Melihat punggung mulus Kia membuatnya membayangkan Kia diberada dibawah kungkungannya dengan dirinya yang bercucuran keringat karena memperoleh kenikmatan. Ken mengusap wajahnya kasar dan segera turun dari ranjangnya melangkahkan kaki keluar kamar.
Tak ingin terjadi hal yang tak diinginkan Ken memutuskan masuk kedalam ruang kerja sebelum sang istri keluar dari kamar mandi. Ia sengaja menghindar karena ia tahu bahwa sang istri masih terlalu polos dan belum terbiasa dengan hal hal yang berbau intim. Sepertinya Ken harus lebih bersabar dan mulai membiasakan istri kecilnya dengan hal hal tersebut agar tidak takut dan terbiasa. Dan lagi ia juga harus menunggu kesiapan sang istri untuk melakukan kewajibannya secara ikhlas tanpa paksaan agar ia dapat memperoleh haknya sebagai suami. Mungkin akan butuh waktu yang cukup lama tapi Ken akan bersabar menikmati setiap prosesnya mengingat istrinya masih tergolong sangat muda dan polos.
Ken teringat akan sesuatu hal yang ingin ia bicarakan kepada sang istri, ia menghentika aktifitasnya sejenak, mematikan laptop dan juga menumpuk berkas berkas yang ada didepannya.
Sementara Kia ia belum juga bisa terpejam entahlah sepertinya dekapan Ken sangat lah menjadi candunya untuk dapat terpejam. Kia sibuk memeriksa email laporan dari orang orang kepercayaannya yang ia tugaskan mengelola beberapa butik dan juga Kafe miliknya.
Ken berjalan menuju ranjang memperhatikan sang istri yang sedang asik dengan ponsel ditangannya.
"kamu sedang apa Ki... ?" tanya Ken yang membuat Kia kaget dan menghentikan aktifitasnya.
"Kak... sudah selesai ngerjain tugas kantornya? ini Kia lagi liat liat sosmed saja" ucap Kia berbohong.
"oh begitu... kemarilah... aku ingin berbicara sesuatu hal kepadamu Ki..." ucap Ken sembari menepuk nepuk sisi ranjang yang kosong.
Kia bergerak membenahi posisinya yang tengkurap kemudian mendekatkan tubuhnya kearah tubuh sang suami, ia memiringkan tubuhnya sehingga tubuhnya dan tubuh Ken saling berhadapan.
"ada apa kak?" tanya Kia penasaran.
"apa kamu jadi kuliah di Harvard? dan kapan berangkatnya?"
Kia diam sejenak kemudian menarik nafas dalam dalam sebelum ia menceritakan semuanya dengan jujur.
"sebelumnya Kia minta maaf kak... Kia tak bermaksud berbohong sama kakak karena waktu itu Kia sedang kecewa sama kakak jadi Kia terpaksa bilang kalau Kia mau kuliah diHarvard.... " ucap Kia sembari tertunduk karena takut Ken marah ia berbohong.
Jauh dari ekspektasi Kia Ken justru terlihat kegirangan dan langsung mendekapnya erat erat.
"Benarkah... itu hanya berbohong" pekik Ken girang.
"kau tahu Ki aku sampai mencari cara bagaimana membatalkan keinginanmu untuk kuliah disana, dan aku sampai mati matian mikirin cara ngomong yang halus buat bujuk kamu agar gak marah sama aku karena aku larang kamu pergi kesana... "
"Maafkan Kia ya kak..." ucap Kia lirih.
"ssst tak apa... aku senang kamu gak jadi pergi kesana... lalu kamu mau kuliah dimana?" tanya Ken penasaran.
"sebenarnya Kia udah daftar kuliah kak bareng sama Intan dan Nia... tapi Kia takut ngomongnya sama kakak... dan ya... berhubung kakak tanya Kia sekarang bakal kasih tahu kalau Kia udah keterima di kampus Dharma dan besok Kia akan daftar ulang mungkin beberapa hari lagi Kia sudah mengikuti OSPEK kak... " ucap Kia menjelaskan.
"loh deket dong dengan kantor kakak Ki?" ucap Ken yang dibalas anggukan kepala oleh Kia.
"ya sudah sih... alhamdulillah kalau begitu kakak seneng dengernya..."
"ayo kita tidur ini sudah malam" bisik Ken kepada Kia.
