Di pagi yang cerah ini Jaemin tidak berniat pergi ke kampus. Ia masih saja nyaman dengan selimut kelinci tebalnya itu. Sinar matahari yang menerobos masuk lewat jendela pun tak ia hiraukan.
Matanya seakan ada lem kuat yang membuatnya tak bisa melek barang sedetik. Alarm bahkan sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu.
Ketukan pintu terdengar. Tapi lelaki bernama Na Jaemin itu enggan membuka mata atau sekedar berteriak.
Pintu terbuka, menampilkan sang bunda yang menggeleng melihat tingkah anaknya itu.
Di goyangnya badan si anak agar bangun. Yang sayangnya tidak digubris sama sekali.
"Nana, ayo bangun! Udah pagi ini. Kamu kuliah loh, Na."
"Lima menit lagi, bun."
Winwin berkacak pinggang sambil menghembuskan nafas dengan kasar. Tak lama, Shotaro masuk dengan pakaian lengkap dan sudah rapi serta wangi.
"Woi Na! Lo kuliah apa kagak? Hari ini dosen lo pak Eunwoo. Yakin lo kagak masuk?" Shotaro mengomel sendiri sambil menarik selimut kembaranya.
Sedangkan yang masih tidur merasa terganggu hingga akhirnya bangun terduduk dengan muka bantalnya. Rupanya Jaemin ngantuk berat, dilihat dari matanya yang sama sekali tidak mau terbuka.
"Na Jaemin!"
Jaemin membuka matanya, lalu memicing pada Shotaro di sampingnya yang memasang wajah kesal. Lalu dilihatnya Winwin yang juga ada disana.
"Jaemin, buruan mandi gih! Ayah kamu udah siap loh. Taro sama Kak Dejun juga udah siap. Tinggal kamu doang yang belum." Winwin berucap sambil mengambil pakaian Jaemin dari walk in closet anaknya. Menaruhnya di tepi ranjang kemudian berjalan keluar dengan tak lupa mengingatkan Jaemin kembali.
"Buruan mandi, marmut! Gue nebeng lo ya? Gue males nyetir."
Dan Jaemin dengan pasrah mengangguk.
.
Jaemin sudah berpakaian, sudah rapi sudah wangi. Kini ia berjalan menuju meja makan dimana semua anggota keluarganya sudah berkumpul.
"Morning..."
"Morning!"
Jaemin duduk disamping Shotaro. Winwin segera mengambilkan nasi goreng buatannya dan menaruhnya di piring sang anak.
"Makasih, bun."
Winwin tersenyum.
"Kita berdoa dulu." Ucap Yuta sebagai kepala keluarga.
Semua mengikuti arahan Yuta. Mereka menundukan kepala kemudian berdoa. Setelah selesai, mereka mulai memakan sarapan mereka.
Keadaan begitu hening, hanya terdengar suara sendok yang beradu dengan piring. Ini sudah kebiasaan di keluarga Na.
Selesai dengan sarapan, mereka lantas mengobrol dulu barang sebentar.
"Yah, nanti bunda mau ke mall, beli oven baru. Oven lama rusak, kalo diservice percuma. Bunda minta transfer ya?" Winwin berucap lebih dulu.
Yuta memandang Winwin dengan tanpa ekspresi. Menimbulkan kekesalan bagi sang istri yang mulai merajuk.
"Ih ayah! Pesenan kue bunda banyak loh minggu ini! Sayang kalo dibatalin."
Yuta menahan gemas pada istrinya itu. Dengan refleks ia mencubit pipi gembil istri tercintanya itu.
"Gemes banget sih. Istri siapa coba?" Goda Yuta dengan tangan masih bertengger di pipi chubby itu.
Winwin memekik kesal. Lalu menghempas tangan kekar suaminya.
Sementara kedua orang tua itu sibuk sendiri, tiga anak yang ada disana menjadi penonton drama gratisan.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold President || NoMin
Fanfiction[ON GOING] "Gue ga akan nyerah ngejar tuh presiden kaku." - Na Jaemin . "Risih gue lo ikutin terus!" - Lee Jeno . "Jeno, apa gue emang ga pantes buat lo?" - Na Jaemin . "Pergi dari hadapan gue, Na Jaemin!" - Lee Jeno . bxb content NoMin MarkHyuk