CIA Headquarters, Virginia.
"Nona, silakan ikuti saya." Seseorang wanita muda dengan pakaian serba hitam, menghampiri Zoe. Gadis itu berdiri dari kusinya dan mengikuti langkah kaki wanita itu ke sebuah ruangan. Di dalam sana, sudah ada tiga orang penting yang menunggu Zoe.
"Good afternoon, Gentlemen," sapanya dengan seulas senyum di wajahnya.
"Ah, good afternoon, Ms. Ambroise. Silakan duduk di sana," ucap salah satu dari mereka. Zoe duduk berhadapan dengan para petinggi itu.
"Jadi, kau benar-benar tidak menginginkannya?" tanya mereka langsung. Tidak ada basa-basi yang dikeluarkan oleh para orang-orang itu.
Zoe mengangguk mantap. "Ya, saya tidak menginginkan pekerjaan itu."
"Kenapa? Apa yang membuatmu tiba-tiba berubah pikiran? Padahal Greg bilang kau sangat senang dengan tawaran untuk bekerja sebagai undercover." Salah satu dari mereka bertanya lagi. Zoe mengenalnya sebagai Mr. Seeds, seseorang yang pernah menjadi atasan Greg dulu.
Zoe menarik napas dalam sebelum menghembuskannya. "Saya rasa, saya masih belum bisa meninggalkan keluarga saya. Saya lebih memilih untuk tetap bersama orang-orang ini. Lagipula... bekerja di departemen ini sudah cukup membahagiakan untuk saya."
Pria yang duduk di sebelah kiri tersenyum miring. "Kau itu semakin mirip dengan kakekmu, ya? Aku masih ingat Cornelius juga menolak posisi sebagai atasan dan memilih untuk pensiun. Dia bilang ingin melanjutkan bisnis dan mengurus keluarganya."
"Heh, aku juga tak menyangka bisa melihat Cornelius versi perempuan kali ini. Padahal semua orang mengincar posisimu, Zoe." Mr. Adler tersenyum.
"Yah, pada akhirnya ini semua yang menjadi keputusanmu, kan? Kalau begitu, kami juga tak bisa menahanmu. Usiamu masih sangat muda, kau benar-benar yakin sekarang, Zoe?"
Lagi-lagi ia mengangguk mantap. "Saya sudah sangat yakin, Sir."
Setelah beberapa lama berbincang, Zoe akhirnya keluar dari ruangan itu dengan wajah cerah. Para petinggi menerima keputusan Zoe untuk menolak tawaran undercover. Zoe tidak menginginkan posisi itu, ia lebih memilih bersama-sama dengan rekan timnya. Tepat saat ia keluar, ia berpapasan dengan Victor dan yang lain.
"Aih, sepertinya seseorang baru saja diangkat sebagai atasan!" Paul menyikut lengan Victor menggodanya. Sementara pria berambut cokelat itu tersenyum sedikit malu.
"Wah, wah, semoga kau tidak jadi seperti Greg, Vic. Ongkang-ongkang kaki di kantor sambil terus menyuruh-nyuruh kita." Zoe menghampiri para pria itu dan ikut menggodanya.
"Dasar! Aku bukan orang yang seperti itu. Lagipula, Greg memang tak bisa ikut melakukan penangkapan dengan kita. Dia itu sudah tua," ujar Victor.
"Ya sudahlah, sebaiknya kita kembali ke New York dan mengunjungi Pak Tua itu. Dia bilang sangat ingin melihat siapa penerusnya," kekeh Jay sambil merangkul pundak kekasihnya. Mereka semua kemudian keluar dari gedung itu dan bersiap untuk kembali.
Namun, saat mereka baru saja keluar, sebuah mobil sport melaju dengan kecepatan tinggi. Seseorang berlari dengan terburu-buru.
"Ada apa?" Victor menahan lengannya agar pria itu berhenti. Wajah mereka penuh dengan sirat penasaran.
"Seorang tahanan kabur. Maaf, saya harus bergegas menyusulnya." Ia kemudian kembali berlari.
Zoe menyeringai. "Hei, kita tidak mungkin diam saja, kan?" Tepat saat itu sebuah mobil hitam datang dan membunyikan klaksonnya. Kaca terbuka dan Luke muncul dari balik jendela.
"Kalian tidak bermaksud berdiri dan memperhatikan seperti orang tolol, kan?" Pria berambut pirang itu mengangkat satu alisnya.
Seringaian terbentuk dari bibir mereka. Zoe berlari masuk ke dalam mobil sport itu dan langsung melaju menyusul tahanan yang sudah lebih dulu kabur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agent's Love
General FictionTHE LOVE SERIES #3 17+ Jika ada yang bertanya orang yang mendekati sempurna di dunia ini, maka Zoe Elanor Ambroise adalah jawabannya. Paras cantik, terlahir di keluarga konglomerat, dan otaknya yang cerdas saja sudah bisa membuat Zoe dikatakan berun...