18. Sisi Lain Yuta

1.4K 99 5
                                    

Pintu ruang IGD masih setia tertutup sejak satu jam yang lalu. Belum ada tanda-tanda jika kegiatan yang dilakukan didalam sana sudah selesai.

Sementara di luar ruangan, ada Yuta dan Winwin yang tengah menunggu dengan cemas. Bahkan Winwin juga beberapa kali kehilangan kesadaran.

Semua bermula dari rumah keluarga Na. Dimana ketika Jaemin pulang lalu mengamuk, Winwin segera menyusul ke kamar anaknya. Namun sayang, pintu terkunci dari dalam.

Winwin mendengar anaknya menangis, menjerit, dan melempari barang-barang. Hingga terakhir, yang ia dengar adalah suara kaca yang pecah.

Sebagai seorang ibu, tentu ia panik, gelisah, khawatir akan apa yang terjadi pada anaknya.

Ia segera menelepon Yuta, memintanya untuk segera pulang. Kemudian tak lama, Shotaro datang bersama Dejun. Mereka bertiga berusaha membuka pintu. Hingga Yuta datang, mereka mendobraknya.

Suasana semakin tegang kala tubuh lemas Jaemin tergeletak bersimbah darah di lantai dingin kamar mandi. Pecahan kaca dimana-mana dan kamar yang kacau parah. Dan yang membuat mereka terkejut adalah darah yang keluar berasal dari pergelangan tangan kiri Jaemin. Sedang tangan kananya menggenggam sebilah kaca yang mereka yakini digunakan Jaemin untuk menyayat tanganya.

Winwin menjerit histeris, lalu ambruk dalam dekapan Shotaro.

Yuta dan Dejun segera membawa Jaemin ke rumah sakit, diikuti Shotaro dan Winwin.

Kini hanya ada Yuta dan Winwin yang menunggu di depan IGD. Kedua anak mereka pergi ke kantin untuk mencari sesuatu sebagai pengganjal perut mereka.

Winwin masih menangis, namun lebih tenang dari sebelumnya.

Yuta masih setia mengelus lembut punggung bergetar istrinya. Memberi afeksi ketenangan dari rasa khawatir dan panik yang menderanya.

Dipikiranya sekarang, banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang berkelebat. Tentang sekiranya apa yang menjadi penyebab anaknya menjadi seperti ini.

.

Jeno berdiri di balkon kamarnya malam ini dengan segelas alkohol yang ia ambil dari lemari pendingin milik ayahnya.

Pikiranya kacau, ia ingin tenang barang sesaat. Kilasan balik peristiwa tadi siang berputar apik bak film di kepalanya.

Hembusan nafas kasar kembali keluar dari bilah bibirnya. Ditenggaknya kembali minuman memabukkan itu dalam sekali teguk.

"AARGHH!!"

Pyar!

"Hiks..."

Itulah Jeno.

Tampangnya saja yang dingin dan cuek. Demi dewa fortuna, ia hanyalah manusia biasa.

Ceklek!

Pintu kamarnya terbuka, menampilkan sosok yang sekarang berstatus sebagai 'mama' dalam kehidupan barunya. Lee Taeyong, atau... Jung Taeyong?

"Jeno... Kenapa?" Taeyong bertanya dengan pelan sambil melangkah mendekat pada putra keduanya.

Jeno menoleh, lalu tersenyum tipis setelah menghapus jejak air mata di pipinya.

"Ini kali kedua Jeno patah hati, ma. Tapi kenapa masih aja sakit? Harusnya Jeno udah ga sesakit ini kalo patah hati." Jeno tiba-tiba berucap.

Taeyong mengelus pelan bahu lebar anaknya. Lalu menghembuskan nafas pelan.

"Kamu terlalu sayang, kamu terlalu cinta, itu sebabnya rasa sakit hatinya tetap sama. Kamu terlalu berlebihan waktu kasih perhatian, cinta, waktu ke Yangyang. Dan secara ga sadar, kamu juga ngelakuin hal yang sama waktu kamu sama mantan kamu sebelumnya." Taeyong tersenyum lembut.

My Cold President || NoMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang