Sejak hari dimana Jaemin pergi ke rumah Mark, sejak saat itu ia mulai mendekati Jeno.
Walaupun sering ditolak, Jaemin terus saja mengikuti atau mengajaknya melakukan sesuatu.
Namanya juga Jaemin. Ia tak akan menyerah sampai Jeno luluh padanya.
Contohnya seperti sekarang.
"Jeno, ayo makan siang bareng."
"Ga."
"Kenapa?"
"Gue risih sama lo."
"Risih kenapa sih? Orang gue cuma ngajakin lo makan doang."
"Gue risih lo ikutin terus."
"Oh. Kalo gitu lo ga risih gue ajak makan atau jalan kan?"
Jeno berhenti mendadak. Membuat si manis turut berhenti di sampingnya.
"Gue risih sama semua yang lo lakuin ke gue. Jadi mulai sekarang, jauh-jauh lo dari gue."
Sakit.
Itu yang Jaemin rasakan ketika kalimat panjang itu keluar dari belah bibir orang terkasihnya.
"Gue ngerti kok. Pasti lo lagi capek kan hari ini karena tugas sebagai presiden club? Gue ga akan ganggu lo hari ini. Bye My Cold President Club!" Jaemin melangkah pergi dari sana.
Meninggalkan Jeno yang menatapnya datar.
.
Haechan menatap penuh minat pada Jaemin yang baru datang dengan motor kesayanganya. Bersama Renjun di belakang nya.
"Wah! Gue kira lo cuma main-main ngajakin kesini!" Seru Haechan.
Jaemin tersenyum tipis. Kemudian mendekat ke Haechan diikuti Renjun.
"Sebenernya gue yang ajak Jaemin kesini. Awalnya dia ga mau. Tapi ya gue paksa." Jawab Renjun yang kini sudah berdiri anteng di samping Haechan.
"Untung ayah sama bunda ga dirumah." Gumam Jaemin yang masih bisa di dengar dua orang disampingnya.
"Lo mau turun?" Tanya Haechan ketika melihat motor yang Jaemin gunakan adalah motor balapan.
"Hm. Gue suntuk di rumah. Btw, kalian ada masuk club ga? Club dance atau paduan suara gitu?" Tanya Jaemin.
"Rencana gue mau masuk di club renang sih. Tapi gue ga yakin. Gue lebih ke band." Jawab Haechan.
"Kalo gue sama kayak Haechan. Di band. Posisi vokalis." Lanjut Renjun.
"Kalo gue masuk di basket gimana? Di dance gue juga pengen sih. Atau dewan siswa?" Jaemin berucap dengan ragu. Menimang apa yang menurutnya cocok.
"Kalo saran gue sih, mending lo ambil di dance sama basket. Lo pinter ngedance, basket juga boleh tuh skill lo." Saran Renjun.
Jaemin nampak berpikir. Kemudian menggeleng kecil.
"Pikir nanti aja deh. Masih belum tahu mau masuk yang mana. Gue turun dulu." Jaemin beranjak dari tempatnya. Menuju motor nya dan melajukanya ke tengah jalan.
.
Bendera telah dijatuhkan. Dan dua orang yang berstatus sebagai penguasa jalanan tengah beradu posisi pertama.Jaemin beradu gas dengan seorang lelaki yang entah siapa itu. Terlalu diam untuk mengungkap siapa identitasnya.
Yang jelas, Jaemin merasa ragu dengan pemikiranya.
"Pasti bukan dia kan?"
Jaemin masih setia memacu kendaraanya agar semakin cepat. Garis finish beberapa meter lagi. Dan itu membuat semangat Jaemin seolah dibakar.
Hanya saja, kesialan menghampiri Jaemin malam ini. Motornya oleng dan membuat dirinya terpental jatuh ke tanah setelah motornya menabrak trotoar.
Dan orang yang menjadi lawanya itu berhenti kemudian berbalik. Berniat membantunya.
"Lo gapapa?" Tanyanya.
Jaemin tak menjawab. Kepalanya sakit bukan main.
"G-gue Jeno. Gue bawa ke rumah sakit ya?" Ucap lelaki itu yang mengenalkan dirinya sebagai Jeno.
Sedangkan Jaemin sudah tak mampu melakukan apapun. Kesadaranya perlahan menghilang.
Namun ia masih dengar saat Jeno mengatakan jika dirinya khawatir padanya.
"Gue rela jatoh lagi, Jen. Kalo ibu ngebuat lo khawatir dan peduli ke gue."
.
.
Hei demi apa gue up pagi2🙄
Baru juga melek huwaaa
Gapapa deh ehe
Gatel sih😁Punya kalian berapa part?🙄
Tinggalkan jejak juseyo⭐
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold President || NoMin
Fiksi Penggemar[ON GOING] "Gue ga akan nyerah ngejar tuh presiden kaku." - Na Jaemin . "Risih gue lo ikutin terus!" - Lee Jeno . "Jeno, apa gue emang ga pantes buat lo?" - Na Jaemin . "Pergi dari hadapan gue, Na Jaemin!" - Lee Jeno . bxb content NoMin MarkHyuk