Acara pernikahan telah selesai digelar dengan lancar tanpa halangan apapun.
Para tamu yang hadir pun sudah mulai undur diri meninggalkan aula hotel yang mulai sepi.
Jaemin, Jeno, dan kedua orang tua mereka masih menetap disana sambil berbincang ringan sebelum naik ke lantai atas untuk istirahat.
Jaemin duduk diatas pangkuan Jeno. Tampaknya lelaki manis itu lelah.
"Jen, kamu bawa Nana ke kamar aja sekalian tidur." Ucap Taeyong yang melihat Jaemin sudah menguap beberapa kali.
"Masih mau disini~" Jaemin menjawab dengan mengalungkan kedua lengannya di pinggang Jeno.
"Tae, sebelumnya aku minta maaf sama kamu." Ucap Winwin tiba-tiba yang menarik atensi semua orang disana.
"Loh, minta maaf buat apa?" Taeyong bertanya heran.
"Sebenernya aku mau bahas ini sama kamu udah lama, sebelum acara ini. Tapi aku ga sempet bilang ke kamu."
"Mau bilang apa? Bilang aja gapapa."
"Kamu tahu kan kalo Nana itu ga lahir dari-"
"Aku tahu, Win. Aku paham apa yang mau kamu omongin. Aku ga masalah soal itu karena emang ga semua laki-laki punya keistimewaan yang kamu maksud. Aku bisa maklum, kita juga ga nuntut Jaemin buat kasih kita keturunan langsung dari dia. Mereka bisa adopsi, atau pake cara kamu dulu juga bisa kan?" Taeyong tersenyum lembut ke arah Winwin mengusap lembut punggung tangan yang tak kunjung keriput itu maskipun usia nya sudah memasuki kepala 4.
Winwin balas tersenyum.
"Makasih banyak ya Tae, udah mau ngertiin anak aku."
"Sekarang, anak kamu anak aku juga."
Keduanya saling berpelukan.
Yuta dan Jaehyun melempar senyum tipis. Sedangkan pengantin baru menyimak sambil menahan air mata mereka.
"Ma, makasih ya udah mau ngertiin Nana. Dan makasih juga udah ngelahirin malaikat kayak Jeno buat Nana." Jaemin sudah berpindah menjadi di dekat Taeyong, memeluk mama mertua nya itu dengan erat.
Winwin melempar senyum pada Jeno. Seolah mengatakan untuk menjaga buah hatinya dengan penuh cinta.
.
Jaemin sedang bermalas-malasan di atas ranjangnya ketika pintu kamar terbuka menampilkan dua sahabat nya yang sangat sangat tidak ingin ia lihat untuk saat ini.
Berpura-pura sibuk dengan ponselnya, mengabaikan atensi Renjun dan Haechan yang kini sudah berdiri di samping ranjangnya.
"Hey, Chan! Liat si pengantin baru ini. Tadi Jeno bilang kalo ISTRINYA LAGI ISTIRAHAT KARENA CAPEK. Sekarang waktunya kita introgasi." Ucap Renjun heboh sambil merebut paksa ponsel mahal Jaemin.
Si pemilik ponsel itu mendengus kasar. Acara santainya diganggu dua buntelan daging merah tak berotak. Ah entahlah Jaemin bingung harus menamai mereka apa.
Haechan tertawa ngakak atas ucapan Renjun.
"Jadi, siapa yang menang, Nyonya Jung Jaemin?" Haechan berusaha serius, namun tetap saja ia masih ingin tertawa.
Jaemin memandang kedua sahabatnya dengan tatapan datar. Lalu merebut paksa ponselnya yang diayunkan Haechan dengan main-main.
Mengutak-atik sebentar, kemudian menunjukkan layarnya pada Haechan dan Renjun.
"Puas kalian?!" Serunya.
Keduanya tersenyum puas. Lalu mengacungkan dua jempol mereka bersamaan.
"Hadiah dari kita harus dipake tiap malem. Nah intinya, kita menang kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold President || NoMin
Fanfic[ON GOING] "Gue ga akan nyerah ngejar tuh presiden kaku." - Na Jaemin . "Risih gue lo ikutin terus!" - Lee Jeno . "Jeno, apa gue emang ga pantes buat lo?" - Na Jaemin . "Pergi dari hadapan gue, Na Jaemin!" - Lee Jeno . bxb content NoMin MarkHyuk