"Di mana Winter? Biasanya dia sudah datang bahkan sebelum aku bangun," gumam Troyes sambil menatap arloji yang melingkar di tangannya. Pria itu sedikit heran karena Winter belum juga datang padahal dia jarang sekali terlambat. Tidak pernah bahkan.
"Mungkin dia kelelahan? Coba kau hubungi dia," ucap Cantrelle lembut. Direktur Utama AM Group itu juga sudah berpakaian rapi dan bersiap untuk datang ke kantor.
"Nomor yang Anda hubungi tidak menjawab. Silakan meninggalkan pesan."
Berkali-kali Troyes menghubunginya, jawaban itu yang terus muncul. Mendadak pria itu merasakan sesuatu terjadi.
"Good morning," sapa Zoe yang baru saja turun. Di belakangnya, ada juga kembarannya yang masih memakai piyama satin dengan rambut acak-acakan. Yang di belakang tidak perlu repot menyapa. Gadis itu langsung menarik kursi dan duduk di sana. Dapat dipastikan mood-nya sedang sangat buruk.
"Ah, morning, Zozo, Pumpkin," balas sang ayah sambil tersenyum tipis. Zoe sedikit heran dengan tingkah ayahnya yang bolak-balik berusaha menghubungi seseorang.
"Ingin sereal, Twins?" tanya sang ibu pada mereka.
"Boleh. Thanks, Mom," balas Zoe sementara Zae hanya mengangguk datar. Zoe melirik pada sang ayah. "Ada masalah, Dad?" tanya Zoe.
"Eh." Troyes mengusap tengkuknya gugup. "Aku tidak bisa menghubungi Winter. Biasanya dia selalu datang bahkan sebelum aku bangun."
"Dia belum datang?" tanya Zae dengan nada nyaris meninggi. Sang ayah mengangguk mengiakan.
"Shit," umpatnya pelan sebelum gadis itu berlari ke kamarnya. Melihat tingkah aneh sang adik membuat Zoe berlari menyusulnya, begitu juga dengan Troyes dan Cantrelle. Mendadak, kepanikan melanda keluarga itu.
"Winter aku mohon jangan pergi," lirih Zae. Dengan kemampuannya, ia berusaha melacak Winter. Perasaan gadis itu tidak enak apalagi setelah permintaan aneh Winter kemarin.
"Kenapa kau tiba-tiba panik, Zae?" tanya sang ibu dengan tatapan khawatir.
"Kalau Winter tidak datang pagi ini, dia pasti akan memberi tahu Dad. Tapi, kalau dia tidak melakukan itu maka kemungkinan besar...." Zae tak berani melanjutkan kata-katanya.
Zoe tahu persis apa yang dimaksud oleh sang adik. Apalagi dengan kesalahan fatal yang Zae lakukan kemarin, itu bisa saja menjadi penyebab ini semua.
"Kau menemukan sesuatu?" tanya Zoe pelan. Zae menggeleng. Tidak ada tanda-tanda ke mana pria itu pergi. Semuanya terjadi begitu mendadak. Padahal, Winter yang mengantarnya pulang kemarin.
Zoe menghela napasnya berat. Dengan ragu, ia menepuk pundak saudarinya untuk memberi kekuatan. "Dia mungkin sedang pergi ke rumah bibinya atau ke tempat lain dan lupa membawa handphone. Kita jangan khawatir dulu."
"Ya, sekarang sebaiknya kita kembali bekerja dan menunggu kabar lagi dari Winter, ucap Troyes tegas. Mereka semua keluar dari ruangan milik Zae untuk bekerja.
Tapi, perasaan Zoe hari itu mendadak tidak enak.
Karena sampai malam pun, Winter tidak ditemukan.
Semua orang berkumpul di ruang tengah keluarga Ambroise tersebut. Zae dan River masih berusaha melacak Winter dengan segenap kemampuan mereka.
"Oh Tuhan, kemana Winter pergi?" gumam Cantrelle. Wanita itu juga ikutan panik ketika mengetahui Winter tidak ditemukan.
"Hei, ada yang berkedip!" pekik River. Dengan cepat, Zae dan Zoe menatap layar laptop River. Sepertinya ponsel pria itu sudah diaktifkan lagi. "Lokasinya tepat berada di apartemen Winter."
KAMU SEDANG MEMBACA
Agent's Love
General FictionTHE LOVE SERIES #3 17+ Jika ada yang bertanya orang yang mendekati sempurna di dunia ini, maka Zoe Elanor Ambroise adalah jawabannya. Paras cantik, terlahir di keluarga konglomerat, dan otaknya yang cerdas saja sudah bisa membuat Zoe dikatakan berun...