Di sinilah Zoe sekarang. Gadis itu duduk berhadapan dengan pewaris tunggal Bourge Corp. Pria itu kini menjabat sebagai CEO Bourge Corp cabang Asia yang berpusat di Jakarta, Indonesia.
"Apa wine itu kurang enak, Zo? Padahal, katanya ini wine terbaik yang mereka miliki," ucap Louis sembari menyesap wine di gelasnya.
"Ah, wine ini memang enak. Mungkin aku saja yang sudah lama tidak minum alkohol," balas Zoe sambil melayangkan senyum manisnya pada Louis.
Louis membalas senyuman itu. "Kau dan adikmu sangat berbeda, ya? Kalian ini kembar, tapi punya sifat yang sangat berbeda sekali. Zae adalah penggila alkohol dan kakaknya kini tidak terbiasa dengan hal itu."
"Kau mungkin tahu, keluarga Ambroise adalah peminum yang tangguh. Sayang, meski aku suka alkohol, tapi pada dasarnya aku tak begitu sering meminumnya."
"Apakah karena pekerjaanmu?" Pertanyaan Louis membuat Zoe melotot kaget.
"Bagaimana kau–"
"Aku tidak sengaja mengetahuinya, Zo. Tenanglah, rahasia ini akan aku bawa selama aku hidup," potong Louis.
Zoe hanya bisa menghela napasnya pasrah. Pekerjaan semacam ini memang tidak bisa diketahui oleh orang banyak. Hanya keluarga dekat dan orang-orang yang terlibat saja yang boleh mengetahui identitas sebenarnya dalam diri Zoe. Beruntung, Zoe mengenal Louis. Pria itu selalu memegang teguh janjinya.
"Kami memang tidak bisa banyak mengkonsumsi alkohol. Selain tidak baik untuk kesehatan, tidak bagus juga kalau kami mabuk saat bekerja," terang gadis bermata hazel itu.
Pria bernetra biru itu tak lagi berbicara. Ia kini menatap Zoe sambil memutar-mutar gelas wine-nya. Zoe yang ditatap begitu sedikit merasa risi.
"Kenapa kau melihatku seperti itu, Lou?"
Louis yang sadar dengan aksi anehnya langsung tersadar. "Maaf, aku bukannya bermaksud untuk menatapmu seperti itu, Zo. Aku hanya merasa cukup terkejut dengan semua perubahanmu saat ini. Yang aku ingat, kau adalah anak kecil yang bahkan tak berani keluar dari punggung ayahmu."
Zoe tersenyum tipis mendengar kata-kata Louis. Memang ia juga merasakan perbedaan yang amat sangat ketika ia bertumbuh semakin dewasa. Mendengar itu, Zoe jadi teringat dengan masa lalunya....
...
"Zoe, sampai kapan kau akan bersembunyi di balik punggungku, Nak," ucap sang ayah padanya. Bukannya keluar, Zoe malah semakin mengeratkan pegangan tangannya di kaki Troyes.
"Anakmu yang pertama ini sedikit pemalu, ya, Troyes." Ethan berusaha mendekati Zoe yang sama sekali tidak bergerak dari tempatnya. Pria itu tersenyum hangat.
"Ah, Zoe memang pemalu sejak dulu, Mr Bourge," ujar Troyes. "Dia tidak mudah akrab dengan orang lain. Sedikit berbeda dengan kembarannya."
"Hei, jangan panggil aku Mr. Bourge," tegur Ethan yang membuat Troyes sedikit meringis. "Aku memakluminya. Anak seusia Zoe pasti tidak mudah bergaul dengan orang lain." Dua bapak itu kemudian kembali terlibat dalam pembicaraan soal bisnis.
Sementara Zoe rasanya ingin pulang saat itu juga. Sedari tadi, ia berusaha untuk mencari kemana Zae pergi. Anak itu langsung menghilang ketika mereka baru saja tiba di kediaman Bourge.
"Dad! Kenapa anak ini tiba-tiba menggangguku?!" teriak seorang anak yang kira-kira berusia 12 tahun. Louis, putra tunggal Ethan dan Ella.
"Tidak apa, Lou. Zae hanya ingin mengajakmu main." Ella tersenyum lembut menatap putra semata wayangnya.
Louis malah mendengus mendengar kata-kata ibunya. "Tapi, dia menyebalkan sekali. Dia bilang aku tidak bisa main game dengan baik."
"Itu karena kau memang payah," sahut suara anak kecil dari belakang sana. Mereka menengok dan terlihatlah Zae yang baru turun dari tangga. "Kau tidak bisa main game dan teknikmu sangat payah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Agent's Love
General FictionTHE LOVE SERIES #3 17+ Jika ada yang bertanya orang yang mendekati sempurna di dunia ini, maka Zoe Elanor Ambroise adalah jawabannya. Paras cantik, terlahir di keluarga konglomerat, dan otaknya yang cerdas saja sudah bisa membuat Zoe dikatakan berun...