Pagi ini Jinan sudah harus kembali ke Amerika, artinya ini hari terakhir pula Jihoon tinggal di rumah bersama papanya. Hari ini Jihoon dan papanya mengantar Jinan ke bandara. Jinan naik motor dengan Jihoon di boncengannya, sedangkan papanya naik mobil bersama supir.
Sampailah mereka di bandara.
"kamu disana hati - hati, harus ingat yang namanya istirahat, makan. Jaga kesehatan, kabari papa terus,"nasehat papa untuk Jinan.
Jihoon yang berada di dekat situ hanya menyimak, dan merasa asing padahal ia juga bagian dari keluarga itu. Jihoon bisa melihat betapa sayangnya sang papa kepada kakanya. Bisakah Jihoon merasakan kasih sayang itu lagi, sama ketika ia masih kecil.
"papa ada meeting jadi papa langsung pergi aja ya,"
"iya pa, hati - hati,"Jinan.
Jihoon tersenyum tipis dan mencium punggung papanya. Papanya pun pergi dari bandara menuju perusahaan.
Jina dan Jihoon pun duduk sebentar untuk mengobrol.
"lo baik - baik ya disini, inget omongan gue semalem jangan jadi orang yang egois dan keras kepala, gue selalu dukung hoon gue juga mau lihat lo sukses bahagia,"ucap Jinan sambil mengusap pundak Jihoon.
"gue udah berjuang dan sekarang giliran lo yang berjuang juga, gue yakin semua orang dukung lo termasuk gue,"lanjut Jinan.
Mata Jihoon terasa panas ingin menuangkan semua air matanya, namun dengan sekuat tenaga ia tahan. Jihoon tidak mau lagi Jinan melihatnya menangis.
"kita bakalan ketemu lagi kan,"Jihoon.
"ya pasti dong, kalo lo lagi senggang lo dateng ke amerika ketemu gue,"Jinan.
"gue kesana pake duit siapa, orang penghasilan gue aja cuma dari kerja part time,"Jihoon.
"loh abang lo ini otw jadi sultan loh,"ucap Jinan sambil menyombongkan diri.
Jihoon pun tertawa dengan tingkah Jinan.
"elah masih otw kan belum sultan, eh tapi gue doain deh lo jadi sultan,"Jihoon.
"iyalah, tapi gini - gini juga duit gue udah banyak,"Jinan.
Jihoon hanya tersenyum remeh pada Jinan.
Jinan pun mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Sebuah kotak berwarna merah dengan pita hitam.
"hadiah buat lo, bentar lagi lo ulang tahun. Lo buka hadiahnya pas ulang tahun,"ucap Jinan sambil memberikan kotak tersebut.
"lo kasih gue hadiah,"tanya Jihoon.
"iyalah masa adek gue ulang tahun nggak gue kasih apa - apa,"Jinan.
"thanks ya,"Jihoon.
"yaudah gue harus berangkat sekarang entar keburu ketinggalan pesawat,"Jinan.
"kalo udah sampe kabarin gue ya,"Jihoon.
"sip,"
Kemudian Jinan pun pergi. Saat sudah di dalam pesawat, Jinan memikirkan Jihoon. Disini yang egois bukan Jihoon namun papanya. Meskipun Jinan juga sempat kesal dengan kejadian lama itu, ia pun sadar jika itu sudah menjadi garis takdir mamanya telah tiada. Jinan sedikit tidak terima Jihoon tidak bisa menggapai cita - cita karena halangan dari papanya.
Jadi beberapa waktu lalu saat Jihoon menceritakan semuanya, ia pun membicarakan hal itu pada papanya. Jinan mengatakan pada papanya saat Jihoon fokus pada Yuri.
*flashback on
"pa aku mau bicara sebentar,"ucap Jinan saat menemui papanya di ruang tengah.

KAMU SEDANG MEMBACA
LONG LOVE WITH PARK JIHOON
Teen Fiction"aku nggak mau putus sama kamu ji, apapun alasannya. Aku sayang sama kamu,"ucap Yuri