Jari jemari itu bergerak cepat seakan sedang berlomba dengan sesuatu. Peluh keringat muncul di dahinya, padahal hari ini salju turun cukup lebat. Zoe tak ingin mengganggu, bahkan tak berani mengganggunya. Anak itu terlihat begitu fokus.
"Zo, Zae, apakah kalian sudah menemukan sesuatu?" tanya Jay. Pria itu baru saja selesai menginterogasi tersangka bersama Victor dan Paul.
"Ah, babi," umpat seseorang yang membuat mereka menengok ke arahnya. Siapa lagi kalau bukan Zae.
"Kau mengumpat pada kami?" tanya Paul kesal. "Kau harus bisa lebih sopan, Ambroise."
"Sialan, manusia ini benar-benar mengajak ribut, ya?! Awas saja kalau bertemu akan ku jadikan perkedel," geramnya lagi.
"Dia sedang tidak berbicara padamu, Paul. Anak itu sedang berperang dengan seseorang dari dunia maya," jawab Zoe.
"Siapa?"
Zoe menunjuk dengan dagunya. "Kau lihat saja sendiri." Para lelaki itu berkerumun di meja Zae untuk melihat apa yang ia lakukan.
"Dasar Setan! Aku sumpahi kau mati ketabrak truk."
"Kau ini kenapa?" tanya Victor heran. "Kenapa kau mengumpat-ngumpati orang? Kami baru saja selesai dan kau seenaknya bilang babi."
Zae gantian menatap Victor dengan kesal. "Aku tidak bicara padamu, Vic."
Zoe memerhatikan kembarannya yang sibuk di depan layar laptopnya. Jari jemari gadis itu bergerak dengan sangat cepat.
"Kau masih belum bisa menembusnya?" Kini Jay yang bertanya penasaran.
"Sebenarnya bisa saja. Tapi, aku sedang bermain dengannya."
"Apa maksudnya."
Zae mendengus. Ah, masa itu saja tidak paham. "Maksudnya, orang ini gigih sekali melawanku. Dia bahkan mengirimku 'hadiah' virus. Naif sekali."
Bola mata Paul lagi-lagi memutar kesal. Ia sungguh tak habis pikir dengan tingkah Zae yang selalu saja gemar bermain-main. "Kau tahu kita harus cepat menyelesaikan ini sebelum libur natal, kan? Memangnya kau tidak ingin menghabiskan waktu bersama keluargamu?"
Bibir Zae mengerucut dua senti. "Iya, aku tahu. Aku hanya ingin bermain. Kalian kenapa, sih?" cebiknya.
Zoe memukul kepala adiknya itu cukup keras sampai-sampai ia mengaduh. "Jangan bercanda lagi, Zae Ambroise. Cepat selesaikan pekerjaanmu. Memangnya kau tidak takut mereka akan melapor?"
"Tenang saja, aku sudah memakai cara yang paling aman. Tadi, kubiarkan dia menang. Sekarang, dia tidak akan sadar bahwa aku sedang meretas sistem itu." Dalam beberapa menit, gadis itu berhasil meretas server para pedagang manusia itu. "Apa yang ingin kalian cari?"
"Coba cari tentang siapa-siapa saja yang terlibat dalam kasus ini. Kalau ada info tentang bos-bos besar mereka, itu akan lebih bagus. Ah, kalau bisa juga, kau coba cari info tentang keberadaan anak-anak itu," pinta Jay.
"Banyak sekali," cibirnya.
"Sudah lakukan saja."
Zae dengan cepat menelusuri apa yang diminta Jay. Info tentang siapa saja yang terlibat, lokasi persembunyian mereka, bahkan data anak-anak itu.
"Wah, gila. Kita seperti sedang berselancar di dark web."
"Memang ini bisa dibilang sebagai dark web, Paul," ujar Zae. "Jadi, apa dari sini kau bisa menyimpulkan sesuatu, Jay?"
Jay tidak menjawab. Pria itu kini malah terus memperhatikan layar laptop. Entah kenapa dia terlihat agak terkejut.
"Jay," panggil Zoe sambil menepuk bahunya. "Apa kau menemukan sesuatu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Agent's Love
General FictionTHE LOVE SERIES #3 17+ Jika ada yang bertanya orang yang mendekati sempurna di dunia ini, maka Zoe Elanor Ambroise adalah jawabannya. Paras cantik, terlahir di keluarga konglomerat, dan otaknya yang cerdas saja sudah bisa membuat Zoe dikatakan berun...