♡♡♡♡♡
Kia telah selesai dengan masakannya ia bergegas membersihkan diri dan bersiap siap menuju kampus untuk daftar ulang.
"Kak bangun... Kia udah siapin air hangat untuk mandi... "
"iya Ki... " ucap Ken sembari bergerak turun ranjang.
"kamu hari ini mau ke kampus ya?" tanya Ken yang melihat sang istri sudah rapi.
"iya kak... mau daftar ulang sekaligus urus administrasi" ucap Kia sembari mematut wajahnya didepan meja rias.
"bareng kakak aja nanti berangkatnya kan searah... " ucap Ken yang diangguki oleh Kia.
Kenan berlalu masuk kekamar mandi sementara Kia sudah dulu turun menyiapkan sarapan diatas meja makan.
"hmmm harum... bikin gak sabar buat makan" ucap Ken dari arah tangga sembari terkekeh.
Mereka kini tengah berada dimeja makan berdua dengan sebuah piring didepan mereka masing masing yang terisi nasi ayam kecap dan capcay. Ken melahap makanannya dengan antusias sembari sesekali memuji sang istri.
"enak banget Ki... " puji Ken disela makannya.
Kia menelan makanan yang baru saja ia kunyah "makanlah yang banyak kak jika enak... " ucap Kia sembari tersenyum ke arab sang suami.
Hanya butuh waktu beberapa menit saja untuk menghabiskan sarapan dipiring mereka masing masing. Usai mengunci pintu apartemen Kia bergegas menyusul sang suami yang lebih dulu berjalan menuju tempat parkir mobil.
Tak seperti dulu yang hanya diam saja dimobil pagi ini Kia dan Ken asik bercerita tentang masa kecil masing masing hingga mobil Ken terhenti didepan sebuah kampus.
Kia merapikan penampilannya kemudian menggendong tas berwarna biru kesayangannya.
"Kak Kia berangkat dulu ya " Pamit Kia sembari mengambil tangan Ken untuk diciumnya.
"Ki tunggu sebentar..." ucap Ken sembari merogoh seseuatu disaku jasnya kemudian mengeluarkan sebuah kartu debit.
"ini untukmu... maaf baru bisa memberikannya untukmu... " ucap Ken sembari mengulurkan sebuah kartu debit berlogokan sebuah bank yang terukir nama sang suami diatasnya.
"kak maaf tapi ini tidak perlu... kakak sudah memberikan kartu kredit untuk Kia dan kakak juga sudah memberikan uang bulanan untuk Kia itu sudah lebih dari cukup untuk Kia kak..." tolak Kia dengan halus.
Ken memiringkan tubuhnya sehingga menghadap Kia mengambil sebelah tangan Kia kemudian ia genggam dengan sebelah tangannya mengusap lembut pipi Kia.
"Kakak bekerja untukmu Ki, jadi semuanya untukmu dan anak anak kita nanti... pakailah jika kamu membutuhkan dan simpanlah untuk tabungan anak anak kita nanti, aku percayakan semuanya padamu istriku... " ucap Ken sembari mengecup mesra kening sang istri.
Tubuh Kia menegang wajahnya memerah dan hatinya bergemuruh merasakan euforia yang sedang terjadi.
"hemm kak terimakasih karena kakak sudah percaya sama Kia... Kia berangkat dulu ya kak... " ucap Kia sembari berjalan keluar mobil.
Ken terkekeh melihat tingkah lucu istri kecilnya yang sedang salah tingkah akibat kecupannya. Sementara Kia dengan wajah yang masih memerah terus tersenyum mengingat kejadian yang baru ia alami.
"Kau lucu sekali Ki..." ucap Ken sembari terkekeh.
Ken membunyikan klakson yang dibalas lambaian tangan dan senyuman oleh sang istri.
"Kiaaa... " sebuah suara melengking membuat Kia menoleh.
Kia hafal betul siapa pemilik suara tersebut yang tak lain adalah Intan sahabatnya. Kedua sahabatnya itu pun berlari menghampiri Kia dengan antusias sementara Kia hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat aksi kedua sahabatnya.
"Kalian bisa gak sih kalau panggil tu gak usah alay... pakek teriak teriak segala... tuh gara gara kalia semua orang jadi memperhatikan kita" ucap Kia yang dibalas sebuah cengiran oleh kedua sahabatnya.