Five

747 23 0
                                    

"Luke!" panggil seseorang pada pria yang sedang berjalan.

Pria itu menengok dan dilihatnyalah seseorang itu berlari menghampirinya. "Ada apa?" tanya Luke padanya.

"Kau... akan membuka kasus perdagangan manusia itu lagi?"

Luke mengangguk. "Kau tahu sendiri, kasus ini amat meresahkan masyarakat. Aku ingin kita bisa menyelesaikan semua ini dan sekaligus menyelamatkan anak-anak itu."

"Bukankah kita hampir selalu gagal dalam menyelesaikan kasus itu? Kau lupa bahwa kita ditipu hampir berkali-kali oleh komplotan sialan itu. Entah bagaimana caranya, mereka seperti tahu kita akan datang."

"Aku rela mencari ke seluruh sudut Amerika demi menangkap para bedebah yang sudah menghancurkan anak-anak tak berdosa itu," geram Luke. "Aku bersumpah mereka akan mendapat siksaan terberat yang membuat mereka mengemis untuk mati."

Orang itu terkekeh pelan. "Kau ini memang cocok disebut pahlawan negara, Luke."

"Ah, aku tidak sehebat itu, Mena. Aku hanya melakukan apa yang harus ku lakukan," balas Luke.

"Kalau begitu, maukah kau kembali bekerja sama denganku lagi, Luke? Kali ini, kita harus bisa menyelesaikan kasus ini," ajak Mena.

Luke mengangguk. "Tentu saja. Lebih banyak rekan pasti akan lebih baik. Ah, aku pikir aku juga akan meminta bantuan pada CIA."

"Eh? Memangnya mereka mau?"

Pria itu menyeringai tipis. "Tentu saja, mereka akan terus berpihak pada kita."

...

Paul menggoyangkan kepala manusia yang ada di hadapannya. "Zo, aku pikir kau telah membuatnya mati."

Zoe memutar matanya kesal. Dia tidak memukul bajingan ini sekeras itu sampai-sampai dia mati. Kalaupun dia mati, yah, mungkin sudah takdirnya.

"Apa yang harus kita lakukan kalau dia mati?" tanya Paul pada rekan-rekannya.

"Sudah ku bilang dia tidak akan mati, Paul! Berhentilah berkata dia sudah mati, Bodoh," keluh Victor.

Paul berdecih pelan. Ayolah, sudah hampir satu jam mereka menunggu seperti orang tolol. Dan belum ada tanda apapun dari pria ini untuk bangun.

"Mungkin saja manusia ini memang membutuhkan waktu yang lama untuk bangun," ujar Luke menenangkan mereka semua.

Zoe harap juga begitu. Sebenarnya, ia juga merasa memukul pria itu terlalu keras tadi. Keparat itu memang kayak mendapatkannya, tapi yang mereka butuhkan adalah info pasti mengenai perdagangan manusia ini. Perlahan, kepala pria itu bergerak.

"Hei, dia sepertinya sudah sadar!" seru Jay. Yang lain memperhatikan dengan seksama, berharap dia benar-benar bangun. Harapan mereka terwujud saat kepala itu terangkat dan mata itu terbuka menatap mereka semua.

Zoe apalagi. Dia mungkin yang paling lega di tempat itu. Artinya dia tidak jadi membunuh seseorang lagi.

"Mena Raven, lahir di Michigan 4 September 1993, sekarang ini berusia 25 tahun. Lulusan jurusan teknik komputer USC dengan predikat cumlaude. Setelah lulus, ditawari untuk bekerja di FBI. Wow, perjalanan karirmu sangat mulus," puji Jay. "Sayangnya otakmu dipakai untuk melakukan tindak kriminal seperti ini," lanjutnya geram.

"Kalian punya bukti atas keterlibatanku?" Mena mengangkat satu alisnya. "Kalau kalian tidak memiliki bukti apapun, dengan dasar apa kalian akan menangkapku?"

Zoe tertawa sadis. "Kami? Tidak memiliki bukti apapun? Menurutmu kami ini gila?"

"Kau...." Pria itu tidak melanjutkan kalimatnya. Ia benar-benar terkejut dengan siapa yang ada di depannya sekarang.

Agent's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang