Zoe terbangun setelah beberapa lama pingsan. Ia menatap sekelilingnya dengan tatapan heran. Sedetik kemudian ia baru ingat bahwa ia diculik. Tapi, ini aneh. Zoe sama sekali tidak diikat, atau duduk dengan ancaman. Seseorang malah membaringkannya di sebuah kasur yang empuk.
"Sudah sadar?" Seseorang masuk dan membuat Zoe terkejut. Gadis itu baru akan menghajar pria itu sebelum ia menyadari siapa yang ada di sana.
"Frank?" tanyanya memastikan.
"Aku membawakan makanan untukmu. Kau pasti lapar." Frank meletakkan sepiring makanan di nakas. Pria itu menatap Zoe ramah. "Tenang saja, ini bukan tempat mengerikan seperti yang kau pikir. Ini apartemen milik adikku. Kebetulan beberapa bulan ke depan dia sedang berada di luar negeri."
"Aku tidak tahu kenapa kau menculikku. Tapi, aku sepertinya harus pulang. Semua orang pasti mengkhawatirkanku." Gadis itu berjalan keluar dari kamarnya.
"Sayangnya kau tidak bisa." Frank menahan tangan anak itu. "Setidaknya kita harus berada selama sebulan di sini, Zoe."
"Sebulan?!" ulang Zoe tak percaya. "Kenapa kita harus menghilang selama sebulan? Ayahku, ibuku, Jay, bahkan Zae pasti akan mencari kita."
Frank mengusap mulutnya kasar. "Aku tahu itu. Tapi, kita tidak punya pilihan, Zo."
"Apa maksudmu?!" Nada suara Zoe meninggi. Gadis itu sudah tidak paham jalan pikiran Frank. "Aku tidak mau tahu! Aku akan pergi sekarang juga."
Zoe mencoba keluar dari apartemen itu, sebelum Frank kembali menginterupsinya. "Kalau kau keluar dari tempat ini, kau mungkin akan bernasib seperti Winter."
Langkah kaki gadis itu terhenti. Ia berbalik badan dan menatap mata mata abu-abu itu. "Bernasib seperti Winter?"
Frank menghembuskan napasnya berat. "Duduklah dulu, Zoe. Aku akan menjelaskan semuanya padamu." Zoe menurutinya. Gadis bermata hazel itu mengambil tempat untuk duduk di sebelah Frank.
Pria itu terdiam cukup lama sebelum mulutnya mulai berbicara. "Di hari kau mendapat tawaran sebagai undercover, Greg memintaku untuk menyingkirkanmu."
Mata Zoe melotot saking terkejutnya. "Menyingkirkanku? Dia ingin membunuhku?"
Frank mengangguk lemah. "Dia ingin melakukan persis seperti apa yang ia lakukan pada Winter. Greg adalah pria gila yang menghalalkan semua cara demi mencapai keinginannya, Zoe...."
Zoe mengepalkan tangannya erat. Jadi, Greg adalah seorang iblis bertopeng malaikat? Pria itu akan melakukan apapun untuk menyingkirkan rivalnya. Zoe... Zoe tak tahu lagi apa yang harus ia perbuat. Selama ini ia bekerja dengan iblis?"
Frank yang menyadari kekesalan Zoe, menyentuh lengannya. "Marah-marah sekarang tidak akan membawa dampak apapun, Zo. Lebih baik kita memikirkan langkah ke depannya sekaligus tetap waspada."
"T-tapi bagaimana dengan keluargaku?" Zoe terisak pelan. "Kami baru baik-baik saja dan sekarang kembali rusak."
Pria berambut cokelat itu kembali menghela napasnya. "Karena itu kita harus bisa mengungkap kebusukan Greg dan berharap semuanya akan selesai dari situ."
Zoe mengangguk lemah. Kini dia hanya bisa berharap untuk yang terbaik. Semoga saja rencana Frank ini berhasil dan ia bisa kembali bersama keluarganya.
...
"DASAR SIALAN!" Jay mengumpat di balik mejanya. Sudah beberapa lama gadisnya menghilang dan tidak ada tanda-tanda keberadaannya. Jay benar-benar panik saat tahu Zoe hilang. Semua cara sudah mereka upayakan, namun belum ada hasil yang signifikan.
"Berteriak-teriak seperti itu tidak akan langsung memunculkan Zoe di hadapanmu, Bodoh. Itu hanya membuat telingaku sakit," cibir Paul.
Victor buru-buru menyikutnya agar manusia itu tak lagi berbicara yang aneh. Ya, bagaimana mungkin Jay tidak panik? Jika kekasihnya hilang, dia pasti juga akan kesetanan. "Kalau kau tidak bisa menghiburnya, lebih baik tidak usah bicara, Paul."
KAMU SEDANG MEMBACA
Agent's Love
General FictionTHE LOVE SERIES #3 17+ Jika ada yang bertanya orang yang mendekati sempurna di dunia ini, maka Zoe Elanor Ambroise adalah jawabannya. Paras cantik, terlahir di keluarga konglomerat, dan otaknya yang cerdas saja sudah bisa membuat Zoe dikatakan berun...