Jeno berjalan dengan langkah gugup menuju ke ruang rawat Jaemin.
Ditangannya ada sebuah kandang putih bersih yang berisi dua ekor kelinci putih yang sangat lucu. Entah apa yang membuatnya begitu bersemangat membelikan hewan bertelinga tinggi itu untuk Jaemin.
Sampai di depan pintu kamar bernomor 1308, Jeno berhenti sebentar. Ia mengintip dari jendela yang tirainya terbuka sedikit. Dilihatnya Jaemin yang sedang duduk bersandar dengan ponsel di tangannya. Dan anak itu sedang sendirian.
Setelah memastikan tidak ada orang lagi, Jeno segera meraih knop pintu dan membukanya perlahan. Ia masuk, disambut tatapan terkejut dari Jaemin.
"Jeno?"
"Hai, Jaemin." Jeno mendadak kikuk. Namun ia tetap melangkah mendekat sambil tersenyum kikuk.
Jaemin dalam hati bersorak, karena Jeno pada akhirnya datang menemuinya. Ini adalah saat yang selalu ia tunggu.
Pandangannya beralih pada benda yang dibawa Jeno.
"Kelinci!!"
Jeno terlonjak kaget dan panik kala Jaemin tiba-tiba turun dari ranjang dan berlari kearahnya. Menyambar kandang besi dengan dua kelinci lucu di dalamnya.
Jaemin begitu antusias dibuatnya.
"Ihh lucccccccccuuuuuuuukkk!!!"
Oh, selamatkan Jeno sekarang juga. Jaemin dan kelinci adalah perpaduan berbahaya untuk jantung Jeno yang mendadak berdetak kencang.
Lihatlah betapa gemasnya anak laki-laki itu saat ini. Duduk diatas bangsal dengan kandang kelinci di hadapannya.
Jeno tersenyum lega. Ia puas jika Jaemin menyukai kelinci itu darinya.
"Suka?" Tanya Jeno setelah duduk di kursi.
"Suka! Lucu banget sih!"
"Iya lucu. Tapi yang megang lebih lucu. Gemesin lagi."
Blush...
Pipi Jaemin merona seketika. Apa Jeno baru saja mengakui jika Jaemin lucu?
"Pipi lo merah tuh. Padahal disini ga panas loh."
"Apaan sih!"
Jeno terkekeh, lalu mengusak gemas rambut Jaemin.
"Kelinci nya sebagai tanda minta maaf atas semua kesalahan gue ke lo. Lo mau maafin gue kan?" Jeno melihat kearah mata Jaemin. Manik indahnya menghipnotis pikirannya.
Jeno jadi merasa bersalah lagi. Bagaimana bisa dia dulu menyakiti anak itu hingga seperti ini.
Jaemin tersenyum lembut. Tangannya meraih tangan besar Jeno di kepalanya dan menggenggamnya.
"Itu udah masa lalu. Lupain aja. Sekarang, gue cuma mau fokus ke masa depan, mulai hidup baru, jalanin kayak biasanya. Ya intinya begitu. Tentang perasaan gue ke lo, sampai sekarang pun masih ada dan ga pernah bisa gue ilangin gitu aja. Lo tau Jen? Awal gue suka sama lo itu sebenernya udah lama, dari umur gue 10 tahun. Kita ketemu diacara kantor papa lo. Gue kenal sama lo, tapi lo ga tau gue. Setelah itu, gue ga ketemu lo lagi." Jaemin mengakhiri ceritanya dengan menahan tawanya. Ia ingin tertawa saja jika mengingat hal itu.
"Lo Nana kan? Yang dikenalin papa ke gue. Papa nyuruh gue buat datengin lo, tapi gue ga mau karena gue suka menyendiri. Dari awal sebenernya gue tau kalo lo itu Nana. Tapi gue ga bisa mastiin perasaan gue ke lo. Dan waktu lo coba ngejar gue, Yangyang dateng. Gue kasian pada awalnya ke dia. Tapi ternyata..." Jeno tak melanjutkan ceritanya.
Jaemin bisa menebak apa yang dimaksud Jeno.
"Na, jika gue dikasih kesempatan buat tinggal di hati lo, kira-kira berapa persen kemungkinannya dari lo?" Tanya Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold President || NoMin
Hayran Kurgu[ON GOING] "Gue ga akan nyerah ngejar tuh presiden kaku." - Na Jaemin . "Risih gue lo ikutin terus!" - Lee Jeno . "Jeno, apa gue emang ga pantes buat lo?" - Na Jaemin . "Pergi dari hadapan gue, Na Jaemin!" - Lee Jeno . bxb content NoMin MarkHyuk