakas mencari nomor Satya lantas mendialnya. Tak lama kemudian tedengar suara serak khas bangun tidur milik Satya.
"Halo bos... Kenapa?" ucap Satya dengan nada malasnya.
"Sat hari ini handle semua pekerjaan gue ya... Gue ijin gak masuk"
"Kenapa? Bini lo sakit?" kali ini Satya berbicara dengan kesadaran yang penuh usai mendengar pernyataan sang boss yang mengatakan tidak bisa masuk kerja.
"Bukan Kia tapi gue Sat... Entahlah tiba tiba saja gue pusing, mual dan muntah muntah teris sampek lemes padahal gue ngerasa gue dalam kondisi baik baik saja.."
"Oh lo berarti kena morning sickness ibu hamil Ken"
"Benarkah??"
"Hemm... Bukan hanya itu saja Ken lo bakal ngrasain yang namanya ngidam alias pengen banget makan atau menginginkan sesuatu hal"
"Dan sepertinya gue sedang mengalami ngidam pertama Sat... Pagi ini gue pengen banget makan soto tadi"
"Hahhaa seriusan... Wah pasti lucu sekali ya" jawab Satya sembari terkekeh.
"Ckk... Ketawain aja terus biar lo puas..."
"Hahha iya lah gue harus memanfaatkan kesempatan, kapan lagi gue bisa ketawain lo" ucap Satya dengan nada bahagia.
"Terserah lo deh Sat... By the way gue tutup dulu teleponnya bini gue udah datang bawain gue soto"
"Oke siap" ucap Satya sembari memutuskan sambungan telepon.
Kia membawa nampan berisi nasi soto dan segelas teh hangat, ia lantas memberikannya kepada sang suami. Benar saja Ken langsung memakannnya secara antusias.
"Sayang ini enak sekali" ucap Ken setelah menghabiskan .
"Benarkah... Kalau begitu kapan kapan aku akan buatkan soto untuk mu mas" ucap Kia sembari tersenyum.
"No... Aku maunya soto yang di depan apatemen sayang gak mau yang lain" ucap Ken manja.
Kia mengerutkan dahinya mencerna ucapan sang suami kemudian terkekeh. "Kamu lagi ngidam ya mas.." ucapnya kemudian.
Ken mengangguk pelan sembari teraenyum "Ya sepertinya aku sedang mengalami ngidam pertama sayang" jawab Ken membenarkan pernyataan Kia.
"Hahaha benarkah... Astaga aku tak percaya jika ini benar benar terjadi sayang aku kira ini hanya terjadi di sebagian orang di luar sana saja.. Dan tenyata suamiku mengalaminya saat ini... Ini lucu sekali sayang" ucap Kia sembari terkikik.
"Hemm iya sayang... Hari aku tidak pergi ke kantor, temani aku ya sayang"
"Ya sudah nanti aku akan ijin kalau gitu" jawab Kia.
Ken menarik lengan sang istri membawa tubuh sang istri berbaring di sampingnya kemudian mendekap tubuh sang istri dan kembali terlelap.
Happy readibg readers... Jangan lupa votenya dan masukin ke dalam rak kalian ya novelnya.... Terima lasih