Thirty-Seven

468 13 0
                                    

Zoe menatap langit dengan perasaan lega. Greg sudah divonis penjara seumur hidup akibat dari perbuatannya. Mereka telah terbukti sebagai korban dan dinyatakan tidak bersalah. Berkat kesaksian River dan bukti yang dikumpulkan Winter, mereka akhirnya bisa memenangkan pengadilan itu.

"Winter, kau pasti merasa senang, kan?" gumam Zoe lirih. Beban yang selama ini telah menghantuinya terangkat hari itu.

Seseorang mengetuk pintu balkonnya. "Nona, Anda sudah diminta untuk bersiap."

Zoe membalasnya dengan senyuman. "Baik, aku akan segera bersiap," katanya sebelum ke kamar mandi.

Ada sebuah tempat yang Zoe dan keluarga ingin kunjungi sebentar. Mereka rasa, semua ini harus diselesaikan hari itu juga.

Setelah selesai bersiap, mereka berangkat menuju tempat itu.

"Winter! Aku sangat merindukanmu." Zae menghampiri makam Winter dan menaruh sebuah buket bunga di sana.

"Zae, jangan berlari-lari di makam orang," tegur sang ayah. Pria itu berjalan bersama Cantrelle dan Zoe dari belakang.

"Memangnya kenapa? Aku, kan, sudah terbiasa ke sini."

"Tetap saja tidak sopan." Balas Zoe ketus. Gadis itu juga gantian menaruh mawar putih di makam Winter.

Keluarga itu kini menatap makam Winter dalam diam. Semua memori tentang pria bernetra biru itu menghampiri mereka.

"Ternyata meski sekarang kau pergi, dua anakku tetap sangat menyayangimu, ya? Mungkin aku tidak pernah kalah darimu." Troye terkekeh geli. Mendadak ia teringat keakraban Zoe dan Zae dengan sahabatnya itu. Sungguh... mereka beruntung bisa mengenal orang macam Winter.

"Winter, aku sungguh berterima kasih. Mungkin kalau bukan karenamu, kita tidak akan jadi seperti ini," kata Cantrelle sambil menyeka ujung matanya.

"Kami semua merindukanmu, Winter. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan betapa besar rindu kami kepadamu." Zoe mengelus makam Winter dengan sayang. "Kau pasti sudah merasa bahagia di surga sana, kan?"

Keluarga itu masih berada di makam itu sampai beberapa saat kemudian. Sebelum akhirnya mereka pergi mengunjungi satu tempat lagi.

"Sampai jumpa, Winter. Kami berjanji akan mengunjungimu lagi," batin Zoe sebelum melangkahkan kakinya dari sana.

Tempat terakhir yang akan mereka kunjungi hari itu adalah penjara. Ya, keluarga Ambroise memutuskan untuk berbicara dengan seseorang yang telah mereka jebloskan ke penjara. Siapa lagi kalau bukan Greg Ford.

Pria berambut perak itu masuk ke sebuah ruangan dengan tangan terborgol. Hanya dengan kaca yang memisahkan mereka, keluarga itu duduk saling berhadapan dengannya.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Zae membuka topik pembicaraan.

Greg tak langsung menjawab. Pria itu menatap mereka satu per satu dengan tatapan sayu. "Aku baik-baik saja. Makanan di sini juga tidak terlalu buruk," balasnya.

Keadaan kembali hening. Masing-masing mereka masih terdiam dalam pikirannya. Siapa yang tidak canggung saat berhadapan dengan orang yang kau jebloskan ke dalam penjara? Zoe bahkan nyaris tak ingin melihat wajah Greg.

Baru Zae ingin membuka mulutnya, pria itu kembali berbicara. "Sepertinya aku telah menyusahkan banyak orang, ya?" Greg terkekeh pelan. "Maafkan aku, Troyes, Cantrelle, Zoe, Zae. Baru beberapa lama aku di penjara dan aku telah banyak merenungkan kesalahanku."

Tidak ada satu pun yang berpikir kalau Greg akan mengucapkan kalimat seperti itu. Zoe bahkan nyaris menganga saat mendengarnya. Greg Ford? Pria itu bisa merendahkan egonya?

Agent's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang