Twenty-Four

234 12 0
                                    

Hari itu rasanya kantor sangat mencekam. Tiga agen lain yang ada di sana cukup heran dengan tingkah Zoe yang sangat pendiam akhir-akhir ini. Sebenarnya Zoe memang pendiam, tapi kali ini gadis itu jauh lebih pendiam dari biasanya.

"Hei, aku tidak suka suasana ini," bisik Paul pada dua rekan kerja lainnya. "Rasanya seperti ketahuan menonton film porno dengan ibumu."

"Hush!" Victor melotot padanya. "Dia itu masih sedih karena kehilangan Winter. Wajar saja jika mood-nya memang sedikit buruk. Bukankah Jay juga pernah begitu."

"Tapi Jay lebih baik. Dua minggu setelah ibunya pergi dia langsung bisa minum-minum bersama kita. Zoe tidak begitu, sudah sebulan dan dia masih belum kembali seperti biasa."

"Jangan bandingkan aku dengannya," tegur Jay. "Mau bagaimanapun juga, Zoe itu baru akan tujuh belas tahun. Kita tidak bisa memaksanya untuk bisa langsung bersikap seperti biasa. Mereka pasti masih merasa kehilangan."

Dari belakang, seseorang memukul kepala Jay dengan kertas. "Berhenti menggosipkan orang lain dan cepat bekerja," tegur Greg yang baru saja datang dari pertemuannya dengan seseorang. Mendengar teguran pria itu, Jay berdecih pelan.

"Cepat sekali kau kembali." Victor melirik pada jam dinding yang ada di sana. "Apa kita punya kasus baru?"

"Hah, tolong jangan tanyakan itu," keluh Paul kesal. "Kau ini seperti satu anak di kelas yang selalu mengingatkan guru kalau ada PR. Menyebalkan sekali."

Victor hanya berdecih mendengar kata-kata Paul. sementara Greg terkekeh pelan. "Bukan kasus baru, tapi kalian punya tugas baru."

"Sama saja!" balas mereka bersamaan.

"Dengarkan aku dulu," cibir Greg kesal. "Kalian semua ke ruanganku sekarang. Zoe, kau juga."

Dengan langkah malas, Zoe mengikuti Greg ke ruangannya. Yang lain juga ikut masuk ke ruangan itu sembari bertanya-tanya apa misi mereka kali ini. Greg menatap mereka satu per satu dengan intens. Pria berambut perak itu kemudian menaruh sebuah amplop cokelat di mejanya.

"Ini adalah perintah langsung dari kepresidenan. Akan ada pertemuan penting antara wakil presiden dengan PM Inggris tiga hari lagi. Kita ditugaskan untuk mengamankan jalannya rapat," ujar Greg.

"Memangnya kenapa kita yang harus ditugaskan?" tanya Paul.

Greg menghela napasnya. "Karena ada sebuah dokumen yang sangat penting yang akan dihasilkan dari pertemuan itu. Dan kita tidak pernah tahu ada berapa banyak musuh di dalam selimut."

Mereka semua mengangguk paham mendengar penjelasan tersebut. Ini pekerjaan yang cukup serius bagi mereka semua.

"Baiklah, apa saja yang harus kita persiapkan?" tanya Jay.

"Ah, ada banyak persiapan yang harus kita lakukan. Tapi, sebelum itu apakah Zae...." Greg tak langsung melanjutkan kalimatnya. Pria itu menoleh sejenak kepada Zoe meminta pertimbangan dari gadis itu.

Zoe menggeleng. Ia sudah tahu ke arah mana tujuan pembicaraan Greg. Pria itu harusnya tahu bahwa adiknya sedang dalam pemulihan yang dialami pasca kematian Winter. Sudah sebulan dan anak itu masih belum bisa kembali seperti biasa.

Greg menghela napasnya berat. "Kalau dia masih seperti itu, kita tidak akan bisa meminta bantuannya. Mungkin untuk kali ini kalian berempat saja, atau mungkin aku akan minta bantuan Luke sementara."

"Kalau begitu, sepertinya kita harus segera membicarakan hal ini," kata Victor. Para agen itu segera meninggalkan ruangan Greg dan kembali ke meja masing-masing. Segera saja mereka tenggelam dalam misi terbaru mereka.

"Greg, apa ada data tentang orang-orang yang akan bertugas di sana?" teriak Paul.

"Sebentar, aku akan kirimkan datanya pada kalian."

Agent's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang