Part 34

5.6K 694 47
                                    

“Ini sungguh aneh...”

Singto, Dokter yang menangani Gulf tampak mengernyitkan dahinya. Sudah lewat beberapa menit ia mengecek hasil MRI Gulf dan mulai meragukannya.

“Apakah hasilnya tidak bagus?” Gulf gelisah. Ia mengetatkan pegangan jari tangannya pada pinggiran kursi untuk mengurangi kegelisahannya itu.

“Bukan.. Tapi i—ni.. Sudah berapa lama kau mengalami mual dan muntah?”

“Sudah sebulan lebih belakangan ini” Papar Gulf.

“Ini mungkin terdengar aneh.. Tapi— sebentar” Singto memencet beberapa nomor pada pesawat telepon yang ada dimejanya, “Kit.. tolong kesini sebentar. Aku butuh bantuan mu”

Perhatian Mew jatuh sepenuhnya kepada Gulf yang mulai tidak tenang. Ia segera menarik tangan Gulf dan menggenggamnya. Memberikan tepukan kecil nan lembut disana guna menenangkan Gulf. Dan dari tatapan mata Mew saat ini menyiratkan arti jika Gulf pasti akan baik-baik saja.

Tak lama, terdengar bunyi ketukan pada pintu, membuat mereka serentak menoleh.

Krist masuk dan segera menghampiri meja Singto, “Ada apa?” Ia menerima hasil MRI yang disodorkan dan ia seketika tersenyum.

“Ini sungguh sebuah keajaiban” Ujar Krist sambil menatap kearah Mew dan Gulf bergantian.

“Apa maksud, dokter?” Tanya Mew

“Kau akan segera menjadi seorang ayah”

“Tunggu, tungg—u.. Maksud mu?” Mew merasa ada yang salah dengan pendengarannya.

“Gulf hamil. Ia sedang mengandung”

“Berhenti mempermainkan ku” Seolah tidak ingin mempercayai kalimat yang baru saja keluar dari mulut Krist, Gulf bangkit dari duduknya dan berjalan keluar ruangan disusul oleh Mew.

“Kau ingin mendengar suara detak jantungnya?” Seru Krist, yang berhasil menghentikan langkah kaki Gulf.

Gulf sempat tertegun lama hingga Mew akhirnya menyadarkannya, “Gulf, biarkan Dr. Krist memeriksa mu. Mereka tidak mungkin mengada-ngada”

“Tapi aku ini pria, Phi”

“Aku tau..”

“Bagaimana mungkin seorang pria seperti ku bisa hamil?”

“Maka dari itu, lebih baik kita periksakan dulu”

Masuk ke ruangan Krist, Mew mendudukan Gulf dipinggiran ranjang pasien. Tangannya mengusap pucuk kepala Gulf dan sebuah kecupan ringan mendarat di dahinya.

“Berbaringlah, aku akan memeriksa mu” Krist mengarahkan Gulf untuk berbaring. Ia segera mempersiapkan beberapa alat yang akan digunakan untuk memeriksa Gulf.

“Mungkin, janin dalam tubuh mu masih sangat kecil. Tapi—“ Suara detak jantung tiba-tiba terdengar sangat riuh keluar dari alat yang sedang digunakan Krist untuk memeriksa Gulf. Tepat saat Krist menempelkan alat USG itu ke perut Gulf.

Mew dan Gulf terpukau melihat sosok kecil yang ada terpampang pada layar dihadapan mereka. Janin kecil itu bersemayam didalam perut Gulf dan janin kecil itulah yang selama beberapa hari ini mulai terasa menggelitik perutnya.

Ini sungguh nyata! Mew begitu terharu, matanya tampak berkaca-kaca dan tak lama satu bulir air mata turun melewati pipinya.

“Kau— Kita— Ada anak kita didalam sini” Mew mengusap lembut perut Gulf.

“Usia janin ini sudah berjalan 6 minggu. Aku akan meresepkan beberapa vitamin untuk mu. Dan juga beberapa obat untuk mengurangi mual”

Gulf masih berdiri mematung disana. Kenyataan yang ia hadapi saat ini sungguh sesuatu yang luar biasa. Ia pria, dan ia hamil?! Lalu bagaimana tanggapan orang-orang disekitarnya nanti? Apakah ia akan dianggap aneh? Tapi disisi lain, Gulf begitu bahagia saat melihat dengan mata kepalanya sendiri, buah hatinya dan Mew berada dan tubuh didalam dirinya.

☀️🌻

“Ma, Gulf hamil” Mew segera menghubungi Mama-nya untuk memberitakan kabar bahagia.

Seketika, pekikan bahagia terdengar dari balik telepon sehingga membuat Mew sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya. Mamanya begitu girang, “Mama akan segera mempersiapkan pernikahan kalian” seketika panggilan telepon itu terputus.

Gulf sendiri belum menghubungi Mae-nya, ia ingin mengabarinya secara langsung dan mungkin sedikit meminta maaf atas apa yang sudah terjadi. Karena saat mengabari akan itu, otomatis itu menandakan jika Gulf dan Mew sudah tidur bersama.

Mew fokus pada kemudinya. Ia tak hent-hentinya tersenyum dan melemparkan pandangannya ke arah Gulf. Yang lebih lucu lagi, ia mengendarai mobilnya dengan begitu pelan. Bahkan nyaris berhenti saat ada unggakan pada jalan yang akan mereka lewati.

“Jika kau melajukan mobil mu seperti ini, ku rasa perlu tiga jam lagi untuk kita sampai di rumah”

“Aku tidak ingin kau sampai kenapa-napa” Merasa tak peduli dengan komplenan Gulf, Mew tetap tidak menambah kecepatan mobilnya.

Memang butuh waktu yang lebih lama, namun akhitnya mobil Mew memasuki area pemukiman mewah dengan jalanan yang ditanamani berbagai pepohonan, menambah keasrian lingkungan itu. Dan saat ini mobil Mew terhenti tepat di depan sebuah pagar hitam, menampakan sebuah rumah yang cukup besar dengan halaman luas dan ditumbuhi dengan rerumputan hijau yang terlihat begitu sejuk dipandang.

Kediaman Traipipattanapong.

Mew turun terlebih dulu, membukakan pintu untuk Gulf.

“Turun pelan-pelan, Gulf”

Gulf mendengus kesal, “Phi.. Bisakah kau bertingkah biasa saja?”

“Aku mengkhawatirkan mu dan anak kita” Senyum Mew tampak begitu tulus.

Gulf sendiri hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tau, setelah ini sikap posesif Mew kepadanya akan berlipat ganda.

“Gulf, Mae sudah menunggu mu” Grace ternyata menunggunya didepan pintu. Tapi merasa sedikit aneh, Gulf melihat mimik muka Grace yang terlihat tidak santai.

Gulf bergerak lebih dulu dan mencari keberadaan Mae diruang tamu.

“Mae..” Sapa Gulf.

“Duduk.. Kau juga, Mew” Tidak ada senyuman terukir pada wajah Mae saat ini.

“Mae, Ka—mi.. “ Mew mencoba membuka pembicaraan, namun terhenti oleh omongan Mae yang memotongnya secara tiba-tiba.

“Kesalahan apa yang sudah kalian lakukan?”

Mew dan Gulf menelan ludah. Baru kali ini mereka melihat Mae bersikap dingin seperti sekarang ini. Gulf yang sedikit ketakutan melirik kearah Mew, melihat jika pria disebelahnya itu sama paniknya dengan dirinya.

“Kalian tidak bisa menjawabnya?” Tanya Mae lagi.

“Gulf, ham—il Mae—..” Ujar Mew terbata.

“Bagaimana mungkin?” Mae sedikit meninggikan suaranya.

“Mae, ku mohon maafkan aku..” Gulf menghampiri Mae dan berlutut dihadapan kedua kakinya.

“Tidak, Mae. Itu bukan sepenuhnya salah Gulf. Aku juga yang harus disalahkan disini” Mew mengikuti langkah Gulf dan ikut berlutut disana.

“Kalian...” Mae menarik nafas dan menghembuskannya perlahan, “Mae tidak bisa membiarkan ini”

“Mae, tapi Gulf sedang hamil. Ia mengandung anak kami”

Mew terlihat kalut mendengar penolakan dari Mae. Ia sungguh tidak menyangka jika itu akan terjadi. Terlebih setelah selama ini tidak pernah sekalipun Mae menentang hubungan mereka.

Walaupun, diposisi ini Mew memang salah sudah menghamili Gulf tanpa terikat oleh janji pernihakan sebelumnya.

Tidak ada satu katapun keluar dari mulut Gulf untuk membela diri. Ia hanya duduk tertunduk dalam diam sembari memilin jari-jari tangannya. Bohong besar jika dibilang ia tidak takut saat ini. Ia sendiri pun sama seperti Mew, tidak menyangka jika reaksi Mae akan sedingin ini.

“Mae, ku mohon.. maafkan kami” Pinta Mew

Mae tiba-tiba bangkit dari duduknya, tetap dengan wajah dinginnya,

“Ada yang harus Mae lakukan atas apa yang sudah kalian lakukan ini”

To be continue..

OH! MY SUN ☀️🌻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang