Epilog

1K 48 1
                                    

Mino hari ini akan melaksanakan wisuda, ditemani orang tuanya, Ia dengan balutan kemeja putih serta jas hitamnya yang begitu rapi. Berbeda dengan Mino diluar sekolah.

Jaemin datang bersama Jeno disampingnya, mengenakan pakaian yang senada dengan anaknya.

"Anak bunda udah ganteng aja." Ucap Jaemin.

"Iya pastinya. Anak bunda gitu loh." Mino tertawa bersama Jaemin.

Sementara Jeno hanya memperhatikan interaksi keduanya.

"Mino, setelah ini apa yang mau kamu lakuin?" Tanya Jeno.

Mino mendadak diam, namun sedetik kemudian tersenyum lebar.

"Mino mau wujudin impian Mino dulu. Mino pengen punya pameran sendiri, terus jadi dosen kesenian." Jawab Mino dengan sungguh-sungguh.

Jaemin memeluk anaknya itu dengan erat. Sambil tangannya mengelus punggung tegap anaknya.

"Bunda bakal bangga sama apa yang kamu lakuin nantinya. Yang penting tetap rendah hati, jangan sombong, peduli sama orang sekitarnya. Dan satu lagi, jangan lupain bunda."

"Gak bakal Mino lupain bunda. Durhaka itu namanya."

"Udah-udah, nanti dilanjut lagi. Ayo berangkat nanti telat."

.

Suasana di universitas sudah ramai, baik dari mahasiswa/i dan para orang tua sudah banyak yang datang.

Salah satunya Mino dan orang tuanya.

Mereka sudah tiba beberapa menit yang lalu, dan kini sudah berjalan masuk menuju aula.

"Bunda sama ayah duduk disini. Jangan grogi ya. Senyum dong!" Jaemin membenarkan pakaian Mino.

"Iya, bun. Makasih bun, yah, karena kalian Mino bisa berdiri sampai sekarang. Mino beruntung punya kalian berdua yang selalu sayang sama Mino. Kalian orang tua terbaik yang Mino punya." Mata Mino berkaca-kaca saat mengatakannya. Terlihat bagaimana tulusnya remaja itu kepada orang tuanya.

Jaemin sudah menangis haru, Ia tak menyangka, anak angkatnya itu bisa tumbuh sebesar ini dalam asuhannya. Mino sudah Ia anggap sebagai darah dagingnya sendiri. Dan Ia bersyukur karena Tuhan menghadirkan Mino diantara dirinya dan suaminya.

"Kita lebih sayang ke kamu. Terima kasih udah hadir dalam rumah kami. Yang awalnya mustahil, sekarang benar-benar nampak di depan kami. Dan itu kamu. Malaikat kecil yang Tuhan kirim untuk kami. Sehat selalu, bahagia selalu, sukses selalu. Kami tetap dan akan selalu ada untuk kamu, sayang." Jaemin memeluk anaknya, tangisnya pecah begitu saja.

Jeno tersenyum haru, namun air mata juga turut mengalir saat adegan di depan matanya begitu indah.

"Ayah juga sayang kamu, Mino. Terima kasih sudah hadir untuk kami." Jeno ikut menghamburkan pelukannya untuk kedua orang tersayangnya.

Mereka berpelukan di hadapan banyak orang. Toh mereka juga tidak peduli.

Disaat mereka berpelukan seseorang tiba-tiba menepuk pundak Jeno.

"Papa?" Jeno melepas pelukan lebih dulu.

"Papa sama siapa kesini?" Tanya Jaemin.

"Sama mama kalian, siapa lagi memangnya?" Jaehyun mendekati Mino, lalu memeluknya.

"Udah besar aja cucu grandpa. Perasaan baru kemarin deh grandpa gendong di punggung sambil lari-lari."

"Kan bunda kasih makan Mino tiap hari. Jelas udah besar lah, grandpa." Rengek Mino.

Semua tertawa, termasuk Taeyong yang baru datang bersama Winwin.

"Tapi sayangnya cuma satu." Ucap Taeyong.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Cold President || NoMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang