Jika dihitung-hitung, ini sudah memasuki minggu kedua Jaemin pulang ke Korea. Selama itu pula, Jeno tak henti-hentinya menempeli si manis itu kemana pun.
Bahkan Jaemin berani bertaruh jika ia mati maka Jeno akan ikut mati juga. canda✌️
Hubungan mereka terbilang sangat damai dan sangat romantis. Haechan dan Renjun saja sampai iri melihatnya. Jika dibandingkan dengan kekasih mereka, sungguh tidak ada apa-apa nya. Guanlin yang terkesan cuek, dan Mark yang terkesan monoton.
Hari ini Jaemin akan pergi kuliah seperti biasanya. Si lelaki tegap pun sudah menantinya di ruang makan bersama ayahnya dan juga Dejun. Sedangkan si tuan putri masih sibuk berkutat entah apa di kamarnya.
Yuta dan Jeno asik dengan dunia mereka sendiri, mengobrol panjang lebar membahas sesuatu yang random. Sedangkan Dejun hanya menyimak sambil memainkan ponselnya. Biasa, Hendery.
"Ayah, anak-anak belum turun?" Winwin datang membawa sarapan untuk mereka.
"Belum. Lagi luluran kali." Jawab Yuta tanpa menoleh kearah istrinya.
Winwin menatap datar suaminya itu. Jeno yang tahu situasi segera memecah suasana.
"Eh, bun biar Jeno aja yang panggil Nana sama Taro."
"Biar Dejun aja. Dejun panggil adik-adik mu."
Dejun mengangguk sambil menunduk masih sibuk berpesan ria dengan kekasihnya. Lalu berjalan menuju lantai atas tempat dimana kamar kedua adiknya berada.
Tinggal Yuta, Winwin dan Jeno.
"Jeno, sebenarnya ada yang pengen bunda omongin sama kamu. Tapi kayaknya waktunya kurang pas kalau diomongin sekarang, apa lagi ini masih di rumah, ada Dejun, Nana, sama Taro." Winwin menatap Jeno dengan pandangan sulit diartikan.
Sementara Jeno sendiri entah mengapa ada sesuatu yang disembunyikan Winwin dan Yuta selama ini.
"Lain waktu aja kalo gitu, bun. Kalo emang ga bisa bilang waktu ada mereka, kita bisa ketemu berdua. Atau bertiga sama ayah." Jeno melirik pada Yuta yang masih diam di tempatnya.
Pria paruh baya itu sama sekali tak menbuka suara ketika Winwin mulai berbicara.
"Nanti bunda atur waktunya aja ya." Jeno mengangguk.
Tak lama setelahnya, Dejun turun dengan menyeret tangan kedua adiknya. Yang menimbulkan pekikan dari mereka.
"Aduh kak sakit ini jangan diseret!"
"Iya nih Kak Dejun aaaaa bundaaaaa!!"
Sampai di meja makan, Dejun melepas kedua tangan adiknya. Lalu menatap datar kearah mereka.
"Yang lain udah nungguin malah enak-enakan nonton drama." Dengus Dejun.
Sedangkan si pelaku mengalihkan muka dengan tangan terlipat di depan dada.
Persis seperti anak kembar. Eh, tapi memang kembar kan?
"Bener yang dibilang kakak kamu?" Yuta bersuara pertama.
Keduanya mengangguk lalu menunduk. Yuta memang yang paling di segani di rumah. Dan mereka tidak berani melawan.
"Duduk. Sarapan."
Mereka mulai duduk dengan tenang dan mulai memakan sarapan mereka.
Jeno terkekeh sesekali ketika melihat wajah tertekuk kekasihnya.
.
Hari ini Jaemin pulang lebih awal dari kampusnya karena dosen berhalangan hadir.
Membayangkan kasur empuknya, membuatnya segera memacu mobil nya dengan cepat. Tiba di rumah, ia segera masuk dan berjalan riang menuju kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold President || NoMin
Fanfic[ON GOING] "Gue ga akan nyerah ngejar tuh presiden kaku." - Na Jaemin . "Risih gue lo ikutin terus!" - Lee Jeno . "Jeno, apa gue emang ga pantes buat lo?" - Na Jaemin . "Pergi dari hadapan gue, Na Jaemin!" - Lee Jeno . bxb content NoMin MarkHyuk