Suasana mendadak canggung setelah kehadiran seseorang yang kini duduk diantara Yuta dan Jaehyun. Sementara yang lain menunggu kiranya apa yang akan mereka katakan.
Mereka juga penasaran, kecuali Winwin dan Jaemin serta Shotaro yang sudah tahu apa yang terjadi.
"Ekhem." Yuta berdehem sebentar. Memecah keheningan yang ada. Ia melirik sebentar kearah seluruh orang yang ada.
"Malam ini, aku juga mengundang Taeyong kesini karena aku mengundang Jaehyun. Jae, aku akan memberimu waktu bersama Taeyong-"
"Yut!" Taeyong memotong kalimat Yuta.
Yuta mendesah lelah. Lalu menggenggam tangan dingin lelaki cantik itu.
"Tae, tout ira bien. Croyez-moi."
(Semua akan baik-baik saja. Percaya padaku.)
Taeyong mendadak kalut. Lalu satu persatu orang yang ada disana meninggalkan ruangan itu. Kini tinggal dirinya bersama mantan kekasihnya. Jaehyun.
Atmosfer yang ada disana tak bisa dijelaskan Taeyong. Ia ingin memulai pembicaraan, namun tak tahu harus berkata apa. Ia pandang wajah Jaehyun yang terlihat sama gugupnya.
Perlahan, ia menarik nafas dan menghembuskannya dengan pasti.
"Bagaimana kabarmu, Jae?" Pertanyaan Taeyong menyentak Jaehyun.
Pria berkepala empat itu lantas menegakkan badanya, lalu berdehem singkat sebelum menjawab pertanyaan itu.
"Tidak cukup baik. Kamu sendiri?"
"Sama."
Hening kembali. Keduanya sibuk mencari topik untuk diobrolkan. Bagaimana memulai percakapan akrab layaknya dulu.
Jaehyun mendesah kasar. Lalu membalik tubuhnya hingga menghadap Taeyong. Dan dalam sekejap, ia sudah memeluk lelaki itu dengan erat.
Taeyong yang terkejut tak mampu melakukan apa-apa. Pelukan Jaehyun pun belum mampu ia balas.
"Aku rindu, Tae. Kenapa kamu pergi tanpa kabar? Apa salah aku?" Ucap Jaehyun di sela tangisnya. Iya, Jaehyun menangis dalam pelukan mantan kekasihnya.
Taeyong kembali ke dunianya. Kemudian membalas pelukan itu tak kalah erat.
"Maafkan aku, maafkan aku. Aku tidak akan pergi lagi."
Keduanya menangis, menyatukan kerinduan masing-masing.
Mark, Jeno dan Sungchan dipersilahkan masuk oleh Yuta.
"Pa..."
Jaehyun mendongak tanpa melepas pelukannya pada Taeyong. Lalu memberi isyarat kepada anak-anaknya untuk mendekat dan saling memeluk.
Mereka lantas berbagi rindu dengan mengeratkan pelukan masing-masing. Menyalurkan rasa sayang, cinta, rindu, satu sama lain.
Ketiga Jung junior menangis keras, ketika akhirnya mereka mendapat pelukan hangat dari sang ibu yang telah lama mereka nanti.
Taeyong tersenyum dibalik tangisnya, akhirnya ia bisa memeluk ketiga anaknya yang kini sudah beranjak dewasa.
Ia menyesal, menyesal karena meninggalkan mereka.
Melewatkan momen berharga mereka ketika kecil. Ketika mereka bisa merangkak, menangis, berjalan, berlari, makan sendiri, atau saat mereka bisa memanggil papa saat pertama kalinya. Semua itu ia lewatkan, dan ia menyesal, ingin mengulang waktu kembali yang mustahil ia lakukan.
"Mama..."
Itu panggilan yang sangat ingin ia dengar. Panggilan yang dengan tulusnya keluar dari mulut mereka. Men-cap nya sebagai ibu dari ketiga jagoan hebat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold President || NoMin
Fanfic[ON GOING] "Gue ga akan nyerah ngejar tuh presiden kaku." - Na Jaemin . "Risih gue lo ikutin terus!" - Lee Jeno . "Jeno, apa gue emang ga pantes buat lo?" - Na Jaemin . "Pergi dari hadapan gue, Na Jaemin!" - Lee Jeno . bxb content NoMin MarkHyuk