Setelah hampir dua bulan mereka tidak berkutat dengan kasus, lagi-lagi Luke meminta bantuan kepada para agen itu.
"Kau bilang tidak ingin bantuan apapun, Sialan," ujar Paul kesal.
"Aku tidak bilang kalau aku tidak butuh bantuan kalian. Aku bilang, anak buahku dan aku yang akan mengurusnya sejak tertangkapnya Adellina. Faktanya, kami masih butuh bantuan kalian untuk mengalahkan bos besarnya," terang Luke.
Paul mendengus semakin keras. Hah, padahal Paul berharap mereka bisa bersantai lebih lama lagi. Dasar manusia-manusia tak beradab. Kerjanya menyusahkan saja.
"Sudahlah, Paul. Kalau bukan kita, mana mungkin polisi FBI bodoh ini bisa menangkap para pelaku?" sindir Victor.
Luke memicingkan matanya ke arah pria itu. "Sialan, aku tidak bodoh. Lagipula, apa lagi yang kalian lakukan kalau bukan membantu tugasku, heh?"
Zoe hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah aneh ketiga lelaki itu. Inilah yang terjadi kalau mereka sudah bersatu dalam keadaan stres. Pelampiasannya adalah mengejek satu sama lain.
"Hoam...." Zae menguap kencang sekali. "Jadi, kenapa kalian mengganggu waktu tidur cantik Princess Zae Ambroise?" tanyanya yang sontak membuat semua orang mengeluarkan ekspresi jijik.
"Princess? Kau itu lebih terlihat seperti babu istana dari pada putrinya," cibir Zoe.
"Dasar. Kalau aku terlihat seperti itu, maka kau juga sama. Kita ini kembar, Bodoh," balas Zae mencibir.
"Hei, saat ini kita harus fokus mengerjakan pekerjaan kita. Jangan terlalu banyak bercanda," tegur Greg yang baru saja keluar dari ruangannya. "Terutama kau, Zae Ambroise. Berhenti bersikap konyol dan menghambat kerja tim ini."
"Cih, justru kau yang tidak kerja sama sekali," decih Zae yang membuat Zoe menyikut perutnya cukup keras. Gadis itu melotot tajam pada kembarannya.
Greg mengabaikan kata-kata pedas Zae. Pria itu kemudian memerintahkan mereka untuk berkumpul sebentar di ruangan rapat. Dalam satu jam ke depan, para agen itu sudah sibuk membicarakan rencana mereka.
"Jadi, kau sudah tahu beberapa hal soal dalang dibalik kasus ini?" tanya Greg pada Zae.
Gadis itu menggeleng. "Belum, Greg. Namun, sejak tertangkapnya Edward dan Adellina, setidaknya aku bisa mempersempit kemungkinan siapa-siapa saja yang terlibat dalam kasus ini." Zae menunjukan foto orang-orang yang dia curigai.
"Gila, Arlen James juga ikut terlibat? Bukankah Aeron bahkan mendirikan panti asuhan untuk anak-anak jalanan?" decak Paul.
"Kita tidak bisa sembarangan menuduh, Paul. Zae hanya menunjukan orang-orang yang terlibat dalam kasus ini. Belum tentu mereka memang melakukannya," tegur Victor.
"Kalau seperti itu, kita mungkin harus menyelidiki mereka semua," usul Jay. "Bagaimana jika kita mengintai mereka satu per satu?"
Greg terlihat berpikir sejenak. Pria itu berusaha memikirkan semua kemungkinan yang bisa terjadi ke depannya. "Kalau kita mengintai satu per satu begitu, mungkin akan memakan waktu banyak."
"Tidak akan memakan waktu banyak kalau kita dapat bantuan dari Zae. Aku yakin, dengan begitu kita bisa menemukan buktinya dengan cepat," ujar Luke. "Zae mungkin tidak akan bisa menemukan semua buktinya lewat data mereka. Kita juga harus memastikan kondisi lapangan."
Greg mengangguk-angguk mendengar rencana Luke. "Kalau begitu, kita akan segera melakukannya. Zae dan Paul akan kembali mencari informasi lewat kemampuan Zae, dan kalian berempat yang akan memantau langsung pergerakan tersangka," perintahnya.
...
Houston, Texas, USA.
Zoe sedang duduk di sebuah cafe sembari membaca bukunya. Gadis itu kini menyamar sebagai seorang anak sekolah. Tak jauh dari tempatnya duduk, ada tiga orang yang terlibat dalam pembicaraan serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agent's Love
General FictionTHE LOVE SERIES #3 17+ Jika ada yang bertanya orang yang mendekati sempurna di dunia ini, maka Zoe Elanor Ambroise adalah jawabannya. Paras cantik, terlahir di keluarga konglomerat, dan otaknya yang cerdas saja sudah bisa membuat Zoe dikatakan berun...